Part 17

7.9K 480 309
                                    


***

Dua hari lalu Anneth sudah masuk sekolah, dan selama dua hari itu Joa selalu menjaganya dengan protektif. Anneth tak ia biarkan keluar kelas ketika jam istirahat berlangsung, sebagai gantinya ia selalu memerintah Gogo untuk membeli makanan di kantin. Dan selama dua hari juga, Deven selalu hadir di kelasnya. Pemuda itu tak mau menyinggung sedikitpun tentang William, ia tak mau Anneth semakin buruk kondisinya. Deven juga sudah mewanti-wanti William untuk tidak menemui Anneth terlebih dahulu. Sebenarnya Deven ingin menghancurkan wajah pemuda yang menjadi teman sebangkunya itu tapi Deven berusaha untuk mengontrol emosinya. Jika pertemuan pertama mereka bisa mengobrol dengan baik jangan harap setelah tahu semuanya Deven bisa bersikap ramah.

"Ayo, masuk!" Ajak Deven membuka pintu di depan mereka.

Setelah pulang sekolah, Anneth memutuskan ikut dengan Deven menuju rumah pria itu.

"Dev!!!" Anneth memegang lengan Deven, wajahnya menunjukkan kegugupan.

Deven tertawa, "Tenang, Neth! Keluarga gue nggak ada yang kayak Joa!"

"Ishhh!!!" Anneth memukul pundak Deven.

"Ayo! Tadi Mama nge-wa gue, katanya dia udah masak banyak buat nyambut elo." Ucap Deven sambil menggenggam tangan Anneth lalu membawanya masuk ke dalam rumah.

"Mamaaaaaaaaaaa!!!!! Abangggg bawa pacarnya!" Teriak seorang anak perempuan yang menuruni tangga, ia berlari ke arah Anneth dan Deven lalu memeluk Anneth dengan tiba-tiba. Anneth yang terkejut sampai ingin terjatuh ke belakang, untung Deven menahan tubuhnya.

"Ya ampun, anak ini!!!" Gerutu Deven, ia menatap Anneth dengan pandangan tak enak hati. "Maaf ya Neth, dia Lifia, adik gue."

Anneth tersenyum maklum, sekarang tangannya mengusap lembut rambut Lifia.

"Aku Lifia kak Anneth, adik abang yang paling cantik dan imut." Ucap Lifia senang saat melepaskan pelukannya. Ia menatap Anneth dengan antusias, "Aku sering loh lihat foto kak Anneth di HP abang, ada banyak."

"Oh ya?" Tanya Anneth. Lifia mengangguk cepat.

"Udah, ceritanya nanti. Mama mana dek?" Tanya Deven.

"Di dapur. Ayo kak Anneth!" Lifia menarik tangan Anneth membawanya menuju dapur. Anneth tertawa pelan melihat keantusiasan Lifia. Sifatnya sangat mirip sekali dengan Charisa.

Mereka sampai di dapur, dan Anneth bisa melihat seorang wanita sebaya Mamanya sedang menata makanan di meja makan dan seorang gadis berkacamata membantu Mama Deven itu.

"Mama, lihat siapa yang datang?" Seru Lifia membuat kegiatan kedua perempuan beda generasi itu terhenti.

"Anneth!!!" Seru Mama Deven lalu memeluk Anneth dan mencium kedua pipi gadis itu. Setelah itu gantian Anneth menyalami mama Deven dengan sopan.

"Hai Anneth, aku Putri, kakak Deven." Gadis berkacamata tadi mengulurkan tangan lalu tersenyum manis. Anneth menyambutnya lalu membalas senyum putri. Kecanggungannya tadi perlahan mulai menghilang saat mendapat sambutan ramah seperti ini.

"Ayo, duduk! Pasti udah lapar ya!" Mama Deven menuntun Anneth untuk duduk diikuti Deven, Lifia, dan Putri.

"Tante senang banget waktu Deven bilang kamu mau main ke sini. Tante langsung ajak Putri masak khusus buat kamu." Ucap Mama Deven.

"Makasih ya tante. Maaf jadi merepotkan." Ucap Anneth sungkan.

Mama Deven mengibaskan tangannya, "Nggak kok! Justru tante yang akan terus merepotkan kamu."

"Kenapa gitu?" Tanya Anneth.

"Iya, kamu bakalan repot karena tante akan sering suruh Deven bawa kamu ke rumah."

FEBYAN'S FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang