Waktu istirahat digunakan oleh Wonwoo untuk berkumpul bersama JGC. Diapit Joy dan Si Kembar, mereka berjalan bersama menuju kafetaria.
Hal ini membuat beberapa murid yang berada di sekitar mendadak tercengang. Akibat kemunculan JGC di Shinhwa. Kejadian yang sangat langka bagi mereka semua, mengingat kelompok eksklusif dari klan Jeon itu memiliki ruangan santai tersendiri.
"Di sini!" pandangan Wonwoo dan ketiga perempuan itu langsung tertuju ke arah sumber suara.
Baekho yang ternyata sudah lebih dahulu terduduk di salah satu booth sofa yang terdapat di kafetaria. Letaknya sangat strategis, dekat dengan jendela kaca tinggi yang mengarah langsung ke lapangan golf di Shinhwa.
Keempatnya segera berjalan mendekat. Wonwoo yang memutuskan duduk di samping Baekho sedangkan tiga perempuan lainnya di sofa yang berseberangan.
"Baby, mau pesan ap- Ah.. lupa. Di sini kan memakai buffet." ralat Baekho sambil menepuk dahinya.
Wonwoo mengamati sejenak pemandangan kafetaria yang penuh dengan orang-orang. Juga merasakan beberapa pasang mata yang mencuri pandang ke arah mejanya. "Sebenarnya tidak terlalu lapar, tapi aku mau ikut mengantri juga." antusiasnya sambil menaruh botol tumbler ungu ke atas meja.
Joy pun mengangguk seraya berdiri, "Yuk, sudah lama aku mengidamkan roti isi kafetaria."
Akhirnya hanya Wonwoo dan Joy yang beranjak dari tempat duduk, sedangkan Si Kembar dan Baekho memilih berkutat dengan ponselnya masing-masing.
Kembali ke tempat duduk menbawa sepiring berisi potongan buah segar, Wonwoo akhirnya bercerita mengenai insiden di ruangan Pak Cha sebelumnya.
"Aku tidak menyangka Ibumu akan menerima tantangan itu." takjub Baekho merasa tertarik. "Lalu bagaimana kelanjutannya?"
Wonwoo meneguk susu stroberi dari tumbler ungunya lalu diletakkan kembali ke atas meja. "Tidak jadi. Ayahku langsung memanggil pengawal sebelum ruangan Pak Cha hancur."
"Tidak ada bedanya denganmu, Wonie." sahut Joy dengan roti isi di tangannya. "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya."
Jiwoo melirik Wonwoo dengan menyelidik, "Lalu bagaimana dengan kejadian di kelas? Kau belum cerita kepada kami.." jeda itu memicu ekspresi masam dari Wonwoo. "Kim Sialan itu berbuat apa kepadamu?"
Wonwoo tahu pasti jika ia menceritakan kebenarannya kepada Si Kembar maka masalah itu akan sampai ke telinga Ayahnya. Dan Wonwoo tidak mau jika hal ini akan berujung dengan rahasianya yang terbongkar. Mati-matian Wonwoo menyimpannya, agar tidak ada seorang pun yang tahu mengenai interaksi pertamanya dengan Mingyu di acara pesta itu. Wonwoo sudah mengambil resiko untuk berbohong kepada Jun, orang kepercayaannya maka kali ini Wonwoo akan melakukan hal yang sama kepada Si Kembar. Keluarganya sendiri.
"Aku terlalu bersemangat untuk memberikan salam perkenalan, sampai-sampai tangannya kutusuk dengan pulpen."
Pengakuan palsu Wonwoo membuahkan senyuman puas dari Si Kembar. Tidak kepada Baekho yang meringis ngilu dan Joy yang tertawa.
"Bagus sekali, Sepupu! Aku sangat bangga kepadamu."
"Nanti selepas istirahat berakhir, jangan lupa taruh paku di kursinya. Aku akan menjadi orang pertama yang tertawa."
Respon dari Si Kembar malah semakin memperburuk imajinasi Baekho. "Kalian, para Jeon yang gila!" lelaki itu menggeleng-gelengkan kepalanya, pasrah. "Ingatkan aku untuk tidak bermasalah dengan kalian."
Wonwoo merasa bersyukur karena JGC sama sekali tidak mengetahui insiden memalukannya saat di kelas. Mungkin karena posisi tempat duduk yang jauh di belakang sehingga tidak ada yang menyadari, terkecuali sebagian orang yang berada di sekitar mejanya. Dan karena itulah Wonwoo menyisipkan catatan penting di otaknya untuk dapat mengingat semua nama teman sekelas, agar semakin mudah menutupi semua kelakuannya dan Mingyu dari JGC.