Bab 1

7.8K 217 1
                                    

Trett ... trett ...

Kuraih bendah pipih yang bergetar itu dari meja kerjaku. Melihat pesan yang masuk itu membuat senyum terukir di wajahku karena setelah beberapa bulan fakum, akhirnya notifikasi grup whatsapp 'Dolaemon' ini kembali berkicau. Entah masalah apalagi yang kali ini mereka bahas. Grup whatsapp paling kacau, paling seru, dan yang paling membuatku rindu dari semua grup whatsapp lain yang ada di ponselku.

Sudah ada enam puluh tiga pesan yang ada di dalam grup whatsapp ini. Seperti biasa, kebiasaanku ketika pertama membuka grup ini adalah bukan untuk memanjat percakapan sahabat-sahabat konyolku sejak hampir sembilan tahun itu, tetapi adalah melihat satu per satu profil anggota grup ini.

Profil anggota teratas adalah Aliya, sahabatku yang paling cantik dari dua anggota grup wanita di gank kami, tak kaget ia adalah anggota grup yang paling cepat mendapat jodohnya. Sekarang ia adalah seorang ibu dari dua orang anak dengan segala kesibukannya menjadi ibu rumah tangga.

Kedua adalah Finny, wanita kedua di dalam grup ini. Finny adalah orang yang paling kalem, bundanya gank 'Dolaemon', tempat mengadu segala masalah dan dia punya sejuta solusi untuk masalah yang selalu kami curhatkan kepadanya. Ia juga sama seperti Aliya, sudah menikah dan memiliki satu orang anak.

Walaupun mereka berdua ini telah menikah dan mempunyai anak, mereka tetap aktif digrup ini.

Wanita yang ketiga adalah Chaca, yang ini wanita paling kacau, selalu menolak setiap pria yang mendekatinya, dia merasa semua laki-laki itu sama makanya sampai sekarang dia tak kunjung menikah apalagi memiliki anak. Aku sering memanggilnya 'Chaca marica hey hey'.

Arif, Hamzah, dan Aku Ma'ruf adalah tiga anggota grup lainnya selain wanita-wanita cantik di atas. Sifat kami bertiga tentu saja berbeda-beda, namun aku malas bernostalgia tentang hal ini.

Kutekan tanda panah ke arah kiri di bagian atas untuk kembali ke percakapan, ternyata mereka berlima sedang sibuk membahas masalah tentang si ratu drama itu. Chaca, wanita yang penuh dengan sejuta masalah dan enggan mencari solusi tentang masalahnya. Wanita yang pernah aku kagumi namun tak bisa untuk ku miliki hingga saat ini. Entah karena terlalu takut untuk mengatakannya atau karena takut untuk mendengar penolakannya. Ditambah lagi peraturan dalam gank ini bahwa tak boleh pacaran dalam satu gank. Apalah artinya peraturan ketika perasaan itu sudah bertambat di hati ini.

Saat ini Chaca sedang dalam masalah besar, ia adalah anak ke tiga belas dari tiga belas bersaudara se-ayah. Ibunya adalah istri kelima ayahnya, inilah yang membuat ia menjadi benci untuk berbagi perasaan dengan laki-laki. Melihat ayahnya yang hanya gonta-ganti istri membuatnya takut untuk pacaran apalagi menikah. Sekarang ayahnya sedang sakit parah dan seluruh kakaknya sedang memperebutkan harta ayah mereka, tentu saja Chaca pun tidak ingin ketinggalan. Namun sayang, ayahnya tak akan memberikan apapun padanya jika ia tak memiliki suami terlebih dahulu.

[Ummu ibnu: "Jangan cuma menyimak, pak dosen!"] Alamaa, Finny sekarang sedang menyinggungku.

[Ma'ruf36: "Maaf, aku baru buka percakapan ini, bunda."] balasku yang mulai tidak enak hati, karena sedari tadi tidak ikut memberikan solusi untuk si ratu drama itu.

Ais, solusi apa yang bisa kuberikan untuk Chaca yang sedang mencari calon suami, apa aku harus menawarkan diri untuk menjadi calon suaminya?. Tidak, itu adalah hal yang konyol. Bagaimana mungkin perasaan yang sudah ku simpan rapi selama sembilan tahun ini harus berakhir dengan cara mempermalukan diriku sendiri.

[Khairunnisa: "Iya nih, si Ma'ruf sibuk terus sama mahasiswanya dan sudah melupakan Chaca Maricanya!"] Kali ini pesan Chaca yang kembali menyinggungku.

[Ma'ruf36: "Maaf, Chaca Maricaku!"] Hanya itu yang bisa kukatakan.

kata kepunyaan 'ku' di belakang nama Chaca itu sebenarnya tak ada artinya untuknya, tapi untukku itu adalah doa. Aku ingin memilikinya dengan ketidak berdayaanku ini, dengan ketidak beranianku ini. Mustahil.

[Makem Aliya: "Gimana kalo Chaca buat pendaftaran aja, biar segera dapat! Pasti banyak yang mau sama Chaca."] saran Aliya ini membuat perutku seperti digelitik, apa dia serius dengan kata-katanya itu?

Ah, Hamzah dan Arif sudah offline. Pantasan dari tadi sudah tidak muncul lagi. Kalau ada mereka, pasti lebih kocak lagi saran-saran untuk Chaca ini.

[Khairunnisa: "Eleh, Makem jahat!"]

[Ma'ruf36: "Kamu dijadiin sayur, Cha."]

[Ummu Ibnu: "Kamu pilih aja yang ada di grup ini, Cha. Mereka juga lagi pada jomblo kan?"]

Membaca saran Finny ini membuatku segera ingin cepat-cepat off, sarannya itu sangat horor. Bagaimana mungkin Chaca memilih diantara aku, Hamzah, dan Arif. Bagaimana jika bukan aku yang ia pilih? Come on, Ma'ruf. Sudah sembilan tahun sia-sia, hapuslah semua rasa itu.

Kuletakkan benda pipih itu kembali ke meja, aku ingin menghapus bayangan Chaca dari dalam fikiranku. Sebenarnya, bukan bayangannya saja yang harus aku hapus tetapi harapanku padanya. Dan itu lebih sulit.

Baru beberapa menit aku berkonsentrasi untuk melupakan bayangan gadis itu, ponselku kembali berbunyi.

'Chaca Marica' memanggil.

Ah, wanita ini sangat sulit dimengerti, bagaimana bisa ia selalu muncul ketika aku sedang berusaha untuk melupakannya.

Untuk apa dia menelfonku?

Apa dia telah memutuskan untuk memilihku sekarang?

Segera kugeser tombol hijau yang ada di layar ponselku itu untuk segera mengetahui jawaban dari kedua pertanyaanku di atas.

Bersambung.


Sepercik Doa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang