"By, Darren mencarimu," kata Lisa memecahkan keheningan.
Rubby yang sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya mendongak, menaikkan sebelah alisnya. "Darren?" tanyanya memastikan. Lisa mengangguk, "kenapa dia datang malam-malam," gumamnya seakan bertanya.
Lisa mengedikkan bahunya. "Entahlah. Mungkin merindukanmu," katanya dengan nada menggoda membuat Rubby mendelik.
"Aku akan menemuinya, tolong jaga Somi jika dia terbangun," kata Rubby membuat Lisa menganggukkan kepalanya.
Rubby melangkahkan kakinya menuruni tangga, matanya menangkap sosok Darren yang duduk di salah satu sofa ruang tamu. "Hai," sapa Rubby canggung.
Darren berdiri, tersenyum. "Hai By."
"Ah maaf aku datang malam-malam, aku hanya ingin memberikan ini pada Somi, aku baru saja pulang dari Korea," katanya memberikan sebuah bingkisan berwarna pink pada Rubby.
Rubby tersenyum, menerimanya. "Terima kasih. Somi sudah tidur, aku akan memberikannya pada Somi besok."
Darren mengangguk. "Jika begitu aku pulang dulu."
Rubby mengantarkan Darren keluar, hingga pria itu masuk ke dalam mobil dan mulai menjalankannya lalu hilang dari pandangannya, Rubby mulai masuk ke dalam. Pun menutup pintu.
Darren, pria yang mendekatinya sejak lima tahun terakhir. Meskipun Darren tidak mengungkapkan perasaannya secara langsung, tapi Rubby sangat paham jika pria itu sedang berusaha mencuri hatinya. Darren pun juga mengetahui jika Somi adalah anaknya dengan kekasihnya dulu. Bahkan secara tidak langsung, naluri seorang bapak keluar begitu saja ketika berhadapan dengan Somi. Darren begitu menyayangi Somi, begitupun putrinya. Somi bahkan secara terang-terangan selalu berbuat manja di depan Darren. Karena bagi Somi, Darren adalah pria yang baik meskipun Somi selalu menanyakan perihal Daddy padanya.
"Dia sudah pulang?" tanya Lisa pada Rubby.
Rubby meletakkan bingkisan di atas meja, mengangguk. "Dia hanya memberikan itu untuk Somi."
"Sudahlah, kau bersamanya saja. Darren cukup baik untukmu," kata Lisa.
Rubby menghela napasnya. "Bahkan aku sedang berusaha menerima kehadirannya. Tapi, semua begitu rumit dan susah."
"Semua akan terasa mudah jika kau memang benar-benar ingin membuka hatimu, By," kata Lisa, lalu menatap Rubby serius, "bahkan aku sangat yakin jika kau masih belum bisa melupakannya, right?"
Rubby menunduk, Lisa benar. Bahkan terkadang, hatinya masih tidak rela melupakan Sean untuk membuka lembaran baru. Baginya Sean tetaplah cintanya, seberapa banyak luka yang ditorehkan pria itu Rubby tetap dengan perasaannya. Semua masih sama, seperti tujuh tahun yang lalu. Mungkin ia memang membenci Sean, atas semua perlakuan pria itu yang benar-benar membuatnya kecewa, tapi hati dan perasaannya tidak bisa berbohong akan hal itu. Jika Rubby memang benar-benar masih menginginkan Sean kembali hadir di hidupnya.
Katakan Rubby bodoh, ya memang itulah kenyataannya. Jika kalian berada di posisi Rubby pasti akan merasakan hal yang sama, apalagi hati Rubby terlalu lemah. Semua yang berkaitan dengan Sean tidak mudah dilupakannya. Padahal Rubby selalu berusaha, setiap detiknya.
Tapi bayang-bayang pria itu selalu hadir.
Lelah.
Lelah dengan semuanya.
Rubby seperti dipermainkan oleh takdir. Tapi ia yakin, apa pun akhirnya itulah yang terbaik untuknya. Dan hanya Lisa yang bisa memahami dan mengerti tentang dirinya. Bahkan hingga akar-akarnya, begitupun sebaliknya. Mereka terlalu memahami satu sama lain. Mungkin karena kebersamaan sejak mereka belum dilahirkan alias masih di dalam perut membuat telepati mereka semakin kuat.
Tanpa banyak berkata, Rubby langsung memeluk tubuh Lisa, menangis. "Terima kasih kau selalu ada untukmu."
Lisa membalas pelukan Rubby, mengeratkannya. "Tidak ada kata terima kasih untuk seorang saudara. Bahagiaku bahagiamu, lukamu adalah lukaku."
"Jika ada yang berani macam-macam denganmu, aku tak akan tinggal diam."
Lisa melepaskan pelukannya, tangannya beralih memegang pundak Rubby. "Kau tau, By. Aku sangat beruntung bertemu, sudah mengenalmu sejak di dalam kandungan tumbuh bersama hingga dewasa. Bahkan terkadang, jika aku membayangkan ketika kita sudah menikah satu sama lain aku tidak tau harus berbuat apa tanpamu."
Rubby tersenyum lebar. "Tenanglah. Meskipun di masa depan kita sudah menikah, kita tetap bisa tinggal bersama di sini. Pasti itu sangat menyenangkan."
"Ah aku berpikir itu akan sangat menyenangkan, rumah yang besar dengan dua keluarga yang menjadi satu," sambung Lisa menerawang, Rubby mengangguk setuju.
Setelah perbincangan panjang mereka, keduanya memutuskan untuk tidur.
🌹 CHANCE 🌹
Rubby menyiapkan sarapan pagi, sedangkan Lisa membantu Somi untuk bersiap. Pagi ini Rubby tidak masuk bekerja karena harus datang ke sekolah Somi untuk mengambil raport. "Mom musim semi akan segera tiba, ke mana kita akan berlibur?" tanya Somi begitu sampai di ruang makan.
"Bagaimana jika ke Korea? Aku merindukan Mom dan Daddy," sambung Lisa.
Rubby membawa senampan berisikan tiga nasi goreng. "Ide yang bagus Li. Sudah hampir satu tahun kita belum berkunjung," balas Rubby.
Somi memasukkan sesuap nasi goreng ke dalam mulutnya, "Korea?" tanyanya dengan mata berbinar ditambah mulut yang menggembung.
"Yes sweety ," jawab Lisa.
"Apa grandpa Louis dan grandma Lily tidak di Thailand, Bibi?" tanya Somi.
Lisa menggeleng. "Mereka memutuskan untuk pindah ke Korea karena keinginan grandma."
Somi hanya ber-oh ria menanggapinya. Setelah selesai sarapan, Lisa berpamitan untuk berangkat bekerja sedangkan Rubby segera bersiap-siap.
"Ayo Som, kita berangkat!" kata Rubby yang sudah siap. Penampilannya cukup casual dengan rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai.
Keduanya berjalan beriringan menuju halaman. Somi masuk ke bangku penumpang depan yang disusul oleh Rubby duduk di bangku kemudi. Rubby melajukan mobilnya dengan santai, sedangkan Somi begitu bersemangat, gadis kecil itu tak sabar melihat hasil raportnya. Bahkan mulutnya tak henti-henti bernyanyi mengikuti suara musik dari radio.
"You know, i don't know what to do, don't know what to do whitout youuu~" Somi bernyanyi dengan suara merdunya. Meskipun masih terlalu dini, Somi sudah sangat berbakat untuk menyanyi.
Bahkan suaranya sangat merdu, sudah beberapa kali juga Rubby mengikutkan Somi kompetisi menyanyi putrinya itu selalu menang. "Mom, bisakah besok ketika ke Korea kita melihat Blackpink?" tanya Somi menatap Rubby.
Rubby melirik Somi sekilas sebelum akhirnya fokus kembali pada kemudi. Wanita itu mengangguk. "Bisa, nanti kita akan melihat Blackpink di Inkigayo."
Mereka sampai di sekolah Somi, keduanya berjalan beriringan dengan tangan Rubby yang menggenggam tangan Somi. Hingga seseorang yang ingin dihindarinya berdiri tepat di depannya. "Hai sweety kita berjumpa lagi!" katanya tersenyum menatap Somi yang hanya dibalas dengan tatapan datar. Sedangkan Rubby terkejut, jantungnya berpacu lebih cepat. Itu berarti sebelumnya, Sean sudah pernah menemui Somi tanpa ia ketahui.
Berusaha mengendalikan diri, Rubby melangkahkan kakinya berjalan dengan Somi hingga Sean menarik tangannya dan berkata tepat di telinga Rubby membuatnya meremang. "Aku akan mendapatkannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANCE ✔ [Completed]
Romance#BOOKONE Start: 25 Desember 2018 Finish: 10 Oktober 2019 Tidak ada lagi sifat childishnya, hanya saja Rubby tidak pernah yakin itu. Apakah ia sudah cukup dewasa atau masih kekanak-kanakan yang ceroboh. Dua alasan yang membuatnya berusaha untuk menja...