Niskala Rasa

1.5K 81 0
                                    

 Malam itu, langit di Makassar tertutup oleh awan gelap yang membawa hujan deras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 Malam itu, langit di Makassar tertutup oleh awan gelap yang membawa hujan deras. Universitas Hasanuddin, yang biasanya ramai dengan kegiatan mahasiswa, kini sepi dan sunyi. Raka, seorang mahasiswa kedokteran yang sedang menjalani koas, baru saja menyelesaikan shift malamnya di rumah sakit pendidikan universitas. Rasa lelah tampak jelas di wajahnya saat ia melangkah keluar dari pintu rumah sakit, merasakan udara malam yang dingin menyapa kulitnya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menghilangkan penat setelah seharian merawat pasien.

Raka memasuki mobilnya yang diparkir di bawah rindangnya pepohonan yang berjajar di sekitar rumah sakit. Dengan tangan gemetar, ia meraih ponsel untuk memberi kabar kepada Safira bahwa ia dalam perjalanan pulang. "Sayang, ini saya sudah selesai shift-nya, otw pulang mi. Semangat ki shift nya," tulis Raka dalam pesan singkat. Ia menekan tombol kirim dan menghidupkan mesin mobilnya yang mulai menghangat.

Perjalanan pulang terasa begitu sunyi, hanya diiringi oleh suara hujan yang mengguyur dan gemuruh petir di kejauhan. Jalanan yang licin membuat Raka harus ekstra hati-hati mengemudi. Pikirannya melayang, memikirkan rencana masa depan bersama Safira. Mereka berdua sudah berencana menikah setelah selesai koas nanti dan memulai kehidupan baru sebagai pasangan dokter, ah sangat indah bukan.

Namun, takdir berkata lain.

Saat melewati Jalan Perintis Kemerdekaan yang lengang, tiba-tiba, dari arah yang berlawanan, sebuah truk besar melaju kencang, kehilangan kendali di jalan yang licin. Raka terkejut, refleks mencoba menghindar. Tetapi semuanya terjadi begitu cepat. Mobilnya tergelincir dan berputar di tengah jalan, sebelum akhirnya menabrak pembatas jalan dengan keras. Suara benturan yang memekakkan telinga menggema di seluruh area, diikuti oleh suara logam yang hancur dan pecahan kaca yang berhamburan.

Di dalam mobil, Raka tergeletak tak berdaya, darah mengalir dari kepalanya yang terbentur keras. Kesadarannya perlahan memudar, pandangannya kabur. Lalu perlahan matanya tertutup dan dia sempurna tak sadarkan diri.

Saat ambulans tiba dan paramedis membawa Raka ke rumah sakit, ia sudah tidak lagi sadarkan diri. Dokter segera melakukan penanganan untuk menyelamatkan nyawanya, namun luka di kepalanya terlalu parah.

Safira, yang juga sedang koas di rumah sakit berbada, langsung bergegas begitu mendapatkan kabar bahwa Raka mengalami kecelakaan. Dari arah rumah sakit labuang baji, jalan ratulangi. Ditemani oleh beberapa teman mereka yang juga sedang menjalani koas, Safira meluncur dengan cepat menuju Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin. Hujan gerimis yang turun malam itu tidak menghalangi langkah mereka, meskipun jalanan basah dan licin menambah tantangan dalam perjalanan. Dengan hati yang penuh kecemasan dan doa, Safira berusaha tetap tenang meskipun pikirannya terus dipenuhi oleh kekhawatiran akan keadaan Raka. Setiap detik dalam perjalanan terasa begitu lama, seolah-olah waktu berjalan lebih lambat dari biasanya.

"InsyaAllah baik-baik ji, Raka. Berdoa ki sama-sama, Safira." Nabigah mencoba menenangkan Safira meskipun ia juga sebenarnya tak bisa menyembunyikan rasa cemas dan khawatir yang dirasakan, bahkan air matanya juga ikut terjatuh.

Cerita Pendek (Salmon story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang