Part 18. Go Away!

10.2K 441 22
                                    

Lanjutan part 17. I Hate You, but...

Selesai membersihkan dirinya, Sean melangkahkan kakinya menuju Rubby yang masih memejamkan matanya di atas kasur. Malam sudah menunjukkan pukul dua belas, dan Sean memutuskan untuk segera menghubungi Lisa memberitahu gadis itu jika Rubby sedang bersamanya. Namun suara lirihan Rubby membuat Sean menoleh mendapati wanita itu menangis namun matanya masih terpejam apalagi keringat mulai membanjiri wajah wanita di depannya. "Sean kumohon jangan tinggalkan aku, jangan!" Begitu berulang kali hingga Sean memutuskan untuk mengusap lembut kening wanitanya.


"Ssst, aku tidak akan meninggalkanmu. Lagi By." Gumam Sean menatap Rubby penuh penyesalan.

Sean dapat melihat dengan jelas jika Rubby penuh dengan kesedihan apalagi suara melirih wanita di depannya. Apakah wanitanya telah melewati malam-malam yang buruk selama tujuh tahun ini? Bahkan jika Sean mengingat bagaimana perlakuannya dulu dengan Rubby ia begitu menyesal dan muak. Hanya karena tantangan dari para sahabat-sahabatnya ia harus menghancurkan kehidupan Rubby, padahal wanita ini sama sekali tidak memiliki salah padanya.

Sean juga telah menghancurkan kepercayaan Rubby. Ia ingat bagaimana susahnya Rubby untuk ditaklukkan, namun selama Sean meyakinkan akhirnya Rubby memberinya kesempatan dan dirinya berhasil. Rubby sudah mempercayakan semua padanya, bahkan jika mengingat tatapan penuh cinta Rubby dulu membuat Sean sakit, karena sekarang yang tersisa hanyalah tatapan kekecewaan. Dulu memang Sean tidak mencintai Rubby, semua yang dilakukannya murni sebuah permaian yang hanya untuk kesenangannya saja. Memiliki perasaan untuk Rubby? Sama sekali tidak ada. Bahkan ketika dirinya meminta Rubby untuk menjadi yang pertama wanita itu mengijinkannya, mempercayainya. Sean tidak peduli karena baginya menikmati seseorang yang masih gadis begitu langkah. Tentu Sean begitu bahagia.


Tapi semua berubah ketika setelah tiga tahun berlalu. Sean benar-benar tidak pernah lagi menemukan Rubby. Dan semakin hari ia menyadari, dirinya mencintai wanita itu. Di saat itu Sean masih mengelak, dirinya enggan menerima semua kenyataannya. Semua terasa begitu menyesakkan.

🌹CHANCE🌹

Pagi harinya, begitu Rubby terbangun dari tidurnya dirinya tersadar jika ia sedang tidak berada di kamarnya. Apalagi ketika samar-samar mencium aroma maskulin dari kamar yang dipakainya. Dan Rubby mengenali aromanya. Sean. Semua itu terjawab ketika penglihatannya menangkap sosok Sean yang tertidur duduk di lantai dengan kepala yang pria itu letakkan di kasur.

Lalu dirinya teringat ketika tadi malam pergi ke club dan dirinya mabuk. Itu berarti, Sean yang menolongnya. Rubby turun dari kasurnya, mengambil tas lalu memakai sepatunya. Ia berniat untuk segera pergi sebelum Sean bangun. Tapi, ketika hendak membuka pintu seseorang dengan cepat memutar balik tubuhnya hingga punggung Rubby terbentur pada pintu.


Rubby terkejut, menatap Sean takut. Jantungnya berdegup kencang. "Apa yang mau kau lakukan?"

Tanpa pikir panjang, Sean langsung memiringkan wajahnya lalu melumat bibir Rubby tanpa banyak bicara. Melumatnya dengan lembut, Rubby yang mendapat perlakuan seperti itu tidak tau harus merespon apa. "Sean ... lepaskan," kata Rubby di sela Sean menciumnya.

CHANCE ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang