Part 8. Remember When

9.9K 645 18
                                    

Rubby sudah siap dengan pakaiannya, hari ini ia akan menemui Sean lagi. Mengatakan jika ia masih benar-benar mencintai pria itu. Rubby juga berjanji akan memperbaiki semuanya.

Ia tersenyum, lalu melangkahkan kakinya keluar apartemen. "Lisa, aku pergi dulu!"

Lisa yang sedang menonton drama Korea di laptop menoleh, memicingkan matanya menatap Rubby. "Aku harap kau tidak menemui si brengsek itu."

Rubby tersenyum, menggeleng. "Tidak. Aku hanya ingin keluar berjalan-jalan sebentar."

"Kau mau menitip sesuatu?" tawar Rubby.

Lisa diam, berpikir. "Coklat panas, mmm."

Rubby mengacungkan jempolnya. Ia melangkahkan kakinya keluar apartemen. Memutuskan untuk berjalan kaki menemui Sean yang biasanya berlatih basket di stadion bersama sahabat-sahabatnya, dan ia berencana untuk menemui Sean di sana.

Hari ini begitu dingin, Rubby merapatkan mantel hitam. Sesekali ia bernyanyi mengikuti alunan lagu yang didengarnya lewat earphone yang menggantung cantik di telinga.

Namun, sebelum pergi ke stadion, Rubby memutuskan untuk membeli coklat hangat di salah satu kedai yang dekat dengan stadion

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namun, sebelum pergi ke stadion, Rubby memutuskan untuk membeli coklat hangat di salah satu kedai yang dekat dengan stadion. Ia mendorong pintu, hingga berbunyi suara lonceng.

Rubby berdiri mengantre, hingga tiba gilirannya ia memesan. Menunggu pesanannya, samar-samar ia mendengar tawa Sean. Bukan ilusi, bahkan ia sangat mengenali suara tawa mantan kekasihnya itu. Setelah membayar, Rubby memakai syalnya hingga menutup sebagian wajahnya berbalik.

Dan ya! ternyata Sean dan teman-temannya berada di kedai yang sama. Rubby memutuskan untuk duduk di dekat meja yang ada di dekat Sean, namun laki-laki itu tidak dapat melihat Rubby karena ada sekat yang jika kita duduk hanya terlihat kepalanya saja.

Sean dan teman-temannya tertawa, entah menertawakan apa Rubby tidak tau. Hingga suara salah satu temannya, yang Rubby tau bernama Hansol bersuara. "Ah lalu kau benar-benar mengakhiri hubungan kalian?"

"Tentu, dan aku menang bukan dengan tantangan kalian?" kekeh Sean.

"Lagipula gadis itu sama sekali bukan tipeku. Dia terlalu memuakkan, cengeng, kekanak-kanakan, dan ceroboh," lanjut Sean.

"Tapi kau tidak berhasil membuatnya hamil!" kata salah satu temannya lagi.

"Apa kau benar-benar ingin aku membuatnya hamil? C'mon yang terpenting aku sudah berulang kali mencobanya, dan aku juga yang pertama," kata Sean, "lagipula aku memiliki video saat aku dan dia melakukannya."

"Kau sungguh merekamnya?"

Sean mengangguk, "Hal seperti itu tidak boleh dilewatkan bukan. Apalagi dia sungguh menggairahkan dan sangat sexy."

"Sean kau benar-benar, apa kami boleh melihatnya?"

Sedangkan Rubby yang mendengarnya tertegun dengan tubuh menegang. Air matanya bahkan tak henti-hentinya mengalir. Ia tak menyangka Sean sejahat dan sebejat itu. Tanpa menunggu lama, Rubby memutuskan untuk keluar kedai. Ia sudah tidak kuat lagi untuk mendengar semuanya, itu terlalu menjijikkan.

Untuk kedua kalinya, Sean berhasil dengan rencananya. Rubby hamil. Ia juga baru mengetahuinya setelah satu minggu Sean mengakhiri hubungan mereka. Dan padahal, Rubby berencana memberi tau Sean. Tapi setelah mengetahui semuanya. Ini benar-benar memuakkan dan membuatnya mual.

Rubby mempercepat langkahnya, setelah dirasa cukup sepi ia bersandar pada sebuah tembok. Kakinya bahkan tak sanggup untuk menopang tubuhnya. Bahunya melemas, Rubby berjongkok.

Ia benar-benar hancur.

Butuh waktu lama untuk Rubby menerima pernyataan Sean saat itu. Namun jatuh cinta pada pria itu hanya membutuhkan waktu sepuluh detik di mana saat itu Rubby yang tak sengaja menjatuhkan setumpuk kertas, Sean datang menolongnya. Rubby percaya, pandangan pertama benar adanya.

Dari situ, mereka menjadi dekat. Satu sama lain saling mengungkapkan perasaannya. Lalu esoknya, Sean datang. Laki-laki itu mengatakan, "By, apakah kau mau menjadi kekasihku?"

Saat itu, Rubby hanya diam. Entah kenapa ia ragu. Ia hanya takut sakit hati. Ia belum siap. Butuh lama untuk Sean meyakinkannya, dan laki-laki itu berhasil. Dan hubungan mereka berjalan satu bulan, dua bulan, satu setengah tahun, lalu Sean mengakhiri semuanya.

Sungguh Rubby belum siap, namun tadi Sean hanya mampu memberikan seperkian detik untuk membuat dirinya membenci laki-laki itu. Rubby membekap mulutnya, meredam tangisannya agar tidak bersuara. Sedangkan dari jauh, sosok yang mampu membuat Rubby hancur berdiri tersenyum penuh kemenangan melihat semua itu.

Dia adalah Sean.

CHANCE ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang