Pintu mobil terbuka, salah satu pengawal membungkuk dengan hormat kepada seorang remaja yang sedang duduk di kursi belakang.
"Tuan Muda."
Kaki jenjang yang terbalut celana berbahan satin rancangan desainer itu memijak ke atas karpet merah. Sang Tuan Muda akhirnya keluar dari mobil, menampakkan diri kepada barisan pengawal pribadi utusan ayahnya yang siaga melindungi kedua sisi jalan utama dari reporter dan paparazi.
Kilat blitz menerjang bertubi-tubi, mengabadikan setiap gerakan dalam memori kamera. Wajah yang tertutup topeng semakin mengundang rasa penasaran. Namun demikian, para reporter tetap terpana dan memuja pesona yang terpancar dari remaja itu, lantaran terhipnotis oleh lekukan tubuh dan garis wajah yang begitu sempurna.
Ia menarik semua perhatian dengan gaya busananya yang bernuansa lavender, memancarkan efek memikat dan misterius. Seluruhnya dirancang oleh desainer ternama dunia, dari ujung kaki hingga kepala. Tidak ada kata sederhana, semua kemewahan memang tercipta jelas untuknya.
Tentu saja reporter yang haus akan bahan berita semakin bersemangat untuk merekam Tuan Muda yang melesat masuk ke dalam gedung hotel bintang lima. Berpikir hal ini akan menjadi berita terpanas, sepertinya tidak akan terjadi. Foto dan rekaman yang sudah diambil itu akan segera dimusnahkan sebelum sampai ke publik dan media sosial.
Begitu besar pengaruh kekuasaan ayahnya. Semua hal akan dilakukan untuk menjaga Tuan Muda agar tidak terekspos ke publik. Putra semata wayang Jeon Jihoon, pewaris tahta perusahaan LG yang baru saja menginjak usia ke-17 tahun.
Berjalan menuju grand ballroom dengan elegan. Remaja itu tersenyum usil ketika menemukan postur tubuh seseorang yang sangat dikenalnya.
"Wooyah!"
Niat untuk mengagetkan kini gagal. Si korban yang terlebih dahulu berbalik badan dan membawanya ke dalam pelukan erat.
Bibir yang penuh, otomatis melengkung cemberut. "Menyebalkan.." gerutunya sambil melepas pelukan.
"Menyerah saja Wonwoo.. Kau tidak akan bisa melawan instingku." balasan angkuh yang bercampur humor dari lelaki berambut ungu.
Menyadari warna yang mencolok, Wonwoo membulatkan matanya seakan terkejut. "Rambutmu.. apa yang terjadi denganmu, Jun?"
Lelaki yang bernama Wen Junhui itu langsung memutar bola matanya, dramatis. "Hadiah bonus. Demi kau, aku rela menggantinya dengan warna favoritmu."
Mendengar penjelasan Jun, otomatis kedua mata Wonwoo berbinar-binar. Tidak menyangka, seorang Jun─ lelaki dengan karakter 'bad boy' yang melekat bagaikan ketua gangster itu mau menahan rasa egonya hanya untuk menyenangkan Wonwoo.
Kenyataannya, Jun merupakan putra konglomerat seorang Wen, pembelot Korea Utara yang kini menjadi pemilik perusahaan senjata terbesar yang disegani se-Asia. Sehingga tidak ada yang berani mendekat apalagi mengusik Wen Junhui, mereka akan langsung terintimidasi meskipun hanya mendengar namanya.
Terkecuali Wonwoo, satu-satunya orang yang bisa mendapatkan seluruh perhatian Jun sejak awal bertemu. Seakan Wonwoo memiliki kontrol penuh terhadap kehidupan Jun.
"Kau tampan.." puji Wonwoo bersungguh-sungguh. Namun yang diterima Jun seperti ejekan. "Ya, seperti anggur."
Wonwoo mendengus. Padahal Jun memang terlihat tampan. Warna ungu membuat Jun terlihat semakin atraktif dan panas, dengan dahi yang terekspos. Bukti dari para gadis yang tidak bisa melepas pandangan mereka dari Jun.
Jadi, Jun memang anggur yang tampan.
"Hei, Wonwoo!"
Pekikan perempuan mengalihkan perhatian Wonwoo. Ia mengikuti arah suara dan menemukan Joy dan si Kembar, Jeon Somin serta Jeon Jiwoo. sahabat karib dan kedua sepupunya.