Part 18

1K 47 1
                                    

"Jawaban pertanyaanmu itu." kataku terputus, karena benar-benar tak kuat untuk memberitahunya.

"Cepatlah!" balas Abigail tidak sabaran.

"Iya." jawabku pelan yang pasti Abigail mendengarnya.

______________________

Abigail Pov.

Kalian tau rasanya di tikam pisau? Sakit kan? Tapi ini, aku seperti di tikam seribu jarum, sangat menyiksaku. Semakin banyak oxygen yang aku hirup semakiin sakit juga yang aku rasa. Bayangkan, kalian sudah punya seseorang yang kalian percayakan hati kalian padanya, lalu menghempaskannya begitu saja. Sakit!

"Abigail." panggil Gin. Rasanya aku melihat sosok Gin menjadi ayahku sekarang. Manusia menjijikkan.

"Diam dan jangan panggil namaku lagi!" desis ku geram. Aku lihat raut wajah Gin mulai mengeras. Hah! Perduli apa, sialan dia, memanfaatkanku, dan aku juga bodoh mau di manfaatkan olehnya.

"Sayang." bujuk Gin.

"Hebat! Kamu masih memanggilku 'sayang' , mau sampai berapa lama lagi?" tanyaku sinis.

"Kamu janji buat denger sampai akhir!" kata Gin sinis. Aku terpana dengan kesinisannya. Yang salah disini aku atau dia sih? pikirku bingung.

"Tidak perlu, aku sudah menebak akhirnya." kataku dengan tegas walau akhirnya suaraku tetap bergetar.

"Aku tidak perduli kamu sudah menebak atau tidak. DENGARKAN AKU ! Itu janjimu tadi." kata Gin tegas.

"O-oke." aku takut, dia mengeluarkan aura yang selama ini belum pernah aku lihat. Sungguh! Aura ini sangat menyeramkan. 

Gin tersenyum sebentar, lalu dia mulai bercerita. "Awalnya aku memang ingin mengujimu, kamu berbeda atau sama dengan yang lainnya. Awalnya aku sudah menduga, kalau kamu sama, di lihat dari caramu membuatku miskin tapi tidak akan bisa. Aku sudah akan membuangmu 2 minggu kemudian. Kamu tau, banyak orang yang telah membuatku patah hati. Tentu, itu adalah sisi negatif orang tampan dan kaya." kata Gin sambil terkekeh, dia dengan santainya menarikku kepelukan hangatnya.

"Tapi, melihat matamu yang jernih, aku langsung tertarik, karena itu aku ingin mengujimu. Sampai saat kamu sok menangis sakit hati saat bertemu salah satu mantanku. Itu aku langsung tau, kamu sebenarnya tidak menyukaiku. Dan semua hal yang kamu lakukan selama ini adalah cara cepat untuk memutuskanku. Sungguh, kamu membuatku tertarik saat itu juga. Tapi aku masih takut jika suatu saat kamu meninggalkanku. Karena itu, kamu terus aku manjakan. Tapi, aku salah. Kamu wanita kuat yang mandiri. Dan tidak suka membuat orang lain terbebani." kata Gin sambil mencium puncak kepalaku. Berdebar aku di buatnya.

"Kok tau?" Tanya ku penasaran.

"Saat kamu bolos kemarin. Aku tahu kamu punya masalah yang besar, terlihat dari mata mu. Tapi kamu malah membuatnya adalah mimpi belaka. Walau sampai sekarang, kamu masih memikirkannya. Tetap saja kamu tidak mau berbagi. Hey, aku ada di sini untuk kamu berbagi kesusahan juga." kata Gin santai.

"Heeh, ketahuan ya. Hebat kamu Gin. Tapi sekarang, jujur. Kamu masih memanfaatkanku?" tanyaku pelan dan hati-hati.

"Iya." kata Gin tegas. Aku di hempaskan lagi ke jurang.

"Untuk mengisi kekosongan di hatiku tentunya." lanjut Gin yang tahu aku sakit hati. Seketika dia terbahak. "Makanya, jangan langsung peresepsi buruk sama pacar!" dia mengigiti kupingku.

"Berisik!" aku yakin wajahku memerah sekarang.

"Hahaha." tawa Gin makin membesar.

_______________________________________

Triangle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang