Part 3

1.6K 70 0
                                    

Saat hari Senin, tepatnya jam makan siang, aku dan Lovely langsung duduk di atap.

            “Gil, gua liat, elo musuhin Toushiro ya?” tanya Lovely sambil makan.

            “Iya, emang kenapa?” tanyaku kesal karena membawa-bawa Toushiro.

            “Tumben, sampe lebih dari 3 hari. Ada apa sih?” tanya Lovely lagi.

            “Dia ngaku-ngaku jadi pacarku.” Kataku kesal sendiri mengingat kejadian itu.

            “Lah, di aku-akuin sama cowo seganteng itu bagus dong. Kok malah marah?” tanya Lovely bingung.

            “Aku pas itu lagi di tembak sama senpai (kakak kelas)yang aku suka. Makanya aku marah.” Jelas Abigail.

            “Siapa? Baru denger nih.” Kata Lovely langsung memasang kuping.

            “Itu lho. Michael-senpai.” Kataku antusias ke Lovely. Saat mendengar nama ‘Michael’, wajah Lovely kaget.

            “Mi-michael senpai?” ulang Lovely kaget.

            “Iya, kok kaget gitu?” tanyaku bingung.

            “Gil, denger-denger nih. Gossip Michael-senpai itu buruk lho!” kata Lovely merinding.

            “Heh, gossip.” Kataku meremehkan.

            “Yee, ni anak optimis banget sih! Gossipnya itu, setelah mengambil keperawanan wanita, dia akan mencampakkannya. Korbannya bahkan sudah 12 senpai. Dan semuanya punya badan yang bagus.” Kata Lovely.

            “Buktinya aku engak. Jadi mungkin senpai sudah bertobat.” Kataku santai.

            “Yah, terserah lah. Aku hanya memberi tahu.” Kata Lovely juga tidak perduli. “Huah! Kenyang. Duluan ya il.” Ucap Lovely lagi dan beranjak pergi.

            Abigail melihat kepergian sahabatnya dengan aneh, dan akhirnya dia menghabiskan makan siangnya yang bertepatan di atap sekolah itu, dengan sedirian. Saat sudah selesai makan, pintu atap terbuka bersamaan dengan Abigail yang memang ingin keluar. Michael-senpai mendatanginya dengan senyuman yang khas.

            “Abigail kan?” tanya Michael ragu.

            “I-iya, ada apa Michael-senpai?” tanya Abigail senang, akan aku ceritakan cerita bahagia ini ke Lovely. Kata Abigail senang dalam hati.

            “Aku ingin bicara, ada waktu?” tanya Michael.

            “Ada, sekarang aja, sebelum bel masuk.” Kataku kelewat grogi.

            “Mmm, sebenarnya aku suka padamu, mau tidak jadi pacarku?” tanya Michael ragu-ragu.

            “Mau. Aku mau kak.” Kata Abigiail semangat.

            “Iya. Mulai sekarag kamu jadi pacarku ya!” kata Michael sambil tersenyum. Senyuman yang aneh, dan feeling ku mulai tidak enak. Dia menggenggam lengan atasku, dan memaksa tubuhku ke tembok. Dan mengunci diriku di sana. Dia mulai menggerayangi tubuhku. Tubuhku bergetar dan berkeringat. Aku takut, sampai-sampai takut untuk membuka mata. Dalam hati aku meruntuki diriku karena menyepelekan omongan Lovely. Dan sekarang, aku merasakan tangan Michael-senpai naik dari pinggang ke arah dadaku.

            Saat hampir berbuat lebih dari itu, tiba-tiba tangannya hilang, dan udara di sekitarku tidak sempit lagi. Perlahan-lahan aku membuka mata, aku lihat senpai sudah terbaring di lantai. Lalu aku melihat lagi, ada sosok lain ternyata di sini. Orang yang sedang aku musuhi. Kuchki Toushiro. Wajahnya menegang, matanya melotot dan sangat menyiratkan bahwa dia sangat marah.

            Aku mendengar geraman tertahan Toushiro. Dia menggepalkan tangannya kuat-kuat sampai uratnya terbentuk. Dua berjalan perlahan ke arah Michael-senpai dengan aura membunuh. Senpai hendak melarikan diri, tapi lehernya di injak oleh Toushiro, lalu menyerigai mengerikan. Aku yang melihatnya saja sudah seperti tidak punya kekuatan untuk berdiri.

            Terdengar Toushiro berkata “Akan gua bunuh lo di sini.” Dengan nada serius. Dan kemudian dia memukuli wajah senpai dengan sangat keji. Wajah Michael-senpai saja sudah babak belur, tapi Toushiro belum berhenti memukulinya. Dan aku sadar, bahwa Toushiro sudah gelap mata. Aku berteriak untuk menahannya, tapi tidak ada respond dari Toushiro, dan entah kekuatan atau pemikiran gila dari mana, aku berlari untuk menahan tangan Toushiro supaya dia berhenti.

            Aku menahan sambil berteriak supaya Toushiro sadar, tapi ternyata benar-benar sudah kalap. Aku pun di hempaskannya dan keberuntungan tidak berpihak padaku, aku terbentur besi sekolah. Sebelum pingsan, aku sempat melihat Toushiro berteriak untuk menolongku, ternyata sudah sadar tapi kenapa harus saat aku terbentur? Pikirku lalu aku pingsan.

            Karena terbentur besi, kepalaku bocor. Aku ke sekolah setelah satu minggu di rawat di rumah sakit, dengan kepala masih di perban. Setelah aku masuk sekolah, Toushiro benar-benar menjadi orang yang gila. Gila minta maaf. Dalam satu minggu, dia bisa meminta maaf sebanyak 5 kali selama 1 jam. Mengerikan. Walau aku sudah bilang anggap saja permintaan terima kasih, tetap saja dia minta maaf. Selama aku di rawat, Michael-senpai di keluarkan dengan tuduhan pelecehan seksual.

            Sebenarnya, aku bisa mengancam Toushiro tentang insiden kepalaku, karena aku sempat kritis. Tapi, saat aku mengungkit-ungkitnya, sikapnya berubah. Berubah menjadi kaku dan segan. Jadi aku tidak berani mengungkit-ungkitnya lagi. Sampai sekarang.

            “Ehem” seseorang berdehem, dan sontak aku menengok ke arah suara. Toushiro. Baru aja di lamunin udah muncul. Panjang umur. Pikirku.

           “Kok lesehan di sini? Kakinya sakit ya?” tanya Toushiro. Belum sempat aku jawab, dia sudah menggendongku. “Gua bantu ke kelas ya. Mumpung lagi baik nih.” Kata Toushiro jahil.

            “KYA!! TOUSHIRO!! TURUNIN GUA!!” teriakku saat gendong Toushiro bridal style. Tubuh Toushiro yang –jauh- lebih besar di banding yang aku kira. Entah kenapa, itu membuat jantungku lari-lari.

            Lalu Toushiro tersenyum, senyuman yang aku sangat hafal. Senyuman yang mengartikan bahwa dia sedang punya rencana jahat. Aku memperhatikan wajahnya. Wajah yang menempatkan dia di nomor 2 paling ganteng di sekolah. Dan sekarang, aku sedang di gendong olehnya. Aku malu sekali.

            Sangking asiknya aku mengagumi wajahnya, sampai tidak sadar bahwa Toushiro memandangiku dengan tatapan aneh.

           

            “Apa?” tanyaku garang untuk menutupi bahwa aku malu.

            “Galak banget. Eh, kok mukanya merah? Demam ya?” tanya Toushiro sambil menyentuhkan telunjuknya ke dahi Abigail. Dan, itu membuat wajahku semakin panas.

            “Eeh, gak panas tuh. Tapi kenapa wajahnya merah?” kata Toushiro bingung. “Deg-degan ya di angkat cowo ganteng kayak gua?” kata Toushiro pede.

            “Gak! Enak aja, ini karena gua takut ketinggian. Pede banget sih!” cela Abigail.

            “Cih, lidahmu itu tajam banget sih. Tapi bibirnya itu kayaknya lembut. Gua cobain ya?” kata Toushiro dengan nada sensual. Wajahnya benar-benar membuatku kesal.

            “Boleh. Nih,” kata ku sambil memajukan bibirku. Toushiro benar-benar melakukannya. Dia mendekatkan wajahnya ke arahku. Sanggaaattt dekat. Sampai-sampai aku bisa merasakan hangat nafasnya.

Triangle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang