BRUK!! Bunyi badan seseorang yang di dorong ke arah tembok.
Saat bel istirahat berbunyi, Abigail langsung melesat ke arah kantin karena alaram perutnya sudah berbunyi. Karena prinsipnya ‘printah perutnya adalah nomor satu’ dia langsung kekantin. Tapi niatnya di tahan oleh seseorang yang tidak di undang. Chateline and the gank.
“HEH!! Sakit tau! Apaa-apaan sih dorong-dorong!” kata Abigail kesal.
“HEH! Silly girl(Gadis tolol)! Kok elo gak mau tukeran duduk sama gua? Berani banget ya!” suara Chateline meninggi.
“Hey, queen(ratu). Tadi gua juga mau tukeran. Tapi Ryuuzaki sendiri yang nahan gua. Mungkin dia suka sama gua.” Kata Abigail asal.
“Heh, ke’pede’an banget lo! Jijik gua dengernya. Bilang aja emang genit! Ryuuzaki itu punya gua, jadi elo gak usah ke’genit’an deh!” kata Chateline kesal.
“Kalo punya lo, kenapa dia lebih milih duduk sama gua? Seharusnya dia dengan senang hati melepaskan gua dari genggaman hangatnya untuk pergi dan menerima elo ke genggamannya. Tapi ini? Wah, ngaku-ngaku ya? Rendah banget sih!” kata Abigail pedas dan sama sekali tidak takut.
“Sialan lo!” kata Chateline marah lalu tangannya melayang di udara dan akan menampar Abigail tapi di tahan oleh Ryuuzaki dari belakang.
“Eeh, Ryu-ryuuzaki. Hai!” kata Chateline gugup.
“Kalau boleh jujur.” Kata Ryuuzaki terpotong. “Jangan. Nanti mereka jelouse (cemburu) kalau sebenarnya aku itu yang kamu sayang bukan Chateline. Eh, ups!” kata Abigail pura-pura keceplosan. Chateline and the gank langsung mendelik tajam ke arah Abigail dan Abigail sendiri hanya melet.
“2 hal yang paling aku benci dari kalian. Yang pertama, cara mengejar kalian yang tidak tahu malu, itu menjijikkan. Dan yang ke-2 adalah ini. Pem’bully’an yang terjadi karena hal sepele. Dan hanya karean ke gilaan kalian, aku harus ikutan masuk ke ruang wali kelas. Jika terjadi, aku akan membunuh kalian.” Kata Ryuuzaki dingin dan tegas. Chateline and the gank langsung pucat pasi.
“Tuh kan, aku di belain. Makanya, jadi orang jangan suka ngaku-ngaku!” ledek Abigail. Lalu langsung lari mengejar Ryuuzaki yang sudah pergi duluan.
“RYUUZAKI!!” teriakku sambil mengejarnya. Seperti biasa, dia tidak merespond. Aku berlari lebih kencang untuk mengejarnya dan menghandangnya dari depan. Aku yang tergolong pendek –kalau di banding Ryuuzaki dan Toushiro- ini, sulit untuk mengejar kaki panjangnya Ryuuzaki. Walau aku lincah, aku tetap perempuan. Aku suka bingung, aku teriak saja dia tidak menoleh. Antara tuli atau pura-pura tidak mendengar itu sulit untuk di bedakan.
Walau aku terus meneriakkinya, dia terus berjalan tanpa memperdulikanku. Aku menghadangnya dari depan, dan dia menabrakku. Sepertinya dia tuli dan tidak menyadari kehadiranku. Sontak aku jatuh dan meringis. Dia kaget dan bingung –mungkin bingung karean tiba-tiba aku ada di depannya sedang duduk-.
“Hei! Ini jalan bukan tempat duduk! Ngapain duduk di situ? Minggir!” kata Ryuuzaki ketus sambil membuka headsetnya –ternyata bukan tuli-.
“Iih! Jahat banget sih! Udah nabrak terus ngebentak! Gak punya hati banget!” rengut Abigail.
“Kok gua?” tanya Ryuuzaki bingung.
“Makanya punya kuping itu jangan di sumpel terus! Lalu, punya badan jangan tinggi-tinggi! Orang dari tadi di teriakkin juga, budek ya?” hina Abigail.
“Terus? Gua harus bungkuk 90o untuk minta maaf dan bantuin elo berdiri? Ngarep!” kata Ryuuzaki tidak kalah pedas.
“Yee, di gituin aja ngambek. Mirip cewe. Eh, aku pengen bilang makasih doang sih.” Kata Abigail.
“Makasih? Buat?” tanya Ryuuzaki dengan wajah datar –sepertinya tidak menggubris hinaan Abigail.
“Nolongin gua tadi.” Kata Abigail senang.
“Gua gak nolongin elo. Cuman menyelamatkan nama baik gua doang.” Kata Ryuuzaki membetulkan kata-kata Abigail.
“Tapi gua tertolong.” Kata Abigail.
“Ya sudah, anggap saja itu satu paket. Sudah?” kata Ryuuzaki sambil menyelonong pergi.
“Yee! Patung bernafas!” hina Abigail kesal dengan sikap Ryuuzaki.
“Makanya, sering-sering minum susu atau makan tiang listrik, biar tinggi, terus gak di tabrak-tabrak lagi sama gua atau Ryuuzaki.” Kata Toushiro sambil iseng menggendongku ke atas. Bukan untuk membantuku berdiri, tapi menggendongku di atas angin.
“Turunin gua!! Sialan lo Toushiro!!” jeritku saat tubuhku terangkat dari tanah.
“Kalau setinggi ini, mungkin gak akan di tabrak gua atau Ryuuzaki lagi. Wee :P” ledek Toushiro yang kental dengan logat jepangnya, sambil menurunkannku.
“Baka yaru(Bodoh)!! Toushiro Baka(Bodoh)!!” umpatku ke Toushiro dalam bahasa Jepang.
“Urusai(cerewet)!! Gua sangkutin di tiang bendera nih!” ancam Toushiro.
“JANGAN!! Gua nanti gak bisa turun. Ngambek nih!” kata Abigail.
“Hahaha.. makanya jangan rewel! Jha nee~(dadah)” kata Toushiro lalu meninggalkan Abigail.
◦○●○◦
Toushiro adalah orang nomor urut ke -2 tertampan di sekolahku. Setelah Ryuuzaki yang menduduki nomor 1 dan Jang Joon Ha nomor 3. Dia sebenarnya sangat populer di kalangan perempuan. Sebenarnya, dalam budaya Jepang, jika nama panggilan Toushiro seharusnya Kuchki, seperti Ryuuzaki, tapi hanya aku, Lovely, Joon Ha-ah yang di –haruskan- memanggilnya dengan namanya.
Sekitar 5 bulan yang lalu, dia dan keluarganya pindah ke sebelah rumahku. Dengan model interior dan tampilan luarnya benar-benar japanese style dan lagi, dia termasuk orang kaya. Tapi –sebenarnya- dia sangat baik, ramah, dan fun. Tapi semua perempuan –kecuali aku dan Lovely- menganggapnya cool, pendiam, dll
Toushiro memang dingin ke perempuan-perempuan yang mengidolakan wajahnya. Dan anehnya, sikap kekanak-kanakkannya keluar saat bersama Lovely dan terutama bersamaku. Sikap konyol, menyebalkan, dll. Terkadang dia suka mengerjaiku, sampai-sampai aku suka sebal dengannya. Mungkin dia masuk urutan ke – 2 karena dia masik terlihat sisi konyolnya di depanku, berbeda dengan Ryuuzaki, yang memang seperti di selimuti baja.
Pernah sekali, saat aku menembak kakak kelas yang aku incar. Toushiro tiba-tiba datang dan berpura-pura menjadi pacarku. Tentu saja reaksi senpai sangat terganggu. Dia langsung pergi saat itu juga. Dan aku sangat kesal dengan sikap Toushiro, sampai aku memusuhinya selama 1 minggu.
Usaha untuk meminta maaf padaku sangat gencar. Tidak kenal tempat, waktu, dan keadaan. Bahkan dalam 1 hari, dia bisa meminta maaf padaku 10 x –lebih parah dari minum obat-. Walau begitu, aku sama sekali tidak menggubrishnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle Love
Teen FictionAbigail sesungguhnya punya hati yang baik dan sangat ceria. Dia di kelilingi oleh kakak-kakak laki-lakinya yang sangat amat menyayanginya. Tapi semuanya itu tidak akan dia tunjukkan lagi semenjak Ayahnya (Kai Hitsugaya) melukai hati sang Ibunda terc...