Part 13. Waspada⚠

10.7K 585 17
                                    

Napasnya memburu, perkataan Sean benar-benar mempengaruhinya, sangat. Apa katanya tadi? Aku akan mendapatkannya? Apa yang dimaksud pria itu adalah Somi? Rubby menggelengkan kepalanya. Jangan sampai itu terjadi, jika semua terjadi Rubby benar-benar akan hancur.

Rubby sangat tau, bahkan paham sekali jika keluarga Sean termasuk salah satu orang yang membawa pengaruh besar bagi negara ini. Bahkan mungkin harta mereka tidak akan habis hingga cucu, buyut, dan generasi selanjutnya. Mungkin melebihi tujuh turunan. Jika Sean benar-benar melakukan hal itu, Rubby sangat yakin jika Sean akan dengan mudah mendapatkannya. Apa pun akan dilakukan pria itu meskipun dengan cara kotor sekalipun. Baginya, semua bisa dibeli dengan uang.

Rubby memutuskan untuk duduk terlebih dulu, menunda sedikit waktu mengambil raport sedangkan Somi yang berada di sampingnya hanya menurut tanpa banyak bicara. Menghela napasnya, Rubby menatap Somi lembut. "Sayang, apa kau pernah bertemu dengan pria tadi sebelumnya?"

Somi balas menatap Rubby, lalu mengangguk dengan polos. "Ketika Mom dan bibi Lili lama tidak datang-datang menjemputku, uncle tadi mendatangiku pulang sekolah. Lalu saat di mall waktu itu, Mom."

Ah iya, Rubby melupakan jika Somi juga pernah bertemu saat di mall waktu itu. "Lalu apa yang dikatakannya saat kalian bertemu untuk pertama kalinya?"

"Dia hanya berkata, siapa nama Mom. Lalu menunjukkan sebuah foto Mom dengan uncle tadi."

Somi menatap Rubby. "Apa Mom mengenalnya?" tanyanya polos.

Rubby mengangguk. "Ya. Dulu, sudah lama."

"Jadi dia teman Mom?"

"Yap, sayang."

Rubby berdiri, menormalkan detak jantungnya dan mencoba bernapas secara teratur. "Ayo, kita harus mengambil raportmu sayang!" katanya mengandeng Somi.

Setelah selesai mengambil raport, Rubby mengajak Somi untuk pergi ke supermarket membeli beberapa barang untuk di bawa pulang ke Korea. Ya, Rubby dan Lisa sudah berunding- liburan kali ini mereka akan berkunjung ke Seoul. "Kau ingin membeli apa sayang?" Rubby bertanya.

"Somi ingin itu," katanya menunjuk sederet lollipop pada Rubby.

Rubby mengangguk. "Ambilah."

Mereka lalu berkeliling mencari barang-barang yang lainnya. Sesekali berbincang. "Besok kita akan ke Korea. Apa kau senang, sayang?"

Seketika Somi menghentikan langkahnya, lalu menghadap Rubby dengan mata berbinar. "Mommy serius? Kita akan ke Korea?

Rubby tersenyum mengangguk. "Ya, tentu, sayang."

Somi melompat girang. "Yeay. Blackpink, i'm coming!" teriaknya senang.

"Kita akan melihat Blackpink, kan, Mom?" tanya Somi, "lalu bunga sakura. Somi tidak sabar untuk besok Mom," katanya melanjutkan.

Rubby terkekeh, tangannya mengusap lembut kepala Somi. "Apa pun untukmu, asal kau senang sayang."

Somi tersenyum, lalu menarik tangan Rubby membawanya ke taman yang berada di lingkup sekolahnya. Tanpa banyak bertanya, Rubby mengikuti langkah Somi hingga putrinya itu menyuruhnya duduk disalah satu bangku. "Duduklah Mom," pinta Somi.

Rubby menurutinya, lalu menatap Somi bertanya. Somi hanya diam. "Mom tunggu sini, Somi akan kembali." Setelah mengatakan itu Somi langsung berlari pergi membuat Rubby bertanya-tanya.

Hingga beberapa menit kemudian, Somi datang dengan senyum khasnya. "Pejamkan mata Mom," pinta Somi. Rubby menurutinya.

"Bukalah," kata Somi membuat Rubby membuka matanya. Sontak Rubby terkejut, matanya berbinar haru.

"Untuk Mommy terbaik di dunia," kata Somi memberikan sebuah buket bunga lily putih kesukaan Rubby. Rubby menerimanya, dan langsung memeluk Somi penuh haru.

"Terima kasih sayang, Mom mencintaimu."

"Somi lebih mencintai Mom," balas Somi. "Mulai saat ini, Mom tidak boleh lagi memikirkan perkataan Somi tentang Daddy," kata gadis kecil itu ketika pelukan keduanya terlepas.

Rubby diam, menunggu kalimat Somi dengan serius. Somi menggeleng, "Somi tidak membutuhkannya. Sekarang Somi tau, pria yang meninggalkan Mom adalah pria yang jahat. Dia tidak pantas untuk Mom."


Somi menangkup kedua pipi Rubby. "Mom .... Maafkan Somi karena selalu bertanya tentang keberadaan Dad."

Rubby balas menangkup pipi Somi, menggeleng. "Kau tidak salah sayang."

🌹 CHANCE 🌹

"Kau sudah selesai bersiap?" tanya Rubby pada Lisa, "besok kita sudah harus berangkat."

Lisa mengangguk, mengacungkan jempolnya. "Semua sudah beres, sister."

"Good!"

Mereka sekarang sedang berada di ruang tengah, sedangkan Somi berada di kamarnya berkemas dan tidak ada yang boleh mengganggunya. Bahkan tadi ketika Rubby akan masuk kamar Somi, gadis kecil itu melarangnya masuk. Pun ketika Rubby menawarkan bantuan. Dia bilang dirinya sudah cukup dewasa dan tidak ingin Rubby membantunya.

Rubby menguap, menucek matanya. "Aku ingin tidur," katanya beranjak dari duduk.

"Selamat malam Li!" lanjut Rubby membuat Lisa mengacungkan jempolnya. "Mimpi indah," balasnya.

Rubby merebahkan tubuhnya di atas kasur, tangan kanannya menekan tombol lampu tidur yang berada persis di samping ranjang. Ruangan yang tadinya cerah, kini berubah menjadi remang-remang. Ketika hendak menutup matanya, sesuatu menelusup di balik bajunya membuat Rubby seketika membuka matanya. Matanya membulat ketika melihat seseorang berada tepat di atas tubuhnya.


Pria itu, Sean!

Rubby berusaha bergerak ingin keluar, tapi kurungan Sean begitu kuat membuatnya tak bisa berkutik.

"Hai, honey," kata Sean memajukan tubuhnya, berkata tepat di telinga Rubby membuat tubuh wanita itu meremang.

Rubby memejamkan matanya ketika Sean mulai bermain di telinganya, "Sean h-hentikan!"

Tanpa mengindahkan perkataan Rubby, Sean langsung membungkam mulut Rubby dengan ciuman. Sean terus melumat bibir Rubby lama, berusaha menerobos masuk hingga akhirnya berhasil. Sampai Rubby mulai kehabisan napas, Sean menghentikannya. Ia melepas pungutannya. Terlihat napas Rubby memburu, dadanya naik turun. Terlihat begitu sexy dan menggoda di mata Sean.


"Bersamalah denganku atau aku akan membawanya ke pengadilan hingga hak asuh Somi jatuh ke tanganku," kata Sean namun penuh ancaman. Begitu tajam.

Rubby diam, ia terkejut. Berharap apa yang didengarnya hanyalah ilusi. "Hmm?"

Ini nyata. Rubby menggeleng. "Kau tidak akan bisa mengambil putriku!"

"Ingatlah, dia juga putriku, honey," jawab Sean terkekeh.

Rubby menggeleng. "Dia bukan putrimu!"

Sean menaikkan sebelah alisnya. "Pikirkan baik-baik honey atau kau akan menyesal," kata Sean mengusap kepala Rubby lalu mengecup bibirnya sekilas sebelum melangkahkan kakinya menuju jendela.

CHANCE ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang