Part 22

6.5K 472 185
                                    


***

"Charisa!"

Charisa menghentikan langkahnya, menatap keluarganya yang sedang berkumpul di ruang tamu. Dilihatnya Joa yang mendekat padanya sambil memandangnya dengan tajam.

"Lo darimana aja sih?" Bentak Joa.

Charisa terkejut, ini pertama kalinya Joa membentaknya dengan raut marah seperti ini dan Charisa juga baru sadar kalau tadi Joa memanggilnya dengan nama lengkapnya.

"Jo, kenapa malah marahin Ucha!" Iky menengahi.

"Dia harus dimarahi gini, kak. Biar dia nggak pergi sendiri-sendiri lagi." Ucap Joa emosi.

"Jo! Emosi kamu lagi nggak bagus." Ucap Iky menenangkan, ia menatap Charisa yang kini berusaha menahan air di pelupuk matanya.

"Ucha duduk dulu ya." Perintah Iky dengan pelan.

Charisa mengangguk lalu duduk di samping Anneth, ia tertunduk.

"Maaf, Ucha udah bikin khawatir karena pergi nggak bilang-bilang." Ucap Charisa.

"Sayang, lain kali kamu harus bilang ya. Mama khawatir terjadi sesuatu sama kamu. Lihat Nethi."

Charisa langsung menatap Anneth, dilihatnya kening kembarannya telah tertempel perban dan plester, di sudut bibir Anneth tampak membiru.

"Itu kenapa?" Tanya Charisa.

"Karena Andrew. Si brengsek itu nyakiti Nethi dan coba kalau lo juga diapa-apain sama dia terus lo lagi sendirian. Gimana? Lain kali lo jangan pergi sendiri-sendiri lagi." Jawab Joa dengan nada marah.

"Gue nggak tahu, Jo. Kenapa lo marah-marah sama gue? Kalau gue tahu, Andrew berulah lagi. Gue nggak akan pergi sendirian. Lo bisa ngomong baik-baik sama gue. Nggak perlu tarik urat begini." Ucap Charisa.

"Lo nggak tahu karena lo sibuk sama Devano lo itu. Gue udah bilang jauhi dia, Cha. Kenapa lo nggak ngerti?" Bentak Joa.

"Kenapa jadi bahas Devano sih Jo?" Charisa juga mulai terpancing emosinya.

"Gue tahu lo kemana tadi! Lo temui Devano kan? Iya!"

"Kalau iya kenapa?" Balas Charisa sengit.

"Lo itu bego atau gimana sih. Dia udah ada cewek dan lo masih ngejar-ngejar dia. Pikir dong, Cha. Jangan bodoh gini!"

"Eh, udahhh! Kenapa jadi berantem gini." Lerai Papa. "Joa, duduk! Tahan emosi kamu." Perintah Papa dengan tegas.

"Ya, gue memang bodoh! Lo benar! Gue cewek bodoh!" Lirih Charisa lalu mengusap airmatanya kemudian berlari meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya.

"Uchaaaa!!!" Teriak Mama, namun Charisa tetap melanjutkan langkahnya tak memperdulikan siapa pun yang memanggil namanya.

"Dia lagi ada masalah sama Devano, Jo. Kenapa harus dimarah-marahi sih?" Tanya Anneth. "Ucha nggak salah. Seharusnya lo bisa kontrol emosi lo." Lanjutnya.

Joa mengusap wajahnya, ia tahu dirinya keterlaluan. Emosinya tidak bisa reda bahkan sejak Anneth memberitahunya bahwa gadis itu disiksa oleh Andrew.

"Ayo, minta maaf!" Anneth menarik tangan Joa membawanya menuju kamar mereka, diikuti oleh langkah kak Iky. Mama-Papa membiarkan anak mereka untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Saat mereka masuk kamar, ketiganya mendapati Charisa yang menangis terisak. Charisa memang sering menangis tapi kali ini tangisan gadis itu berbeda, ada beban di sana.

"Cha." Anneth menyentuh bahu Charisa.

"Gue memang bodoh, Neth! Gue bodoh!" Racau Charisa.

Joa langsung berlutut di depan Charisa yang terduduk di tepi kasur, tangannya menggenggam tangan Charisa.

FEBYAN'S FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang