Tidak pernah terpikirkan oleh Wonwoo untuk berada di kandang musuh, teritorial terlarang bagi klan Jeon. Statusnya yang merupakan pewaris sah semakin memperburuk keadaan. Jika itu daerah miliknya, orang-orang Kim mungkin akan tertangkap sebelum mencapai gerbang. Bahkan bisa terdeteksi dalam batas-batas terluar dan langsung teratasi dalam sekejap mata. Namun kenyataan yang terjadi, Wonwoo lah yang menceburkan dirinya ke dalam bahaya.
Sungguh pengalaman yang seumur hidup tak akan ia lupakan. Bisa berjalan santai di paviliun milik Mingyu, bangunan di belakang mansion mewah itu dibuat hanya untuk pewaris Kim. Dilengkapi garasi luas dan kolam renang, suasana yang tercipta menjadikan nilai tambahan untuk orang yang menyukai ketenangan.
"Orang tuaku ada di rumah depan, kalau kau masih merasa takut ketahuan. Pelayan juga tidak akan datang kalau aku sedang di sini."
"Bagaimana dengan penjaga? Setidaknya kau punya keamanan. Mereka seharusnya bisa mendeteksi keberadaanku yang bukan seorang Kim." pernyataan skeptisnya dibalas decakan geli oleh Mingyu.
"Jeon, tempatku bukan rumah tahanan. Tidak perlu pengawalan ekstra seperti di rumahmu."
Merasa tersinggung, "Sangat tidak masuk akal, keamanan adalah hal yang paling utama bagi kami." Ditatapnya balik dengan delikan kecurigaan. "Kecuali kalau memang orang-orangmu terbiasa melakukan hal yang tidak benar. Rasa pertahanan diri kalian tidak berfungsi karena kalian lah yang selalu menjadi pelaku."
Sekarang gantian Mingyu yang merasa tersinggung, ditatap kekasihnya itu dengan raut ketidakpercayaan. "Tidak benar? Pelaku?" berdecih, "Jeon, aku bisa melakukan ini semalaman jika kau terus melanjutkan omong kosong yang keluar dari bibir indahmu."
Meskipun sedikit tersentak, Wonwoo masih tetap tidak mau kalah. "Itu fakta Kim. Orang-orangku tidak pernah mengusikmu, selalu kalian para Kim yang memulainya. Kami, Jeon tidak pernah menurunkan standar untuk menyusup ke tempatmu."
"Dan lihatlah sekarang? Siapa yang berada di tempatku saat ini?"
Telak Mingyu bersamaan dengan raut wajah kekalahan Wonwoo yang awalnya syok kini berubah jengkel akibat terkena jebakan.
"Ini idemu Kim! Dasar licik."
Mingyu tertawa terbahak-bahak. Merasakan kepuasan telah mengalahkan Wonwoo dan ego Jeonnya.
Wonwoo memutuskan untuk mengabaikan Mingyu yang tengah mengaduh kesakitan pada perutnya akibat tidak bisa berhenti tertawa. Lelaki Jeon mencebik sambil berjalan sendiri, fokusnya tertuju pada keadaan sekitar. Dari apa yang ia simpulkan, Mingyu sangat menyukai warna hijau. Terbukti dari desain interior dan perabotan yang keseluruhan bernuansa hijau. Ruangan santai, dapur dan kamar tidur, hanya bergradasi hijau dan kelabu.
"Kau harus berganti baju." ujar Mingyu yang ternyata sudah berdiri di sampingnya. Kali ini tidak ada ekspresi mengejek.
Mengajak masuk ke dalam kamar, Wonwoo segera memberhentikan aksi Mingyu saat Lelaki Kim sedang mengambil piyama berwarna mint dari barisan gantungan lemari.
"Aku mau yang warna magenta."
"Tidak ada warna kesukaanmu di sini." Mingyu mengundurkan niatnya setelah menemukan ekspresi wajah memohon itu.
Perasaan yang cepat berubah seakan menandakan sesi panas sebelumnya telah terlupakan. Dan Mingyu sama sekali tidak keberatan. Karena bagaimana pun juga, di dalam tubuh mereka mengalir darah Kim dan Jeon, perbedaan memang selalu menjadi masalah.
"Sebentar, yang warna magenta?"
Seketika ceria, Wonwoo menganggukkan kepalanya mantap. "Kaos kakinya juga yang motif kucing."
Mingyu bersusah payah menahan rasa gemasnya, "Oke, piyama dan kaos kaki warna magenta yang bermotif kucing." mengulang lagi, "Tidak sekalian selimut?"
"Oh boleh juga!"
