Part 2. Somi Ingin Daddy

12.3K 776 13
                                    

"Sayang, tadi Somi ingin mengatakan apa pada Mom?" tanya Rubby pada Somi yang sedang menikmati es krimnya.

Somi yang sedang memasukkan sendok berisi es krim matcha ke dalam mulutnya mendongak. Matanya mengerjap indah. “Mmm, Somi ingin Dad, Mom."

Kalimat Somi membuat Rubby terdiam cukup lama. Menatap putri satu-satunya. "Somi iri dengan teman-teman yang selalu diantar dan dijemput oleh Daddynya, Mom,” lanjutnya sedih membuat mata Rubby berkaca-kaca.

Tangannya terulur mengusap pipi tembam Somi yang sudah basah karena menangis. Rubby bahkan bingung harus menjelaskan dari mana ke putrinya. Karena jika Somi menanyakan perihal di mana Daddy, Rubby hanya mampu diam atau bahkan mengalihkan pembicaraan yang terkadang membuat Somi kecewa.

"Putri Mom, kemari sayang." Rubby menarik tubuh mungil Somi untuk duduk dipangkuannya.

Somi duduk di pangkuan Rubby, kepalanya bersandar pada dada wanita itu. "Mom, ke mana Daddy?" tanya Somi dengan nada sedih.

Rubby menghela napasnya, menatap Somi menunduk. "Sayang, lihat Mom," ujarnya menangkup pipi Somi.

"Somi akan mengetahuinya jika nanti Somi sudah dewasa," jawab Rubby berusaha tersenyum.

"Tapi Somi sudah dewasa, Mom," jawab Somi dengan cemberut.

"Gadis dewasa sudah tidak lagi mengompol sayang." Rubby tersenyum. Mencubit pipi Somi gemas.

Somi memajukan bibirnya. "Ok. Akan Somi tunjukkan jika Somi adalah gadis dewasa pada Mom."

"Mom tunggu, Mom akan lihat Somi Mommy menjadi gadis dewasa yang sudah tidak mengompol lagi."

Somi mengangguk, mengerjapkan mata bulatnya. Lalu melanjutkan lagi melahap es krimnya melupakan masalah ingin daddy dan itu membuat Rubby menghela napasnya lega.

"Mom, apa kita membelikan bibi Lili es krim?" tanya Somi menatap Rubby.

Rubby mengangguk. "Pasti, kita akan membelikannya nanti."

Setelah menjawab pertanyaan Somi. Pandangan Rubby teralihkan pada luar kaca. Suasana kota London di sore hari. Beberapa orang berlalu lalang, dan tak sengaja pandangannya melihat seseorang yang tidak pernah dilihatnya kembali selama tujuh tahun terakhir.

Seseorang itu bersama wanita, berjalan berdua menikmati suasana di sore hari. Bahkan senyum bahagia terpampang jelas di wajah keduanya.

Tangan mereka saling menggenggam, dengan si wanita membawa sebuket mawar merah. Dapat Rubby pastikan jika buket itu dari pria di sampingnya. Tak terasa air matanya terjatuh, dan itu mengenai tangan Somi membuat gadis kecil itu mendongak dan mendapati Rubby sedang menangis. "Mom," panggil Somi membuat Rubby tersadar.

Dengan segera Rubby menghapus jejak air matanya, dan menampilkan senyum manis untuk Somi. "Mom menangis?"

Rubby menggeleng, "Tidak. Mom hanya mengantuk sayang."

Somi mengangguk mengerti, lalu berbicara pada Rubby jika es krimnya sudah habis. "Mom, ayo pulang!"

Rubby mengangguk, lalu menggenggam tangan Somi menuju kasir untuk memesan es krim lagi dibawa pulang.

Setelah selesai memesan, dan melakukan transaksi. Rubby berbalik, tepat saat itu pandangannya bertumbrukan pada mata milik pria itu.

Sean.

Masa lalunya.

Suasana menjadi sedikit tegang, hingga suara rengekan Somi membuat Rubby segera mengajak Somi keluar. "Mom, kau baik-baik saja?"

Tanpa menjawab pertanyaan Somi, Rubby langsung berjalan melewati Sean yang terdiam, terkejut dengan wanita di sampingnya. Sedangkan Somi, berada di pelukannya. Ya, Rubby menggendong Somi tanpa banyak bicara.

🌹 CHANCE 🌹

Seorang pria berjalan dengan wanita di sampingnya, dia Sean.

Pria itu sehabis dari toko perhiasan, membelikan kalung untuk wanita di sampingnya yang sudah menjadi tunangannya selama satu tahun.

"Terima kasih, Sean," ujar wanita itu menatap Sean penuh cinta. Dia Laura, seorang model terkenal dari Inggris.

Wanita yang cukup dewasa untuk tipe seorang Sean.

Dewasa.

Tidak ceroboh.

Mandiri.

Sean mengangguk, tersenyum hangat. "Apa pun untukmu, baby," balas Sean menatap Laura.

Laura tersipu ditatap seperti itu oleh Sean, membuat wanita itu menunduk malu. "Mmm, aku menginginkan es krim," katanya.

Sean mengangguk, "Di sekitar sini ada kedai es krim. Ayo ke sana."

Keduanya jalan berdampingan, menyebrang dengan berhati-hati. Sesampainya di kedai es krim, keduanya masuk. Berdiri untuk segera mengantre.

Sean menatap punggung seorang wanita, seperti mengenal. Batinnya. Apalagi melihat perawakannya yang mungil, ditambah seorang anak kecil disampingnya dengan wajah yang sama seperti ....

Mengingatkannya kepada seseorang di masa lalu. Lalu tanpa terduga, wanita itu membalikkan badan. Sean menegang di tempat.


Rubby, wanita itu sama terkejutnya dengan Sean. Lalu gadis kecil yang berada di sampingnya menyadarkan keduanya. Sean mengerjapkan matanya, berharap tidak salah mendengar jika gadis kecil itu memanggil Rubby dengan sebutan mom.


Bahkan Sean tidak sadar jika Rubby sudah menghilang, apa wanita itu sudah melupakannya dan menikah? Batinnya bertanya.

Entah kenapa hatinya yang paling dalam tidak terima dengan pemikirannya itu. Sean menggeleng, berharap apa yang beberapa detik terjadi hanyalah ilusinya. Tapi, nyatanya tidak. Hingga suara Laura menyadarkan lamunannya.















selamat malam minggu :)

yang jomlo tetep bahagia

yang punya pacar semoga langgeng sampe pelaminannn hwehe.

CHANCE ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang