Part 4

1.5K 64 0
                                    

Aku masih memejamkan mata, karena tidak berani menatapnya. Ingin tahu –walau sudah pasti tahu- kelanjutannya.

            “BAKA!” kata Toushiro sambil tersenyum jahil lalu menegakkan tubuhnya lagi. “Masih terlalu cepat 10 tahun untuk menggodaku. Anak kecil!” Ledek Toushiro. Lalu pas sekali sudah ada di depan pintu kelas. Dia menurunkanku di sana.

            “Aku penasaran, selain kamu orang jepang yang bermata sipit-sipit itu dan berwajah LUMAYAN. Ingat lho! Aku bilang LUMAYAN” kata Abigail menegaskan kata ‘lumayan’ dan Toushiro menahan tawa. “Apa lagi daya tarikmu untuk di jadikan orang tampan? Kamu pakai pelet ya? Atau their eyes is bad quality (mata mereka buruk).” Hinaku kejam.

            “You... Jealouse? (kamu cemburu?) Oh no, i know now, you fall for me right? (Oh tidak, aku tahu sekarang, kamu suka padaku kan?) Sorry, you’re not my tipe at all (Maaf, kamu bukan tipeku).” Hina Toushiro jauh lebih kejam. Sesaat aku tertohok. Aku paling benci saat Toushiro menyinggungku dengan Tipe. Karena aku tahu, kondisi tubuhku sendiri.

            Aku yang tergolong pendek –kalau di bandingkan dengan tinggi Toushiro dan Ryuuzaaki kalau yang lain tergolong sedang. Dengan wajah yang tidak secantik bidadari dan badan yang proposional, tapi tidak sexy seperti Nicky Minaj. Setahuku daya tarikku hanya bibir - kata Toushiro entah benar atau tidak- dan mata yang bisa membuat orang luluh jika memohon -kata Bunda-.

        Rambut hitam sepungung, bergelombang berwarna hitam sehitam gagak. Dan karena hobby olahragaku, aku termasuk lincah dan lidahku paling pedas -seperti cabe rawit-, tajam -seperti pisau yang baru di asah-, dan kejam sekali -seperti pembunuh darah dingin- di antara cewe sekolah.

        Aku berjalan gontai ke kelas setelah hinaan itu. Walau duduk di sebelah spot jantung sekolah -Ryuuzaki- itu pun aku tidak tertarik lagi. Seperti semua indraku mati. Aku duduk dengan posisi tiduran di atas meja, dan tak lama kemudian, alam mimpi mulai menarikku ke dalamnya. Aku tidak melawan sama sekali, bahkan aku menginginkannya.

        Entah berapa lama aku berada di alam itu, aku tidak tahu apa-apa. Yang aku tahu, aku terbangun karena senggolan 'pangeran' dan aku juga mendengar sayup-sayup seseorang meneriakkiku. bukan suara Ryuuzaki, lagi pula dia bukan tipe orang yang ingin repot. 

        Aku menyadarkan diriku sepenuhnya. Suara yang menyerukan namaku bukan berasal dari teman-temanku. Suara lengking dan memakai bahasa inggris. tunggu? bahasa inggris. akh, pasti ma'am winter -nama aslinya snowdrop (bs. bunga = pengharapan) tapi karena terkenal killer dan dingin jadi sebutannya Winter-.

        "How dare you sleep in my class?! Just because your point test 90? No, no, no, a student sleep in my class, PROMINET MY CLASS!! GO OUT FROM MY CLASS, NOW!!" kata ma'am winter berapi-api. Aku beranjak dari tempat dudukku dan berjalan ke luar. (Beraninya kamu tidur di kelasku! Hanya karena nilai test kamu 90? Tidak, tidak, tidak, siswa yang tidur di kelas, TERUTAMA DI KELAS SAYA!! KELUAR SEKARANG!!)

        "Hei!! Did you wan't to say 'sorry' or 'forgive me'?" kata Ma'am winter kesal karena egonya terluka. (Hei!! Kamu tidak ingin minta maaf?)

        Aku kesal. "Forgive my bad attitude. Can i go out now?" kataku santai. Matanya membelalak kage, dan semua satu kelas seperti tidak bernafas.

        "WHAT?! What happend to you? All my student always want to stay in class, but you?" katanya tidak bisa melanjutkan kata-katanya sangking kagetnya. (APA? Ada apa denganmu? semua murid saya selalu ingin tetap di kelas, tapi kamu?)

        "Yes, all of your student did, and all of them want your forgiveness, but you NEVER say YES! So, why must I get tired just because say sorry and in the end you still kick me out!" (Ya, semua muridmu melakukannya, dan meminta maaf, tapi ibu TIDAK PERNAH memperbolehkannya! Terus, kenapa aku harus cape-cape untuk meminta maaf jika akhirnya di usir keluar?) kataku sinis, semua orang di kelas benar-benar tidak menyangka seorang guru killer akan di bully Abigal. Dan aku keluar dengan tenang. Jika kallian berfikir aku menyesal, kalian salah. AKU SAMA SEKALI TIDAK MENYESAL!! BAHKAN AKU BAHAGIA TELAH MEMBALASKAN DENDAM TEMAN-TEMANKU! Langsung aku berpesta kekantin.

Tapi entah kenapa, aku sedang malas, jadi, pestaku ku tunda lalu aku pergi ke perpus. Ngadem plus tidur di sanna, karena dingin dan sepi (lagi belajar semua) dan yang paling utama tidak ada peraturan perpus yang melarang tidur di sini. Dan, sehabis ma'am winter, seni budaya, dan gurunya tidak masuk, lalu istirahat. Cukup lama waktuku untuk tidur.

______________________________________

Toushiro Prov.

Setelah kejadian ma'am killer itu, Abigail langsung keluar. Dan saat bunyi pelajaran seni budaya, Abigail belum masuk juga. Sampai 15 menit setelah winter keluar, batang hidungnya pun tidak kelihatan. Dan beruntungnya, seni budaya, gurunya sakit, jadi aku memanfaatkan waktu itu untuk mencari Abigail. Mau ajak Lovely, tapi lagi nyalin pr, Joon ha sama Han Kang juga sibuk nge-graffity. Jadi intinya aku sendirian nyariin dia. Gak mungkin aku ajak Ryuuzaki kan? 

Kantin, Nihil. Lapangan? Gak ada. Lapangan indoor? gak ada juga. Kolam renang, lapangan basket, lapangan badminton, atap, gak ada. Sampai taman sekalipun juga gak ada. toilet cewek? tapi kok sampai 30 menit gak ada? emang ngapain di ada di sana? sampai selama itu? Ah, Perpus! tapi dia males baca, pasti gak ada. ABIGAIL KAMU KEMANA SIH?!?!

Ajaibnya, saat pelajaran terakhir, PLKJ dia datang dengan wajah yang mengantuk. Dia duduk seperti orang bingung. Sepertinya baru bangun, 

"Pssttt!! Gil! Dari mana aja lo? Kok gua cariin gak ketemu?" panggilku ke Abigail. Tidak ada jawaban dari Abigail. Yang ada dia menjatuhkan kepalanya dan tidur lagi. AKH!! pikirku kesal. Dan guru PLKJ ini sangat baik. Dia akan membiarkan muridnya tidur, dan juga dia tidak pelit nilai. TAPI, kalau yang berisik, akan di geret keluar dan nilainya di hancurin. Hebat kan?

Pas pulang, pertama kalinya aku gak ketemu Abigail. Buru-buru ke rumah Abigail, tapi Abigailnya belum pulang. Besoknya, lebih parah. Abigail masuk tapi sepertinya dia menghindariku, Istirahat langsung melesat ke kantin tanpa memperdulikanku, dan dia RELA dan MEMAKSA tukeran bangku  yang di ujung dengan nenek sihir! (chateline).

Triangle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang