Abigail Prov.
4 jam aku tertidur sampai sekarang pukul 3 sore. Aku rasa, aku tidak memiliki mimpi apapun tadi. Mungkin mimpi hanya mampir saat orang tidur di malam hari.
"Nyawn!" kataku sambil merengangkan badan. "Udah jam 3, Bunda pulang jam 6. Makan malam, makan malamnya apa ya?" tanyaku pada diriku sambil beranjak dari kasur menuju kulkas.
Isi kulkas kosong. Mungkin Bunda terlalu sibuk dengan pekerjaannya sampai tidak mengisi kulkas. pikirku. Aku berjalan ke kamar dan mengambil uang lalu pergi ke supermarket -tolong jangan tanya jaraknya-. Aku masak apa ya? Lobster? Bunda alergi, kalau Udang? gua yang alergi. pikirku sambil mengambil keranjang.
Hmm, lele, ikan mas, belut, kerang, .... , apaan nih? Pusing. pikirku masih menatap bahan mentah di hadapanku. Ah, gurame promo, aku beli aja lah. Masaknya? Garing Crispy atau asam manis? pikirku lagi. Sepertinya aku akan sakit lagi kalau banyak berfikir. Hmm, Asam manis aja lah, lagi pengen. Kataku final lalu mengambil 2 ekor gurame -plus 1 dan potongan 20%, promo-. Dan tanpa ingin menanggung resiko pingsan di sini jika lama-lama, aku langsung pergi ke kasir untuk membayar ikan dan bumbu-bumbunya. Lalu melesat ke rumah.
Aku akan memasukkan ikan tersebut ke dalam freezer sampai seseorang membunyikan bel rumah.
TING .... TONG .... TING .... TONG ....
Masa Bunda? Cepet banget, jangan-jangan khawatir lagi. pikirku dalam hati lalu meletakkan ikan di meja makan dan pergi ke pintu untuk membukakannya.
"Iya? Ko..." kataku terputus karena orang yang aku lihat di depan ini, Toushiro.
"Apa? Lo nunggu orang? Ganggu ya gua?" tanya Toushiro gak enak.
"Gaaak, gua kira elo Bunda." kata ku santai. "Ada apaan?" tanyaku langsung.
"Ya elah, temen barru dateng, bukannya di kasih masuk, minum, atau apa kek. Malah gini." kata Toushiro kesal.
"Ya ampun, sensitif banget. Nih, masuk, tapi masih berantakan." kataku minggir untuk membuat celah Toushiro masuk. Tanpa aku suruh, dia langsung duduk di sofa.
"Mau minum apa lo?" tanyaku.
"Hmm, air putih deh, aus gua." kata Touhiro nyengir.
"Itu lo tinggal ke belakang terus ada gelas, isinya di depan." kataku mengintruksinya.
"Ambilin lah! Tamu adalah raja." kata Toushiro.
"Kok raja minumnya air putih?" tanyaku.
"Lo sakit apa?" tanya Toushiro mengalihkan topik. Walau merasa di alihkan, aku tidak bergeming.
"Demam, tapi sekarang udah turun kok." kataku menengankan. Sepertinya Toiushiro tidak tertarik dengan omonganku, matanya menatap penasaran belanjaan yang aku bawa. Dan dalam 3 langkah lebar, dia menuju meja makan.
"GIL!! INI APAAN?" tanya Toishiro syok.
"Itu gurame dodol! Jangan teriak-teriak!" kata Abigail kesal.
"Lo mau masak? Seorang Abigail memasak? Yakin loe?" hina Toushiro.
"Mentang-mentang pas valentine gua kasih coklat kurang manis, jadi patokan." kataku kesal.
"Jujur nih, gua gak kepikiran soal itu, tapi karena elo ngingetin itu, setidaknya gua ada bahan ejekan untuk lo." kata Toushiro jahil.
"Fine! Setelah elo ngerasain masakan gua, lo harus pulang dan JANGAN balik ke sini lagi! Lupain tentang gua adalah TTS lo! Dan jangan ingat gua pernah ada!" kataku geram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle Love
Teen FictionAbigail sesungguhnya punya hati yang baik dan sangat ceria. Dia di kelilingi oleh kakak-kakak laki-lakinya yang sangat amat menyayanginya. Tapi semuanya itu tidak akan dia tunjukkan lagi semenjak Ayahnya (Kai Hitsugaya) melukai hati sang Ibunda terc...