55 (Mendekati Ending)

351 24 5
                                    

Shakti POV

Kehidupanku sungguh tak sesuai yang aku impikan. Aku selalu bermimpi setelah kami menikah kami akan lanjutkan masa masa berdua, tapi Tuhan berkata lain. Saat usia pernikahan kami yang ke 5 bulan kami mendapatkan kabar bahagia, Radhika, istri ku telah mengandung anak kami, saat itu usia janin anak kami sekitar 2 bulan.

Kami menjalankan rumah tangga dengan bahagia, tetapi saat di usia kandungannya yang ke 6 bulan Radhika mengalami pendarahan dia harus dirawat dan tak bisa menjalani kesehariannya. Selang 1 bulan setelah kejadian itu, keluarga sahabat adik ipar ku ditimpa musibah yang sangat tak terduga.

Keluarga yang ku maksud adalah keluarga Ranveer, teman ku. Dia benar benar kacau, hampir setia hari dia mabuk. Ibu nya meminta ku dan Ishani untuk menasehatinya. Awalnya aku serta Ishani menolak, karena kami benar benar tidak ada waktu untuk itu. Radhika sedang dirawat, keadaanya sangat mengenaskan. Aku bahkan tak kuat lagi melihatnya. Aku pernah menyuruhnya untuk menggugurkan anak pertama kami, tapi dia selalu menolak nya.

Karena tak tega dengan Ranveer akhirnya aku menasehati Ishani  agar dia menjaga Ranveer. Ternyata usahaku tak sia- sia menyuruh Ishani bersama Ranveer. Setelah lama bersahabat mereka menjalin hubungan.  Tapi malang nasib adikku, dia menyukai Ishani, Oh Tuhan aku benar benar bimbang.

Sekarang aku sedang menjaga Istri tercinta ku di rumah sakit, Radhika harus dilarikan ke rumah sakit lagi karena keadaanya yang lemah mendekati kelahiran anak kami. "Sayangg..." Panggil manja Istriku.

"Kenapa sayang ada yang sakit" Tanya ku panik

"Manyu mana?" Tanya dia sambil melirik ruang rawatnya.

"Sayang, kok bangun bangun nyariin Manyu bukan aku" Ambek ku padanya

"Dia janji mau beliin aku hamburger tadi" Ucap Radhika membayangkan hamburger di pikiran nya

"Ohh Hamburger ini," ku berikan keinginan nya itu, "tadi Manyu kesini bawain ini dan dia bilang mau ke kantor" lanjutku

Radhika langsung merampas makanan itu dari tanganku, istri ku terlihat sangat lapar, ku tatap dia sayang sedang makan hamburger dengan mulut yang berantakan.

"Shaktiii jangan diliati mulu dong" Ambek Radhika, dan ku balas dengan senyuman.

Dia melanjutkan makannya, ahh sangat menggoda ku. Bagaimana tidak, mulut nya sangat belepotan ingin rasanya aku mencicipi nya.

"Sayang berantakan" Ucap ku, dia menghentikan makannya dan menatapku.

"Dimana?" tanya dia sambil mengangkat tangannya untuk menghapus makanan yang belepotan dibibirnya.

Ku pegang tangannya, "Biarkan aku yang menghapusnya sayang" Rayu ku padanya, hanya mengangguk.

Aku memajukan badanku dan mencium bibirnya dengan lembut sambil menjilati makanan yang ada di mulut nya. Dia hanya diam tidak membalas, kau sungguh kejan sayang. Ku gigit bibirnya pelan agar dia membuka mulut nya dan membalasku. Akhirnya dia membalas ciuman ku, senang rasanya.

Kami saling berpangutan mesra, tangan ku masuk kedalam bajunya dan mengelus perut Radhika. Saat aku mengelus perut nya, ada tendangan kecil yang anak kami berikan. Ahh rasanya benar benar senang.

"Astagaaaa" Teriak seorang wanita dan kami langsung melepas pangutan kami.

"Aduhhh kalian kalau mau cium ciuman dikunci dong" Omel wanita itu, ternyata si anak menyebalkan yang masuk ruang rawat Radhika tangan ketuk.

"Kamu kalau mau masuk ketuk dulu dong" balas ku kesal padanya, kebiasaan kalau masuk kamar orang tidak pernah diketuk. Kami sudah berapa kali di pergoki oleh dia saat bermesraan. 

"Yang harus nya marah tuh aku, kakak ku sedang sakit dan kau malah menginginkannya" marah dia, aku benar benar kesal padanya, ingin rasanya aku mencekiknya dan menceburkannya kedalam kolam.

"Sudah sudah berisik tau" Ucap Radhika yang mencoba menengahi pertengkaran kami.

"Ehh Ishaniiii!! Kau yang salahh, aku hanya memberi nya dukungan, dan kau selalu saja menggangu kami" ku bangkit dari dudukku dan menjewer telinga dia.

"Aduhh kaa" rengeknya manja

"Dasar manja, pengaduan! Gak pernah dia dicium sama pacarmu jadi selalu menggangu kami" Sindir ku padanya, ku tarik telinga nya kencang lalu melepasnya

"Kakak Ipar Kejam!! Emang saya kalian yang selalu ciuman saat masih pacaran, dimana aja selalu ciuman" Balasnya menyindir kami. Aku sungguh kesal punya adik ipar sepertinya, beda sekali dengan Radhika. Aku sempat mikir kenapa Ranveer mau dengan wanita seperti ini.

"Aww sakit" Rintihan Radhika saat kami bertengkar.

Aku langsung panik dan menghampiri nya, "kau kenapa sayang?" Tanya ku panik

"Sakit sekali" Rintih Radhika yang sudah berkeringat.

"Ketuban nya pecah" Teriak Ishani heboh

"Kau ingin lahiran sayang, Ishani cepat panggil dokter" teriak aku yang sudah sangat panik karena istriku.

Ishani langsung keluar dan memanggil dokter.

"Sayang kau harus kuat, kasihan kita" Aku mencium keningnya memberikan dia kekuatan

Radhika mencengkam tanganku dengan kuat. Dokter sudah masuk bersama beberapa suster serta Ishani.

"Sus segera bawa pasien ke ruang operasi" Perintah dokter.

Suster langsung mendorong kasur rawat yang ditumpangi Radhika keluar dari kamar dan berlari ke ruang operasi.

Setelah sampai di ruang operasi, dokter langsung memeriksa Radhika yang mencengkam tanganku erat.

"Pasien bisa melahirkan dengan normal, Bu ikuti semua perintah saya" Saran Dokter yang langsung membantu Radhika melahirkan.

Aku takut terjadi apa apa dengan Radhika dan anak kami, aku tak ingin kehilangan mereka berdua.

"Ahhhh Shaktiiii" teriak Radhika saat sudah berhasil melahirkan anak kami ke dunia setelah 45 menit berjuang melahirkan anak kami.

"Selamat pak anak bapak laki laki" ucap Dokter memberi selamat padaku dan suster memberikan bayi kami kepada ku.

Aku mengendong putra kami, wajahnya perpaduan aku dan istriku, Radhika. Aku mendekati Radhika yang melihat kami sambil tersenyum setelah perjuangannya kerasnya selama 9 bulan ini.

"Sayang putra kitaa" ucapku padanya sambil tersenyum bahagi.

"Berikan dia padaku" ucap Radhika yang masih lemas, aku membaringkan putra kami disamping Radhika.

"Wajahnya sangat tampan tidak seperti kamu" Ledek Radhika dengan tawa kecil.

"Bisa bisa nya dia meledekku dalam keadaan seperti ini, ternyata mereka berdua itu tidak jauh berbeda" pikirku

"Aku tampan loh sayang, buktinya kamu terpesona" aku membanggakan diriku sendiri.

Kami tertawa bahagia. Tuhan terima kasih telah memberi kebahagian dalam rumah tangga ku. Terima kasih karena hadian terindah yang kau berikan putra kecilku, malaikat kami.


Bersamamu adalah hal terindah. Aku begitu mencintaimu.
~ Shakti

Next

Jangan lupa ya vote nya dan sarannya

Power Of Love {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang