Chapter 19

28 2 0
                                    

Jangan terlalu berharap pada sesuatu yang belum pasti, karena jatuhnya akan menyakitkan
__________________________________________

Rara datang bersama Iqbal,Iqbal membiarkan Rara bertemu kepala sekolah sendiri.

Rara masuk di kelas X S2,Rara berteman baik dengan Zahra.

Rara adalah gadis cantik dengan sosok kepribadian yang ramah,mudah bercerita kepada siapapun.

Di kantin,seperti biasanya Emma tidak mau pergi ke kantin,dirinya lebih suka ke.perpus jadi hari ini sebelum istirahat Emma sudah pamit duluan izin ke toilet padahal ke perpus,malas jika harus di paksa,di seret oleh ketiga temannya itu.

Emma berlarian ke arah perpus lalu Emma menabrak seseorang.

Brug

"eh maaf " ucap Emma,lalu membantu membereskan buku buku yang di bawa cowok yang tadi ia tabrak.

"Emma?"ucap cowok itu.

Emma sedikit berfikir dengan cowok di hadapannya ini lalu Emma tersenyum ke arahnya.

"Davin" ucap Emma,Emma senang bisa bertemu Davin,teman 1 bangku dulu ketika SMP kelas 1 tetapi ketika Emma pindah tak ada kabar lagi dengan Davin.

"lo sekolah disini juga ma?"tanya Davin.

"iyah Dav,aduhh ko aku ngga tau ya kita 1 sekolah" ucap Emma.

"kelas berapa lo ma?"tanya Davin.

"kelas X A1 Dav kamu sendiri?" tanya Emma.

"gue kelas,X S2" ucap Davin.

"ya udah gue duluan ke kelas ya"pamit Davin,sedangkan Emma hanya mengangguk.

"eh iya Ma,minta WA lo ya biar gampang gue hubungin lo" ucap Davin lalu Emma hanya mengangguk dan memberikan ponselnya kepada Davin.

"thanks Ma,ya udah gue pamit,see you" ucap Davin lalu pergi meninggalkan Emma,begitupun dengan Emma.

Emma tidak pergi ke perpus melainkan taman,karena Emma tau pasti sahabatnya akan menyusulnya.

"dimana si tuh bocah,haduhh" kesal Syakila.

"tau tuh nyushin kita aja ya ngga" ucap Adel.

"bisa ngga jadi di traktir nih gue sama si Iqbal kalo ngga bawa si Emma" ucap syakila.

"eh iya si Dinda kemana ya ko gue ngga liat"ucap Syakila.

"tau tuh bilangnya si keluar bentaran eh lama bener" jawab Adel.

Di taman Emma sedang diam,merindukan seseorang,yang selalu menjadi penyangat hidupnya.Bunda itulah sosok penyemangat Emma.

Emma melihat ke sekeliling taman,lalu pandangan Emma melihat 2 orang yang sedang berbicara.

Emma kaget Iqbal dan Dinda sedang berbicara,tetapi wajah Iqbal tampak datar,sedangkan Dinda hanya menunduk.

"apa yang sebenarnya terjadi?" gumam Emma.

"dari tadi juga Dinda diam mulu kenapa ya?" tanya Emma dalam hati,lalu Emma membranikan diri mendekat ke arah mereka.

"hay ka Iqbal,hay Dinda?"sapa Emma yang tiba tiba membuat keduanya kaget.

"ko ada disini?"tanya Iqbal.

"pengen kesini aja,ka Iqbal sendiri sedang ngapain?"tanya Emma,Iqbal sedang memikirkan alasan untuk menjawab pertanyaan Emma.

"gue lagi nasihatin si Dinda,dia suka sama si Samue,tapi dia malu buat ngungkapinnya,ya Samuel juga sama" ucap Iqbal.

"yang sabar ya Din,aku bantuin nanti" ucap Emma.

Better Than BeforeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang