Part 12

6.9K 457 299
                                    


***

Kesal!!! Kesal!!! Kesal!!! Rasanya Joa ingin melampiaskan amarahnya di sini. Tapi, karena ada Mama dan Papa, Joa harus bersabar. Apalagi si Mama yang pakai acara dekat-dekat terus sama Joa. Joa ingin berdiri saja, Mama langsung menarik Joa untuk duduk lagi. Mama takut perang dunia akan terjadi di sini. Yang buat Joa makin kesal itu Mama sok akrab banget sama Devano. Pakai ditanya-tanya segala.

"Jo, daritadi cemberut terus. Kenapa? Karena nggak punya pasangan ya?" Ledek Nashwa, di sampingnya Iky cekikikan.

"Makanya Jo cari pacar! Pacar nyata bukan samsak tinju." Iky ikut-ikutan mengejek Joa.

Joa mendelik, lama-lama pasangan ini yang akan dia jadikan korban pelampiasan kalau terus-terusan meledeknya.

"Katanya acara keluarga tapi orang luar boleh ikut. Gimana sih?" Cibir Joa.

"Kak Uwa tersinggung loh, Jo. Kak Uwa kan orang luar juga."

"Jangan ikutan drama kayak Mama. Kak Uwa pasti ngerti maksud aku." Ujar Joa kesal.

Nashwa nyengir dan melihat raut wajah Joa yang semakin menunjukkan kekesalan dia pun mengalihkan pembicaraan.

"Naik sepeda yuk, Ky!" Ajak Nashwa.

"Ayo!"

"Ucha juga mau, tapi sama kak Devano ya." Ucha mengalungkan tangannya di lengan Devano.

"Eh, iya!" Jawab Devano kikuk. Ia melepaskan tangan Charisa. Se-playboy apapun Devano, ia tetap seorang anak yang sopan pada orang yang lebih tua. Bermesraan di depan orang tua Charisa, rasanya tidak pantas.

Kedua pasangan itu langsung beranjak menuju tempat penyewaan sepeda.

"Dev, nggak mau ikutan naik sepeda. Ajak Anneth sana!" Suruh Papa.

"Nggak, om! Anneth lagi asik itu. Nggak mau ganggu." Ucap Deven sembari menunjuk Anneth yang sedang mendengarkan musik dari earphone yang terpasang di telinganya, dan tak lupa matanya terfokus pada novel yang ia bawa dari rumah.

Mama langsung berdecak, ia menghampiri Anneth lalu mengambil paksa novel Anneth dan mencopot earphone yang terpasang di sana.

"Mamaaa!" Rajuk Anneth saat aktivitasnya terganggu.

"Sana, naik sepeda sama Deven! Sesekali kamu itu perlu udara segar." Omel Mama.

"Ini juga lagi diluar dan Anneth tengah hirup udara segar." Balas Anneth.

"Maksud Mama, keliling sana! Ayo!" Mama menarik paksa tangan Anneth supaya gadis itu berdiri. Dengan rasa malas, Anneth mengikuti saja.

"Have fun ya kalian berdua." Mama melambaikan tangan dan tersenyum menatap pasangan itu. Melihat seseorang yang berada di samping anaknya itu membuat Mama merasa bahagia. Ia berharap saja sikap Anneth bisa berubah jadi lebih baik lagi, dengan adanya Deven di sisi Anneth.

"Asli ini Joa jadi nyamuk di tengah Papa sama Mama."

Mama tertawa lalu merangkul bahu Joa. "Yang selalu ditengah-tengah itu biasanya Ucha. Sesekali kamu manja-manja sama Papa, Mama."

"Tahu gini Joa nggak bakalan ikut. Mama sih kenapa coba ngajakin Devano. Joa anti banget sama dia. Kalau Deven sih, Joa bisalah terima dia dekat-dekat Anneth."

"Sayang..." Mama mengelus puncak kepala Joa, "Ucha itu udah gede walau sifat anak-anaknya masih ada. Dia berhak untuk menentukan pilihan hidupnya. Mama tahu kamu mau melindungi dia, tapi bukan berarti kamu mengekang dia."

"Tapi kalau Ucha sakit hati gimana? Mama nggak tahu aja se-playboy apa Devano itu."

"Jo." Papa memanggil Joa membuat gadis itu mengalihkan perhatian kepada papanha. "Bukannya Papa mau belain Devano, tapi Papa juga dulu playboy dan setelah bertemu Mama kamu papa langsung tobat. Mungkin nanti Devano juga gitu."

FEBYAN'S FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang