Toushiro Prov.
Berkat Abigail yang memusuhiku -menurutku- , Chateline jadi duduk DENGAN SENANG HATI di tempat Abigail, atau dengan kata lain di samping gebetannya, prince of school. Ryuuzaki Gin dan di samping barisannya second prince, yaitu aku.
Ryuuzaki? Jangan harap dia senang. Bahkan wajahnya yang selalu bisa dia tutupi ekspresinnya terlihat jelas sekarang. SANGAN JIJIK DAN JENGAH. Jika kalian bertanya alasannya, tentu saja karena Chateline terus menerus mengusik dan menggoda Ryuuzaki. Jujur, sebagian diriku tertawa melihat hal ini.
Aku mengejarnnya untuk bertanya ada apa sebenarnya, tapi dia bisa menghindar terus. Saat aku paksapun dia punya 1001 alasan untuk menolak. Lama-lama aku bisa gila karena bingung. Saat di rumah, keputusan gila mampir dan melekat di otakku. Rumahku dan rumah Abigail bersebrangan, dengan beranda yang sangat dekat. Sekali panjatpun aku sampai. Lalu tanpa pikir panjang, aku masuk -menerobos- ke kamar Abigail lewat jendela.
Saat aku masuk, aku menutup jendelanya -beruntung tidak di kunci- sangat pelan. Ternyata Abigail sedang tidur -menurutku-. Wajahnya sangat damai dan polos. Kebiasaanku keluar, menekan kedua pipinya dengan satu tangan membuat efek bibirnya maju, itu selalu membuatku terhibur, tapi kali ini, hatiku sakit, sedih, marah dan bingung menjadi satu. Dan menampakkan ekspresi luka.
Dia terbangun dan tersentak menatapku. Mata almond coklat beningnya itu membesar, kaget. Mata yang selalu bisa meluluhkanku saat dia sedang merajuk. Tapi sesaat kemudian, dia langsung membalikkan badannya untuk tidur lagi. Amarahku memuncak seketika. Aku membalikkan badan Abigail paksa dan mengurungnya dalam kedua tanganku, memaksanya untuk melihat kearahku.
"Salah gua apa? Kenapa lo jauhin gua?" tanyaku dengan raut terluka dan putus asa. Dia terdiam. Aku sadar, bibirnya memucat. Dia melihatku dengan sorot ketakutan, tubuhnya bergetar hebat dan wajahnya menahan tangis. kenapa ini? Jangan-jangan..
_____________
Abigail Prov.
Posisi ini.. Ya Tuhan, aku takut. Aku masih trauma dengan posisi ini. Jeritku dalam hati. Walau ini Toushiro, tapi aku tetap masih trauma. kataku dalam hati. Toushiro segera mengangkat tubuhya saat sadar bahwa aku ketakutan.
"Maaf, gua lupa, ternyata kamu masih trauma." kata Toushiro menyesal. Aku menghembuskan nafas pelan-pelan untuk menetralkan deru nafas dan detak jantungku yang tak karuan.
Setelah tenang aku akhirnya berucap. "Apa menerobos kamar orang terutama perempuan dengan cara memanjat adalah tradisi wajib di Jepang? Itu mengerikan." sinisku.
"Tentu tidak. Dasar Bodoh!" kata Toushiro kesal.
"Lalu? Sedang pamer keahlian jadi monyet atau maling?" hina ku.
"Abigail-chan! Elo kenapa sih? Salah gua apa? Lo kok ngejauhin gua?" rentetan pertanyaan di ucapkan Toushiro. Itu pertanyaan telak untukku. Alasan aku menjauhi Toushiro karena untuk menjernihkan pikiranku.
"Saat gua di dekat lo, lo jahil banget, tapi pas gua ngilang, elo ngejar gua habis-habisan. Di prinsip gua, cowo dan cewe tidak mengenal 'teman' dan lagi elo gak masuk kategori teman bagi gua. Yang gua tau cuman 'pacar' atau 'kenal nama'. Tapi saat lo ngejar gua melebihi kata teman bagi gua. Antara sahabat dengan pacar. Gua frustasi sendiri!!" kataku sambil menatap ke manik mata bulan sabitnya.
"Maksudnya, elo suka sama gua?" Tanya Toushiro hati-hati.
"Itu yang mau gua tanyain sama lo." kataku singkat.
"Tidak! Tentu saja, elo .." " Elo itu bukan tipe gua dan gua nganggep lo sebatas tts. tetangga, teman, dan sahabat. Just that!" potongku sebelum Toushiro mengucapkan mantranya.
"Nah, tuh tau. Ada lagi?" Tanya Toushiro enteng. Dan entah kenapa hatiku sakit.
"Gak. Cuman itu. Arigato." kataku, lalu kembali tidur.
"Heh, A.. Aih! Lo bener-bener aneh. Ya sudah, gua pulang." kata Toushiro lalu kembali keluar lewat jendela yang sama saat dia masuk.
______________________________
Author Prov.
Abigail yang sudah baikan dengan Toushiro -emang pernah musuhan?-, kembali ke tempat semula. Samping the prince of school, Ryuuzaki.
"Abigail. Kalau lagi musuhan sama Kuchiki, tolong jangan bawa-bawa gua!" kata Ryuuzaki kesal.
Pagi-pagi udah dapet semburan. Bukan Abigail namanya kalau gak berontak. "Gua gak minta tolong atau saran ke elo. Dimana letak 'bawa-bawa'nya?" tanya Abigail pedas.
"Elo pindah, Chateline duduk sini. Dan gua JIJIK!" kata Ryuuzaki menekankan kata 'jijik'
"Tampan itu anugrah, dan elo mendapatkan 'hadiah' bonus. Jadi nikmati aja." kata Abigail cuek.
"Cewe aneh!" ledek Ryuuzaki.
"Hooi! Chateline! Jangan. Pernah. Godain. Ryuuzaki. La-gi!" kataku serius dan penuh penekanan di setiap kalimatnya.
"Idih, serasa jadi ceweknya aja. Siapa lo? Cuman temen sebangku! Jadi elo gak punya hak untuk ngelarang-larang gua!!" kata Chateline pedas.
"Dasar nenek lampir! Dengerin dulu makanya! Ryuuzaki itu HOMO!! Percuma kalo elo deketin dia!" teriakku. Dan Chateline syok, sama dengan Ryuuzaki.
"Eeh?! Serius?" Tanya Chateline mulai jijik dan kecewa.
"Tanya aja ndiri! aaahh.." teriak Abigail sambil lari-ngacir- ngungsi ke tempat Joon Ha dan Han Kang (genk baru). Abigail melirik takut-takut ke arah Ryuuzaki, dan di sana, Ryuuzaki sudah siap dengan tatapan membunuhnya.
"Gil, elo emang cewe paling keren." ledek Joon Ha.
"Gil. Elo kan duduk di samping dia, nah, nanti kalo guru dateng, elo gimana?" tanya Han Kang.
"Oh, iya. Lupa gua!" kata Abigail sambil menepuk jidat. "Gimana dooongggg?!?!" Tanya Abigail panik plus merengek.
"Elo deketin, terus elo kasih jurus mata lo itu. Gua jamin, persen elo di telen bulet-bulet turun!" kata Han Kang.
"Berapa persen?" Tanya Abigail.
"Paling 2%." kata Han Kang santai.
"AAHHH!!! Gua duduk sini aja deh." Putus Abigail.
"GAK! SEMPIT!" kata Joon Ha final. Lalu aku pergi takut-takut ke arah Ryuuzaki.
"Ryu-ryuuzaki." kata Abigail manis.
"..." Ryuuzaki tidak menjawab, dia hanya menatap Abigail dengan tajam.
"Ma-maaf ya." kata Abigail memelas. "Ta-tapi bener dong. Kan elo pasti gak akan di deketin sama Chateline." kata Abigail membela diri. Sedetik tercetak senyuman di wajah Ryuuzaki, seperti mempunyai rencana jahat.
Saat Abigail mendaratkan pantatnya di bangku kayu, detik itu juga, Ryuuzaki menarik Abigail kedalam pelukannya. Tubuh kecil Abigail di rengkuh oleh tubuh atletis Ryuuzaki. Dan sepertinya dia sedang menjalankan rencana jahatnya. Dia memperlakukan Abigail seperti pacarnya sendiri.
Ryuuzaki meniup-niup leher Abigail lembut dan itu membuat bulu kuduk Abigail remang. Dan sesekali mencium leher itu juga. Dan sekarang dia bermain di telinga, di gigit lembut daun telinga Abigail, sampai membuat Abigail mengelinjang.
Semua mata tertuju pada 'pertunjukkan' Ryuuzaki. Chateline langsung naik pitan, dan Toushiro membelalak, untungnya Lovely lagi jajan.
"Ryu-ryuuzaki." kataku terbata-bata, aku yakin wajahku memerah sekarang.
"Panggil saja Gin." kata Ryuuzaki (mulai sekarang panggilannya Gin kalau Abigail yang ngomong) masih berkutat pada leher Abigail.
"GIN!! LEPAS!!" kataku dengan tegas, walau wajahku masih memerah.
*CUP* ciuman ringan di pipi. Lalu Gin melepaskan pelukannya dan kembali menjadi pangeran misterius. Aku syok, semua orang syok, Lovely juga ternyata sudah datang, dan minumannya sampai jatuh karena syok. Terutama Chateline dan Toushiro.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle Love
Teen FictionAbigail sesungguhnya punya hati yang baik dan sangat ceria. Dia di kelilingi oleh kakak-kakak laki-lakinya yang sangat amat menyayanginya. Tapi semuanya itu tidak akan dia tunjukkan lagi semenjak Ayahnya (Kai Hitsugaya) melukai hati sang Ibunda terc...