Part 17. I Hate You, But...

9.9K 497 34
                                    

Rubby benar-benar bingung dengan jalan pikiran Sean. Bagaimana bisa pria itu terus saja mempermainkan hatinya? Apa kurang cukup luka yang pria itu berikan di masa lalu. Dan sekarang, setelah beberapa hari sejak kejadian di mana Rubby mengeluarkan seluruh perasaan yang ia pendam sejak saat itu. Kini, Sean menampakkan dirinya lagi.


Namun pria itu datang dengan sebuket coklat dan sebuket bunga mawar yang begitu besar. Sebuket coklat yang memang pria itu siapkan untuk Somi.

Tentu saja Somi begitu berbinar karena memang putrinya itu sangat menyukai coklat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tentu saja Somi begitu berbinar karena memang putrinya itu sangat menyukai coklat.

Tentu saja Somi begitu berbinar karena memang putrinya itu sangat menyukai coklat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namun, Somi tetaplah Somi. Jika dia tau kebenarannya. Seberapa cintanya dirinya dengan coklat, Somi tidak akan terkecoh dengan sebanyak apapun coklat yang diberikan padanya.

"Somi ingin, tapi coklat itu pemberian Paman jahat," gerutu Somi menatap coklatnya jengah.

Sean yang melihat itu terperangah, Lisa terkikik sedangkan Rubby hanya diam. "Mungkin Rubby masih menginginkanmu, di hatinya masih mencintaimu. Tapi kau tidak bisa kembali bersamanya dengan mudah, jika kau ingin kembali dengannya ambil dulu hati Somi," gumam Lisa sebelum berlalu membuat Sean tersadar.

"Kau tidak menyukainya, sweety?" tanya Sean berjongkok. Mensejajarkan tingginya dengan Somi.

Somi menatap Sean, menggeleng. "Tidak. Entah kenapa, tiba-tiba saja Somi tidak memiliki selera lagi dengan coklat," ketusnya.

Sean terdiam, tersenyun pedih. "Anggap saja, coklat itu bukan pemberianku. Aku tau kau menginginkannya."

Somi mendengus. "Mom, Somi ingin berkeliling Korea," katanya menatap Rubby dan mengabaikan Sean.

"Baiklah, besok kita akan pergi," jawab Rubby pelan.

"Kau mau pergi bersamaku, sweety?" tanya Sean menatap Somi lembut penuh harap, "aku akan mengajakmu berbelanja."

Somi terdiam, sesuatu ide terlintas di benaknya. Dalam hati ia terkikik jahil. Para orang dewasa bilang jika pria di depannya adalah Daddynya bukan? Baiklah, Somi akan melakukan apa pun nanti.

Somi mengangguk. "Baiklah. Besok Somi tunggu. Jam tujuh, dan paman tidak boleh terlambat." Setelah mengatakan itu Somi pergi menjauh sedangkan Sean sudah tidak bisa menyembunyikan raut bahagianya.

🌹CHANCE🌹

Begitu Sean pergi, Rubby segera pergi menuju klub. Entah kenapa ia ingin sekali pergi kesana padahal Rubby jarang sekali menginjakkan kakinya di tempat terkutuk itu. Tapi jika meminum-minuman beralkohol, Rubby sudah berulang kali meneguknya. Hanya saja jika pergi ke kelab sangatlah jarang.

Sesampainya di salah satu klub terkenal di Seoul bahkan di Korea, Rubby turun dari mobilnya dan memasuki klub tersebut. Musik yang berdegum begitu kencang menyambut pendengaran Rubby begitu dirinya masuk, apalagi penerangan yang remang-remang dengan lampu disko berkelap-kelip bahkan aroma alkohol, keringat, rokok bercampur jadi satu. Banyak orang mulai menari, bercumbu membuat Rubby sedikit takut.

Lalu tanpa pikir panjang, Rubby langsung saja melangkahkan kakinya menuju bar. Dan memesan vodka. Hingga entah sudah berapa lama, dan berapa gelas Rubby meneguknya yang jelas saat ini ia sudah benar-benar mabuk sekarang. Bahkan Rubby sudah merancau tidak jelas.

🌹CHANCE🌹

Sean langsung mengambil jaketnya begitu menerima telepon dari salah satu temannya yang memang berasal dari Korea. Temannya mengatakan jika ada seorang wanita yang mabuk di kelab yang biasa dirinya datangi ketika di Korea, temannya tau jika wanita itu memiliki hubungan dengannya ketika dia tidak sengaja melihat wallpaper wanita itu ketika ponselnya menyala. Wallpaper gambar dirinya dengan wanita itu.

Dan dapat dipastikan itu adalah Rubby, mengingat temannya mengatakan foto yang menjadi wallpaper itu memiliki latar pantai. Sesampainya di kelab, Sean segera masuk ke dalam dan matanya mulai mencari-cari dan, gotcha!

Sean bernapas lega dan segera menghampiri. "Jisoo!"

Wanita berambut coklat yang dipanggil Jisoo itu menoleh, tersenyum lebar. "Aish, kau lama sekali!" decaknya.

"Di mana dia?"

Jisoo menaikkan sebelah alisnya. "Kekasihmu? Bukankah kau sudah memiliki tunangan?"

"Ceritanya panjang. Di mana dia sekarang?"

Jisoo lalu menunjukkan dengan dagunya, di sana Rubby tertidur di atas sofa dan langsung saja Sean menghampirinya lalu membopongnya. "Terima kasih. Aku akan membawanya pulang!"

Jisoo mengangguk. "Kau berhutang penjelasan padaku."

Sean menidurkan Rubby di mobil, ia bingung haruskah mengembalikan Rubby ke mansionnya dalam keadaan mabuk atau membawanya ke apartemen. "Ah apartemen saja, nanti baru memberitahukan Lisa," gumamnya lalu melajukan mobilnya.

Apartemen

Begitu sampai di apartemen, Sean menidurkan Rubby di kasurnya. Meletakkannya perlahan. Ketika hendak mengganti pakaian, igauan Rubby membuat langkahnya terhenti, "Sean aku sangat membencimu sungguh!" gumamnya begitu lirih, lalu tiba-tiba saja menangis membuat Sean bingung.

“Tidak ... tidak, aku tidak ingin putus darimu. Kumohon, tetaplah bersamaku.”

"Rubby, sadarlah!" Sean menepuk pelan pipi Rubby tapi wanita itu tidak sadar-sadar dan malah melanjutkan tidurnya lagi membuat Sean menggeleng.















CHANCE ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang