Part 17

930 43 2
                                    

"Kamu tidak sedang membuatku merasakan 'cinta bertepuk sebelah tangan' kan?" Tanya Abigail to the point.

"Maksudnya?" Tanya Gin bingung.

"Kamu tidak sedang bertaruh atau bermain-main dengan ku kan?" Tanya Abigail serius. Dan itu membuat mata Gin melebar karena kaget.

________________________

Abigail Pov.

Akhirnya aku mengatakannya. Walau sedari tadi aku diam karena sedih Toushiro pergi tanpa kabar, tapi hal ini menggangguku. Seperti magic aku jatuh cinta dengannya, dia memperlakukan ku dengan manis. Bahkan aku tidak melihat cacat cela miliknya. Seperti mimpi. Ya, dia sosok pangeran yang sangat sempurna, kaya raya, tampan, serta pintar. Dia juga memiliki mata tajam yang akan mengintimidasi lawannya, dan bibir yang umm, se-sexy. Aku malu mengatakannya, tapi itu kenyataannya.

Aku lihat mata Gin membulat seketika mendengar pertanyaanku. Katakan aku gila, katakan itu tidak benar, katakan GIN! teriak batinku. Tapi kenyataannya dia malah tersenyum menenangkan.

"Ayo ke kantin, kamu laper gak?" Tanya Gin mengalihkan pertanyaanku. Hatiku sakit. Jadi dugaanku benar. Hatiku seperti di tusuk beribu jarum. Jujur, lebih baik di tusuk pedang lalu mati daripada di siksa oleh jarum. Sakitnya itu terasa banget, dari pada harus mati di tusuk pedang. Eh, lebih baik langsung di tembak, tidak terlalu terasa sakit. Tapi, ini. Aku menahan mati-matian air mataku supaya tidak keluar.

"A-aku gak laper. Ak-aku ke perpus aja, mau tidur." kata ku terbata dan mencoba mengontrol suaraku yang ingin menangis.

"Oh, mau temenin?" tanya Gin.

IYA!!

"Gak usah, kamu makan aja, aku lagi pengen sendiri, jadi bisa nyenyak tidurnya." kataku memaksakan senyuman manisku lalu meninggalkan Gin.

Aku memasukki perpus, sepi. Tentu saja, ini pelajaran ke 3 dan tidak banyak peminat perpus setahuku. Kecuali orang nerd. Lupakan saja. Aku langsung menuju meja paling pojok, saat aku mendaratkan pantatku di bangku, rasanya tidak mood di sini. Lalu aku langsung keluar lagi. Membiarkan otak dan kakiku membawaku pergi kemanapun dia mau. Terserah! Aku hanya ingin tempat yang kosong, dan sepi.

Dan kalian tahu mereka membawaku kemana?

Jawabannya Atap! Ide bagus, ini pelajaran ke 3, 1 jam pelajaran lagi baru bel, dan juga pasti ramai di kantin, kalau saat istirahat ke 2 baru di sini mulai ada orang. Cukup pintar kau kaki dan otak, katakku pada mereka.

Aku mulai memojokkan diri, merebahkan tubuhku, menenangkan otakku. Bulir-bulir air liquid bening keluar dari mataku. Entahlah, mengeluarkan air mata dalam diam itu membuatku lebih baik, walau lebih enak kalau teriak. Tapi angin sepoi-sepoi membantuku untuk tenang, malah aku sudah terseret alam mimpi, dan aku mengikutinya. Aku terlelap sambil menangis.

___________________________

Ryuuzaki Gin Pov

"Kamu tidak sedang bertaruh atau bermain-main denganku kan?" kata pacarku dengan sungguh-sungguh. Oh man. Ada apa dengannya?

"Ayo ke kantin, kamu laper gak?" tanyaku mengalihkan topik. Nanti saja aku ceritakan, karena sekarang aku sangat lapar. pikirku. Dia menolak dengan halus, aku tahu dia kecewa, tapi melihat senyum di paksakan keluar di wajahnya, aku sudah mencium ada yang tidak beres. Dia meninggalkanku begitu saja, dari bahasa tubuhnya, aku sudah mengetahui bahwa dia akan menangis. 

Aku ingin mengejarnya, mendekapnya erat dalam pelukan hangatku dan mengatakan yang sejujurnya. Tapi aku teringat kata-kata Kuchki yang lalu.

"Sepertinya kamu bahagia ya?" kata Kuchiki (aku belum dekat dengannya) suatu ketika.

"Hmm, dia sangat cantik dan baik." kataku senang.

"Ah, tapi sensitif." timpal Kuchiki.

"Maksudmu?" Tanyaku bingung.

"Akan aku beritahu satu hal. Kalau dia ngambek, jangan langsung di kejar, jika memang tidak ngambek-ngambekkan. Kalau dia serius, biarkan dia tenang dulu. Jika tidak, apapun yang kamu ucapkan untuk menenangkannya malah tidak di dengarkannya, intinya memperburuk keadaan." kata Kuchiki serius.

Dan karena kata-kata itu, aku jadi melepasnya sebentar sembari mengisi perutku yang sudah meronta-ronta.

Walau feelingku buruk.

"Abigail mana?" tanya Lovely saat melihat aku sendirian.

"Ke perpus, mau tidur katanya." kataku lalu memesan hamburger.

"Kok elo cuek banget?" selidik Lovely.

"Laperr." balasku ringan.

"Dasar laki-laki." dengus Lovely sambil memakan ketopraknya.

"Hey! Wajar dong! Kami manusia yang butuh makan." sambar Han Kang sebal.

"Yee, ikut-ikutan aja." balas Lovely pedas.

"Karena lo bawa-bawa kaum lelaki." kata Joon Ha santai.

"Iya, iya, gua kalah. Maaf kaum lelaki." kata Lovely kesal. "Masa 3 lawan 1 sih." cibir Lovely pelan.

"Gua dengar itu." kata Joon Ha santai.

"Ish! Bawel!" kata Lovely kesal. Sedangkan Gin sudah menyelesaikan makannya sedari tadi dan langsung mencari Abigail.

Saat dia memasukki perpus, dia tidak menemukan tabda-tanda keberadaan Abigail.

"Kemana dia?" gumamku bingung.

Atap. Kenapa itu tempat yang terpintas di otakku? Mungkin feeling. Pikirku lalu segera ke atap. Aku berputar-putar mencarinya tetapi tidak menemukannya. Akhirnya sampai di pojokkan, seorang wanita tidur dengan lelap, dari jauhpun aku sudah mengenali bahwa dia pacarku.

Aku mendekat perlahan supaya tidak membangunkannya. Mengamatinya tertidur sedekat ini membuatku makin terpesona. Dia mungkin malaikat yang dikirimkan untukku. Semuanya terasa indah, suaranya, wajahnya, walaupun saat kesal, dia masih tetap cantik. Tak tahan, aku mengelus rambut hitamnya dengan perlahan.

Terjadi pergerakan dalam tidurnya. Oh tidak, dia terbangun. Kataku menyesal. Dan benar saja, perlahan mata almondnya terbuka menampakkan mata coklat bening milikknya yang mempesona.

"Maaf membangunkanmu." kataku pelan.

"Dari pada itu, lebih baik jawab pertanyaan tadi." kata Abigail pelan tetapi dia menatap langsung ke manik mataku.

"Ah, itu." kataku ragu. Bingung ingin menceritakannya.

"Ya atau Tidak!" katanya lalu duduk menghadapku.

"Baiklah, tapi berjanji dulu satu hal padaku. Dengar semua ceritaku baru boleh berkomentar. Deal?" ucapku serius.

"Baiklah." kata Abigail dengan raut cemas.

Aku menarik nafas panjang sebelum memulainya.

"Jawaban pwrtanyaanmu itu." kataku terputus, karena benar-benar tak kuat untuk memberitahunya.

"Cepatlah!" balas Abigail tidak sabaran.

"Iya." jawabku pelan yang pasti Abigail mendengarnya.

______________________

Hey yo! Readers setia yang baik hati yang sudah membaca cerita Absrudku ini.

Makasih yang udah vote dan komen. Tetap masih di tunggu dukungannya.

TYPO BERTEBARAN!

Find another story =

What is the meaning of LOVE? : On Going

Love With Prince : Complete

My Sweetest Experience Love : Complete

You're My Destiny : Complete.

Kecup sayang

Echa_VOLT

Triangle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang