The Incident

388 48 0
                                    

Sudah hampir satu bulan lebih setelah pengakuan perasaan Chorong pada Suho. Mereka masih sering berkomunikasi dan memutuskan untuk tidak terlalu intens bertemu karena Ayah Suho yang masih mengawasi gerak-gerik anaknya itu. Kondisi kesehatan Suho sudah lebih membaik. Perban yang terpasang di bahunya sudah terlepas. Tangannya sudah bisa leluasa bergerak bebas. Bahkan dia juga mulai mengendarai jauh sampai luar Seoul hanya untuk menghadiri sebuah rapat.

Seperti biasa, di pagi hari, Chorong membantu Ahjumma pemilik gedung untuk membuang banyak kantung sampah yang sudah penuh ke tempatnya. Dengan semangat, dia tampak beberapa kali bolak-balik untuk mengerjakannya.

"Aigoo, gomawo, Chorong'ah" Ucap Ahjumma itu saat melihat Chorong sudah selesai.

"Tidak perlu sungkan, Ahjumma"

"Kau sudah banyak membantuku selama ini. Aku berharap bisa memiliki anak perempuan sepertimu. Tapi aku malah mendapatkan anak lelaki yang belum mengabariku sampai saat ini juga"

"Kau memiliki anak? Aku tidak tahu tentang itu..."

"Aku dan suamiku sudah lama bercerai. Anakku itu memilih untuk ikut tinggal dengan Ayahnya sejak 10 tahun yang lalu"

"Benarkah??" Chorong teringat kisah hidupnya sendiri. Bahkan di saat kondisi Ayahnya membaik dan sudah berada dirumah, Chorong belum bisa mengunjungi Ayahnya lagi.

"Kau mungkin akan tahu saat kau melihatnya. Dia memiliki wajah yang sangat mirip denganku"

Chorong ikut tersenyum melihat wanita paruh baya itu yang merasa senang saat menceritakan tentang anaknya.

"Aku harus beristirahat sebentar sebelum berbelanja untuk makan siang nanti" Ucap Ahjumma itu yang ingin menaiki tangga.

"Biar aku saja yang membelikannya untukmu, Ahjumma"

"Nde?"

"Aku juga ingin keluar sebentar untuk membeli sesuatu"

"Arasseo. Aku akan mencatat beberapa bahan makanan yang harus kau beli untukku"

"Nde..."

Kingdom Mall.

Suho berkeliling ke setiap toko di lantai dua dan tiga. Seorang sekretaris yang sejak tadi mengikutinya, tampak bingung melihat sikap atasannya itu yang selalu memasuki toko perhiasan tanpa mengucapkan apapun.

"Daepyonim, apa kau mencari sesuatu?"

"Apa kau tahu hadiah yang cocok untuk seorang wanita??"

"Wanita?"

Suho mengangguk dengan masih berjalan memperhatikan beberapa toko yang di lewatinya.

"Apa kesukaan wanita itu, Daepyonim? Mungkin aku bisa mencarikannya untukmu"

"Kesukaan? Dia hanya wanita biasa yang suka berbicara dengan hal-hal tidak kasat mata" Suho berbicara sambil menunjukkan senyumnya pada sekretaris itu.

"A-apa maksudmu, Daepyonim?"

Suho tidak menjawab. Dia hanya kembali berjalan. Sampai langkahnya terhenti di depan sebuah toko perhiasan lain. Dia langsung memasuki toko itu.

Because of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang