18. Enemy

252 20 3
                                    

Hentakan kaki pada permukaan lantai semakin kencang mengisi kekosongan lorong mansion. Pemilik kaki jenjang itu seakan tidak peduli jika semua orang terbangun di tengah malam akibat ulahnya. Bukan tanpa alasan, Jeon Taeyong jelas memiliki tujuannya.

Perihal beberapa jam yang lalu dimana semua orang menyudutkannya. Pada acara makan malam yang Lelaki Jeon itu pikir hanya pertemuan relasi antar klan ternyata memiliki maksud terselubung sebagai rencana perjodohan dirinya dengan Jung Yerin.

Tidak ada kata yang sanggup Taeyong ucapkan saat itu, yang dipikirannya hanyalah perasaan berkecamuk akibat respon dari Jihoon, kakak yang sangat ia sayangi. Mungkin awalnya menyesakkan namun semakin lama waktu berjalan, Taeyong semakin merasa tersakiti.

Saat mencapai ruangan kerja Jihoon, tak ayal pintu dibuka dengan paksa. Taeyong bisa menemukan kakaknya sedang terduduk di meja kerjanya dengan Sekretaris Ji yang senantiasa masih berdiri mendampinginya.

"Hyung!"

Panggilannya tidak bernada manja seperti biasa. Bersamaan dengan sikap dingin yang menyelimuti Jihoon.

Taeyong bergerak mendekat, semakin dekatnya hingga tersisa meja sebagai pembatas. Belum sempat berbicara, Jihoon lah yang terlebih dahulu membuka suara. "Putuskan Kim Jaehyun."

"Tidak mau!" entah darimana datangnya keberanian, yang jelas Jihoon dibuat tercengang akan perilaku nekatnya.

"Tidak mau?" ulang Jihoon seakan tidak percaya.

Jeon Taeyong. Adiknya yang penurut dan patuh kini berubah, di mata Jihoon perilaku buruknya saat ini disebabkan oleh hubungannya dengan Kim Jaehyun.

"Benar Hyung," tegas Taeyong. "Aku tidak mau dan sampai kapanpun kami tidak akan putus! Karena itu, jangan buat aku bertunangan dengan Yerin karena yang bisa bertunangan dan menikah denganku hanyalah Jaehyun!"

Plak!

Pipi Taeyong memanas bersamaan dengan kepalanya yang menoleh ke samping akibat tamparan tersebut.

Sontak terkejut dengan aksinya, Tangan yang masih terangkat itu menjadi mengepal kuat tatkala emosinya yang tidak bisa dikendalikan. Jihoon pun menyesali perbuatannya ketika mendapati Taeyong dengan ekspresi terluka.

"H-hyung.." Taeyong menahan tangis, "Aku tidak mengerti.."

"Tae-"

"Tidak!" protes tak terkendali, "Hyung yang bilang sendiri kepadaku, akan menerima siapapun orang yang membuatku bahagia. Lantas sekarang? Hyung mengingkari janjinya." lontaran kekecewaan yang Taeyong rasakan diiringi derai air mata yang tak terbendung lagi. "Aku benci Hyung!" finalnya segera berbalik dan pergi meninggalkan ruangan tersebut.

-

Hanya dua kali deringan hingga sambungan itu terangkat. "Jeon, kau pasti lupa berdoa lagi kan? Sampai bermimpi buruk." suaranya terdengar berat seperti baru terbangun. Jelas saja dibangunkan, buktinya sekarang pukul dua dini hari.

Di sela-sela sibuk mengemasi tasnya, Taeyong sesekali mengusap air mata yang masih mengalir di pipi. Merasakan atmosfer yang janggal, tentu pelaku di seberang sana mendadak waswas.

"Jeon?! Ada apa? Kau menangis??"

Taeyong sudah tidak bisa membendung isak tangisnya, semuanya ia luapkan dalam penjelasan singkat. Mulai dari bercerita tentang Yerin dan pertunangannya lalu terakhir pertengkaran dengan kakaknya, Jihoon.

"Jae, jemput aku sekarang. Bawa aku pergi dari rumah ini, pokoknya aku tidak mau ada di sini."

"Akhirnya.." decakan gemas dari seberang sana diikuti suara gaduh seperti sedang bersiap-siap. "Dengan senang hati."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kim and JeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang