2 ; think twice

9.8K 677 12
                                    

🏸🏸🏸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🏸🏸🏸

Hari Kamis-pun tiba. Waktunya gue buka praktek mencari pundi-pundi dollar untuk menambah peringkat crazy rich.

Emang atlet badminton doang bisa nambah peringkat. Dokter juga bisa keleus.

"Aduh, duh paa. Si Adek kayaknya pengen sesuatu deh." Gue yang lagi nyiapin tas buat berangkat kerja denger ucapan Ci Agnes.

Maklum, bumil bawaanya ngidam mulu.

"Kamu mau apa si ma?" Tanya Koh Sinyo yang juga lagi nyiapin raketnya.

"Aku pengen bubur ujung pelatnas." Kata Ci Agnes.

Lah iya panjul, itu mah bubur langganan qu. Makanan merakyat rasa crazy rich.

"Yaudah nanti aku beliin." Kata Koh Sinyo.

"Ehhh bentar-bentar kayaknya si adek juga minta aunty-nya masuk pelatnas nih."

Ini nih bukan ngidam namanya njir. Bodo ah gue pura-pura ga denger aja.

"Berangkat dulu ye. Bye!" Gue lalu ambil tas gue dan jalan ke pintu utama.

"NAD LO MAU APA PONAKAN LO ILERAN HAHHH?" Teriak Koh Sinyo dan gue terus aja jalan.

Masih pagi, males ah gue mikir beginian.

"Eh non, gak dianter?" Tanya Pak Beni— supir dirumah ini.

"Bapak anter aja Koh Sinyo, saya bawa kendaraan sendiri hari ini. Kebetulan ada pasien, buru-buru saya. Kelamaan kalo nunggu Koh Sinyo." Kata gue ngeles.

Pak Beni ngangguk. "Baik non, hati-hati ya non." Katanya.

Selama di perjalanan kepala gue rasanya mau pecah. Isi otak gue Pelatnas mulu, kaga ada yang lain.

Apa gue masuk pelatnas aja ya? Juga kan kalo nemu dokter gue langsung berhenti?

Jam-jam segini lalu lintas Jakarta udah mulai padat. Di waktu sibuk, di jalan kini gue masih sempetnya main hp karena suntuk akan macet yang tak kunjung selesai.

Seperti gue nostalgia masa lalu. Gak selse-selse. Hilih

"Atlet cabang olahraga sepak bola, meninggal di usia 27 tahun akibat gangguan pencernaan yang di deritanya selama seminggu terakhir."

Begitu headline berita pagi ini yang gue baca di salah satu media cetak via internet.

Gue berfikir kembali, apa iya gue harus nerima tawaran Koh Sinyo biar kejadian seperti ini masih bisa di atasi sebelum berakibat fatal? Atlet juga banyak tenaga yang di kuras, dan mereka juga sangat amat perlu di perhatikan gizi untuk stamina dan imun mereka. Salah makan mereka bisa berakinat fatal kayak atlet yang gue baca beritanya barusan.

Mungkin gue emang harus nerima, dan melupakan sejenak ego gue yan masih bersih keras lupain Kevin demi kesehatan para atlet Ciumbrella.

Dan setelah bertarung sengit dengan macetnya Jakarta di pagi hari, akhirnya gue sampe di RS Pertamina.

Menangkis Rindu • Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang