Part 16. You HURT Me, Jerk !

10.6K 551 14
                                    

"Kau bodoh! Bagaimana bisa kau masih mencintaiku di saat aku telah menyakitimu."

Rubby menunduk, meneteskan air matanya. Mengangguk, menyetujui kalimat Sean. Memberanikan diri, Rubby mendongak. Tersenyum pedih. "Ya. Aku sangat bodoh Sean karena masih mencintaimu hingga saat ini. Tapi apakah kau pernah berpikir, seberapa kerasnya aku untuk melupakanmu? Setiap harinya aku berusaha melupakanmu, tapi hadirnya Somi benar-benar tidak bisa membantuku. Semuanya persis denganmu, dan itu membuatku ingin menangis."

"Di saat kau ingin melupakannya, bahkan sepertinya tuhan tidak mengijinkannya dengan menghadirkan Somi dihidupku. Kau tau, semuanya kulewati sendiri. Itu sangat sulih bagiku." Rubby menghela napasnya, "lalu setelah sekian lama kau pergi. Tiba-tiba saja kau datang kembali, seberapa keras aku menghindarimu. Kau selalu berusaha menemuiku, kau tau betapa sakitnya hatiku, Sean!"

"KENAPA SETELAH KAU PERGI BEGITU LAMA, KAU MUNCUL DIHADAPANKU LAGI! APA KAU KURANG PUAS MENYAKITIKU?!" tanya Rubby menyentak.

Sean menangkup pipi Rubby. "Aku bahkan tau rencanamu Sean, kau hanya ingin menyakitiku. Kau tidak tulus padaku, kau sengaja ingin membuatku hamil. Dan ya, kau berhasil membuatku hamil dan menghancurkanku."

"Maafkan aku." Rubby menggeleng.

"Lalu apalagi sekarang? Kau ingin membunuhku? Merebut Somi dariku? Apa salahku sehingga kau begitu kejam padaku, beri tau aku! Kau selalu diam jika aku bertanya."

"Maaf, maaf, maaf. Aku memang bodoh, brengsek. Maafkan kebrengsekanku ini." Sean menatap Rubby sendu, "tapi aku mencintaimu. apa masihkah ada aku di hatimu?"

Rubby terkekeh pedih. "Tidak usah bertanya bahkan kau tau jawabannya, Sean. Tapi aku tidak bisa menerimanya, aku takut hancur untuk yang kesekian kalinya. Dan aku tidak ingin menjadi perusak hubungan orang lain, aku tidak ingin tunanganmu merasakan hal yang sama sepertiku. Ditinggalkan."

Rubby menatap Sean. "Kau tau, ditinggalkan oleh orang yang dicintai begitu menyakitkan. Dan aku bukan orang jahat yang akan menghancurkan hubungan itu."

Sean memeluk Rubby. "Apa tidak ada kesempatan bagiku? Apa kau sudah menyerah?"

Rubby tidak membalas pelukan Sean dan itu membuatnya kecewa. "Kau tau, aku bahkan tidak pernah menyerah. Apa kau lupa? Di mana kau mengakhiri hubungan kita, aku selalu menghampiri dan memohon kepadamu untuk jangan mengakhirinya karena aku begitu mencintaimu. Apa itu bisa dikatakan menyerah? Aku mengemis cinta kepadamu."

"Bahkan aku berusaha memperbaiki hubungan kita, aku juga bertanya kenapa kau mengakhiri hubungan ini aku juga berjanji padamu untuk berusaha tidak cengeng, kekanak-kanakan dan menjadi gadis ceroboh. Tapi apa? Aku hanya menerima pengabaian darimu, seakan semua kata yang terucap hanyalah angin lalu. Tidak dihargai, itu begitu menyakitkan. Dan aku mengetahui suatu kenyataan yang mampu membuatku benar-benar hancur jika kau hanya ingin menyakitiku saja. Di situ aku tersadar, jika aku memang tidak pernah berarti di hidupmu. Lalu, untuk apa aku tetap bertahan dan berdiri di sampingmu padahal yang kau berikan padaku hanyalah sebuah luka dan pengabaian?" Rubby menatap Sean begitu dalam, air matanya tidak berhenti-berhenti.

Dadanya begitu sesak. "Sean kumohon, jangan ganggu aku dan Somi lagi," lanjut Rubby melirih, kepalanya menunduk.

Sean menangkup pipi Rubby, mengusap pipi wanita itu dengan lembut. "Kasih aku satu kesempatan, By."

Rubby menggeleng.."Maaf. Tapi aku tidak bisa."

"Tapi aku mencintaimu."

"Itu hanya omong kosong," balas Rubby tersenyum. "Kau mencintai wanita dewasa, tidak ceroboh dan tidak kekanak-kanakan, dan itu kau sudah mendapatkannya dari tunanganmu."

"Lebih baik sekarang, kau berbahagialah dengan pilihanmu. Dan aku dengan pilihanku."

Tangan Sean masih berada di pipi Rubby. "Aku sudah tidak dengannya lagi, By."

Rubby diam, menunggu kelanjutan dari Sean. "Aku menceritakan masa laluku semuanya padanya. Dia mengerti, dia memahami semuanya. Dia merelakanku, melepasku karena dia tau aku hanya mencintaimu meskipun ia harus terluka. Dan dia tau jika kau hanyalah bahagiaku."

"Kau sangat brengsek." Rubby berkata tajam menatap Sean tak menyangka. Entah itu benar atau hanya sandiwara pria itu Rubby tidak mengetahuinya.

Sean mengangguk. "Ya. Aku memang sangat brengsek, By. Tapi percayalah, dia benar-benar ingin melepaskanku. Dan si brengsek ini hanya mencintaimu."

"Tapi maaf, aku benar-benar sudah tidak bisa menerimamu lagi. Kini satu alasannya, karena Somi memang tidak pernah menginginkanmu meskipun sejak dulu impiannya adalah memiliki Daddy yang begitu mencintai dan menyayanginya."

Mendengar kalimat Rubby mampu membuat Sean terluka. Bahkan putrinya saja tidak menginginkannya.

"Bolehkah aku menemuinya?" Sean menatap Rubby memohon.

"Temuilah jika memang dia mau menemuimu. Aku tidak melarang" kata Rubby pelan.

Sean menghela napasnya frustasi, kesalahan terbodohnya benar-benar telah menghancurkan semuanya.

Rubby.

Dan, putrinya, Somi.

"Apa benar-benar sudah tidak ada lagi kesempatan untukku?" Frustasi Sean.

Rubby menggeleng. "Semua jawaban ada di Somi. Karena putriku berhak memberikan jawabannya."

"Putriku juga," geram Sean.

"Ya, putrimu. Jika memang dia mau menganggapmu sebagai daddynya," jawab Somi telak sebelum pergi keluar menahan sesak di dadanya.

🌹CHANCE 🌹

"By, Somi demam tinggi." Suara Lisa mengentikan langkah Rubby yang baru saja masuk.

Rubby langsung menoleh ke arah Lisa. "Di mana dia sekarang?" tanyanya cemas.

"Ada di kamar," jawab Lisa cepat lalu mengikuti langkah Rubby.

Rubby melihat Somi terbaring di atas tempat tidurnya. "Somi, kita ke dokter sekarang, sayang?"

Somi menggelengkan kepalanya dengan mata yang masih terpejam. "Tidak Mom. Bagaimana jika nanti ke rumah sakit lalu dokter berkata jika Somi harus di rawat inap, besok kita akan gagal melihat Blackpink di Inkagayo."

Rubby menggeleng. "Astaga Somi. Kita bisa melihatnya lain kali."

"Iya Somi, Mommymu benar," kata Lisa menyetujui.

"Ah tidak mau. Somi ingin melihat Blackpink titik." Somi menggeleng kuat, menenggelamkan wajahnya pada selimut.

Rubby mengusap kepala Somi. "Oke-oke baiklah. Besok kita akan menonton Blackpink."

"Tapi sekarang Somi harus makan dan minum obat."

Mendengar itu Somi langsung duduk dari tidurnya. "OKE MOM!"

CHANCE ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang