"Cukup sudah, sebenarnya ada apa denganmu?!"
Tubuh Wonwoo mendadak tertahan, kemudian dipaksa berhadapan untuk menemukan raut kejengkelan di wajah Joy.
"Apa maksudmu?"
"Oh, ayolah Wonie!" kesal Joy memutar kedua bola matanya, "Sikapmu itu aneh sejak awal aku datang. Dan aku yakin bukan tentang Baekho. Karena kemarin kau tidak terlihat seperti orang yang putus asa karena cinta, melainkan sebagai narapidana yang baru saja keluar dari penjara." ujarnya sarkastik.
Bibir Wonwoo melengkung cemberut, "Tidak seperti itu juga.."
"Lalu bisa jelaskan mengapa kau tersenyum seperti orang yang sedang jatuh cinta? Bahkan lagu ini!" tunjuk Joy ke smart speaker di atas kabinet wastafel yang sedang memutar lagu That XX dari G-Dragon. "Ini adalah lagu patah hati Wonie."
Mengulum senyum, "Tidak untukku.." gumam Wonwoo melanjutkan kembali lamunannya.
Cermin di dalam kamar mandi bernuansa heather mewah itu memantulkan ekspresi aneh Joy. "Ih! Kau benar-benar sakit. Lebih baik tidak usah masuk, akan ku panggilkan Dokter Park." desisnya.
Wonwoo sigap menahan pergelangan tangan Joy sebelum perempuan itu menelpon dari ponsel. "Aku sungguh sehat dan bahagia."
"Kau ingat dengan lelaki misterius yang selalu ku ceritakan selama ini?" balasan anggukan dari Joy melanjutkan pengakuan Wonwoo berikutnya, "Dia memintaku menjadi pacarnya."
Reaksi Joy terpampang kosong, seperti sedang memproses ucapan Wonwoo. Sampai akhirnya perempuan itu membuka suara, "Apa?"
"Kami berpacaran." cicit Wonwoo. Nyalinya menciut setelah reaksi yang ditunjukkan Joy seakan berbeda dengan biasanya.
Selang beberapa detik, Joy pun menghamburkan dirinya ke tubuh Wonwoo. Memeluk erat hingga punggung Wonwoo sedikit membentur dinding marmer yang berada di belakangnya.
"Selamat ya Wonie! Aku senang sekali bisa melihatmu bahagia." Wonwoo terkekeh geli karena seruan dan deru napas Joy yang berada tepat di lehernya. Terasa sangat hangat dan menggelitik.
Mendadak ekspresi Lelaki Jeon berubah. Lantas mendorong Joy agar bisa melepaskan pelukannya. "Joy, aku belum memberitahumu siapa lelaki misterius itu." senyumannya sudah menghilang, ada keseriusan di balik suaranya.
"Kalangan kita yang kau maksud itu berbeda denganku. Dia itu seorang Kim." Wonwoo melihat semburat pucat di wajah Joy. "Kim Mingyu."
Wonwoo tahu hal ini akan terungkap cepat atau lambat. Maka dari itu, ia sudah memantapkan diri untuk mengakuinya di hadapan Joy. Sahabat yang selama ini memotivasi dirinya supaya bisa nekat dan berani untuk mengambil langkah ekstrem karena hatinya berkata iya. Meskipun nanti Joy akan berubah pendapat dan meminta Wonwoo untuk menjauhi Mingyu, ia akan tetap pada pendiriannya. Untuk tidak mendengarkan siapapun meskipun banyak yang menentang hubungan mereka. Karena ini adalah hidup Wonwoo, dan Wonwoo berhak untuk menjalaninya sesuai yang di inginkan.
"Wonie.."
Tanpa sadar air mata menggenang di pelupuk. Perasaan lega bercampur takut merayapi batinnya. Wonwoo tidak ingin mendengar balasan Joy dan tidak ingin melihat reaksi sahabatnya. Alih-alih kecewa, Wonwoo lebih baik menjaga pertahanannya agar tidak goyah.
Sebuah tangan menghapus air mata yang mengalir jatuh ke pipi Wonwoo. "Oh Wonie sayang, kalian berdua cocok sekali."
Wonwoo membuka matanya, terbelalak.
"Aku setuju." sahut Joy santai, "Kau selalu memiliki ketertarikan pada bad boy dan Baekho sama sekali tidak termasuk ke dalamnya. Dari awal aku melihat hubungan kalian berdua hanya seperti sepasang saudara. Dan sekarang ada Mingyu," senyumannya berkembang, "Definitely a Perfect Match!"
