"Tolong jangan usik kami berdua lagi." kata Abigail serius pada Kaname.
____________________________________________________
Part 10.
Author POV.
Kaname membulatkan matanya tanda dia kaget. Dia kaget bukan main. Dan di tambah oleh suara tersedak Kiriyuu. Teryata dia mendengarkan sembari makan. Kaname menatap mata Abigail tajam. Dia mencari-cari kesungguhan di mata Abigail. Mata coklat almon tersebut menatapnya dengan sungguh-sungguh.
"K-kenapa? Kenapa kamu bisa berkata seperti itu pada kami?" tanya Kaname terbata-bata.
"Maaf," kata Abigail sambil tertunduk. "Aku memang dari dulu membenci ayah, dan merembes ke kalian. Jadi dengan kata lain, aku tidak ingin bertemu dengan keluarga dari Kai Hitsugaya lagi. Atau keluarga Jepangku." kataku serius. Kaname dan Kiriyuu terhenyak.
"Aku fikir kalian sudah cukup kaya untuk memikirkan perusahaan yang sangat maju itu. Dan TOLONG! Jangan sekali-kali memberi ruang untuk memikirkan aku dan bunda! Ingat! Aku sudah bahagia tanpa KALIAN!" kataku kasar.
"A-abigail." kata Kiriyuu lirih.
"Ah, sudah malam. Kalian tidak pulang? Pasti Kai -san mengkhawatirkan anak-anaknya tercinta." kata Abigail. Lalu membereskan peralatan makan. Kaname dan Kiriyuu berjalan gontai ke pintu luar dan di antar oleh Abigail.
"Hati-hati di jalan. Aku tidak berminat untuk mengelola perusahaan besar itu jika kalian kenapa-kenapa. Dan sangat tidak ingin di usik lagi." kata Abigail tajam dengan wajah tulus.
"Kamu bahkan memanggil ayah dengan namanya." kata Kaname.
"Aku tidak biasa memanggil ayah. Yang aku tahu, aku hanya punya Ibu." kata Abigail. "Hati-hati di jalan." timpalnya. Lalu tanpa berkata lagi, Kaname dan Kiriyuu pergi dari rumah.
Abigail hanya menatap kepergian kakak-kakaknya dengan tatapan kosong. Tidak ada raut benci dan bahagia di sana. Dia sendiri bingung.
"Itu tidak sopan Abigail! Bunda tidak mengajarkan kamu seperti itu." kata bunda tegas.
"Setidaknya mereka sadar bahwa mereka tidak di inginkan di rumah ini." balas Abigail dingin.
"Kemana kesopanan kamu?!" tanya Bunda dengan suara meninggi.
"Maaf bun, aku cape. Lanjut marah-marahnya besok aja. Malam." kata Abigail meninggalkan Bunda sendiri di ruang tamu tanpa ingin membalas kata-kata Bunda, walau kata-kata lebih menusuk sudah ada di ujung lidah tinggal di keluarkan, dan Abigail memilih menelannya bulat-bulat.
"Abigail." panggil Bunda sebelum Abigail naik ke tangga. Abigail menoleh menatap Bundanya yang sangat dia cintai dan dia hormati, dengan tatapan sedih. "Seharusnya Bunda lebih sabar, mungkin.." "Mungkin sampai tua bunda akan di selingkuhi! Atau malah di ceraikan secara tidak hormat!" potong Abigail marah.
"Sudah lah, ini sudah malam. Aku besok sekolah. MAlam." kata Abigail langsung naik kekamarnya.
"Setidaknya bunda tidak ingin membuatmu merasakan broken home, sayang." ucap Bunda lirih.
Abigail masuk ke kamarnya dengan pikiran berkecamuk. Hatinya berkata 'tidak baik membenci kakak-kakak-mu. Mereka tidak salah, yang salah ayahnya bukan mereka.' tapi logikanya berkata 'sama-sama keturana, jadi memang bereka mendapat kutukan untuk di benci olehmu.' Abigail tahu, sebenarnya kakak-kakanya tidak salah. Tapi dia masih tidak ingin berhubungan dengan mereka dulu, karena itu, dia meminta dengan baik untuk tidak mencari Abigail dan Ibunya.
Tak terasa bulir bulir air mata jatuh di bantal Abigail. Abigail menangis dalam diam, dan sangking asiknya menangis, dia tidak sadar bahwa dia tidur-pun sambil menangis. Dan pagi-paginya, dia menyadari bahwa matanya sebengkak panda. (efek menangis di bawa tidur).
Buru-buru Abigail mendinginkan 2 sendok di freezer. Dan setelah 5 menit, dia langsung menekankan ke dua sendok itu ke matanya, dan mata pandanya kempes, walau tidak terlalu menghilangkan bekas.
Abigail siap-siap untuk kesekolah, sekalian membuatkan sarapan untuk dirinya dan Bunda tercintanya. Aku pergi ke sekolah sebelum Bunda bangun -dan jangan sampai dia sadar dengan mataku ini-.
Bunda bangun ternyata agak telat. Dia buru-buru mandi dan berdandan. Saat ingin membuat roti -karena kalau masak lagi gak keburu- dia melihat ternyata anak cantik semata wayangnya sudah membuatkan dia sarapan. Nasi Goreng, beserta.... n-note?
" For Bunda
Sorry for my attitude last night. Aku tidak ingin membela diri, tapi aku ingin rasanya menangis senang dan sebagian diriku ingin menjambak dan membunuh mereka, i'm really really confused. Mungkin aku belum bisa menerima perlakuan ayah. Maaf, sekali lagi maaf.
Tolong makannya jangan buru-buru, Aku berangkat duluan ya bun. Daah ~
Abigail"
Bunda membacanya dengan terharu. Dia memakan makanan buatan anaknya dengan berkali-kali memanjatkan puji syukur pada yang maha kuasa karena telah di berikan putri yang baik dan perhatian. Cantik pula. Walau masa lalu dia sangat suram dan menyedihkan, dia tetap bersyukur karena mungkin itu salah satu penyebabnya Abigail jadi orang yang mandiri dan hebat.
"Sepertinya aku telah melahirkan anak perempuan yang manis dan baik hati. Terima kasih Tuhan, telah menitipkan anak ini padaku. Tolong jangan pisahkan aku darinya. Dan untukmu Kai, mungkin jika kamu memperhatikan perkembangan Abigail, kamu akan menyesal telah menyakitiku, dan membuang harga diriku seperti sampah." kata Bunda sambil berucap syukur. Setelah membersihkan peralatan makannya, Bunda pergi ke kantor dan tidak lupa memakai name tag yang bertuliskan 'Jasmine Lady' dan mengunci pintu.
______________________________________________
Abigail Pov.
Sudah aku duga. Jam-jam segini, sekolah pasti masih sepi. Dan terbukti, hanya ada Thomas yang sedang belajar. Aku menaruh tasku dan mendaratkan pantat mulusku pada bangku kayu sekolah. Dan dengan tenang membaca novel 7 Days 7 Heart (bukan maksud buat promosi! Serius!). Aku sangat suka cerita ini, ceritanya tentang 1 orang yang koma harus memecahkan masalah percintaan 7 orang yang berbeda 1 orang dalam 1 hari.
Mataku lelah membaca, aku membatasi halaman terakhir aku baca lalu menutupnya. Aku terbelalak melihat Ryuuzaki yang tahu-tahu sudah ada di depanku. Dan aku yakin aku pucat sekarang. Entah siapa yang salah, selama 1 minggu duduk sebangku dengannya, aku tidak pernah terbiasa dengan sikap hilang-munculnya dengan tiba-tiba itu.
"Hei." suara bariton rendah itu membangunkanku dari ke kagetanku.
"I-iya?" tanyaku mungkin masih dalam efek kaget.
"Dari caramu memandangku, sepertinya lawan bicaramu adalah seseorang yang baru turun dari neraka?" kata Ryuuzaki tersinggung.
"Ma-maaf, walau sudah seminggu duduk denganmu, aku masih belum terbiasa dengan sikap muncul-hilang tiba-tibamu.
Ryuuzaki diam menanggapi perkataanku, dia menatap dalam mataku, sepereti sedang menyelediki sesuatu yang aku tidak tahu apa itu.Mata coklat sipit Ryuuzaki seperti sedang menguasai penglihatan dan otakku.
"Aku bingun dengan mataku belakangan ini." ucap Ryuuzaki masih menatap tajam wajahku. Dia menarik nafas panjang, dari caranya bersikap, aku seperti dapat alaram berbahaya. Dan dia melanjutkan, " Apa yang menarik darimu sih? Walau kamu manis, dan masuk kategori imut, tapi tidak pas dengan lidah berbisamu itu. Dan sama sekali bukan tipe-ku. Aku sangat suka wanita yang cantik dan hot. Bukan imut dan kekanak-kanakkan." Hinanya tajam. Aku sudah sempat berang padanya sebelum dia menlanjutkan kata-katanya lagi dengan tatapan berbeda. Tatapan sendu, rindu, sayang, dan apa? Aku bilang apa? Sayang?? Tidak mungkin. "Aku bahkan suka padamu, eh, tidak, jatuh cinta padamu!" kata Ryuuzaki lantang. Dan sukses membuatku syok!
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle Love
Teen FictionAbigail sesungguhnya punya hati yang baik dan sangat ceria. Dia di kelilingi oleh kakak-kakak laki-lakinya yang sangat amat menyayanginya. Tapi semuanya itu tidak akan dia tunjukkan lagi semenjak Ayahnya (Kai Hitsugaya) melukai hati sang Ibunda terc...