Mata terbuka otomatis saat indera pendengarannya menangkap suara melengking yang memekak telinganya. Samar-samar, Lelaki Jeon melirik ruangan yang tampak asing itu dan beberapa kali mengerjapkan mata agar penglihatannya kembali jelas.
Seketika kepala terasa sangat nyeri saat digerakan. Wonwoo tidak mengerti apa yang sedang terjadi kepadanya. Rasanya seperti ingin meledak ketika berusaha untuk mengingat kilas balik kejadian yang menimpanya.
Sudah berapa lama ia tidak sadarkan diri?
Dan dimana tepatnya ia berada saat ini?
Hal terakhir, hanya Mingyu yang diingatnya.
Wonwoo yakin sekali, itu Mingyu. Dekapan hangat yang bahkan masih bisa terasa hingga sekarang. Menandakan jejak bahwa sebelumnya ada Mingyu bersamanya.
Tersadar realita, kini Wonwoo berusaha untuk bangkit namun tertahan oleh sesuatu. Pandangannya mengedar kian terfokus kepada dua tangan yang terborgol dengan alat besi. Kepanikan menjalar seiring rantai tersebut yang juga mengikat kedua kaki seperti terkunci dan saat ditelusuri akhirannya tertanam di tembok.
Ekspresi ketakutan melingkupi wajahnya. Tak disangka hari ini akan tiba. Hari yang tidak pernah Wonwoo bayangkan akan menjadi kenyataan dimana dirinya terlibat dalam penculikan. Manik mata berkedut gugup di kala ruangannya begitu gelap.
Hanya terdapat cahaya dari balik celah kipas ventilasi yang menembus ke dalam. Bahkan dilihat seksama, ruangan ini seperti gudang yang terbengkalai. Wonwoo tak kuasa menahan rasa takut dan jijik. Membayangkan ada serangga dan hewan kecil lainnya. Dilihat bagaimanapun juga, ruangan ini sangat kotor dan berdebu. Banyak sekali tumpukan besi yang berkarat dan alat berat lainnya.
Lelaki itu tidak sempat untuk membayangkan lebih jauh, kini penglihatannya menemukan sosok tubuh di seberang sana. Betapa lengahnya Wonwoo tidak bisa merasakan kehadiran orang lain di ruangan tersebut.
Sontak tubuhnya bergetar hebat kala mengamati tubuh seseorang yang sedang berdiri tergantung.
"MINGYU!"
Semakin tak kuasa, suaranya tercekat. Wonwoo membelalakkan mata tidak percaya melihat kekasihnya yang tidak sadarkan diri dengan rantai yang mengikat kedua lengannya sehingga tubuh yang terkulai tidak berdaya itu hanya bisa tergantung dengan posisi kedua tangan yang terjulur ke atas.
Wonwoo terisak dan semakin nekat memanggil nama kekasihnya itu. Diamati lekat-lekat wajah rupawannya tertutup oleh babak belur, ada darah yang mengalir dari hidung Mingyu.
"W-Won.."
Suara erangan itu menghentikan aksi Wonwoo. Terbatuk-batuk memberikan petunjuk bahwa dirinya telah sadar.
"Mingyu! Min-"
Karena sudah tidak kondusif, suara yang Wonwoo hasilkan membuat pintu besi di ruangan itu terbuka lebar dengan kemunculan tiga orang yang semakin mengejutkannya.
"Bedebah ini sudah sadar rupanya."
Tidak ada kata yang mampu Wonwoo ucapkan saat menemukan orang-orang yang dikenalinya. Terlebih orang tersebut sangat dipercaya keluarga Jeon.
"W-Wonwoo! Menjauh dari mereka! SEKARANG!"
Kegemparan dan perlawanan dari Mingyu yang hendak melepaskan diri. Meskipun usaha itu sangat sia-sia.
"Wonwoo, kenapa kamu bodoh sekali Nak." menghiraukan Lelaki Kim dan hanya mendekati Wonwoo seiring cacian yang dituju kepadanya. "Padahal saya berharap lebih kepadamu, tapi buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Kamu sama saja seperti Bubu!"
"Sebenarnya apa yang kalian rencanakan?! Dan siapa yang kau maksud itu! Aku tidak mengerti." ada banyak sekali hal yang Wonwoo ingin katakan, menuntut segera jawaban atas kebingungannya selama ini.