"Wah ... Lucu sekali." Kyuri masih sibuk memainkan dengan gemas boneka beruang yang ia beli di toko cenderamata saat ia ke museum beruang.
"Kau lucu, Kyuri." Namjoon tersenyum, menunjukkan dua lesung pipi yang terpampang indah di wajahnya.
"Terima kasih sudah mengajakku jalan-jalan."
"Permisi, ini kopi pesanannya." Pelayan cafe itu menyuguhkan dua gelas kopi, satu espresso dan satunya caramel macchiato ke meja Kyuri dan Namjoon. Lantas pergi setelah tugasnya selesai.
"Kau suka minuman manis?" tanya Namjoon setelah meneguk sedikit kopinya.
Kyuri mengangguk. "Dan kak Namjoon sebaliknya."
"Benar."
"Tapi ini agak aneh sih. Aku jarang bisa dekat dengan orang baru. Tapi kak Namjoon bisa bersamaku saat ini."
"Mungkin takdir?"
"Kau percaya hal-hal semacam itu?"
Namjoon mengangguk. "Seperti kita yang bertemu di optik lalu ternyata menginap di hotel yang sama, kemudian bertemu di restoran, bukankah itu kebetulan sekali? Seperti konspirasi alam mungkin?"
Kyuri mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ah, coba saja paman punya sifat sepertimu."
"Paman? Adik ayahmu?"
"Ah, tidak. Maksudku, suamiku."
"Kau memanggilnya paman?"
"Iya." Kyuri terkekeh. "Dia juga sama sepertimu. Protes awalnya. Tapi aku tidak peduli."
"Haha hubungan kalian unik."
"Begitulah."
"Ku tebak, black card yang kau gunakan tempo hari adalah miliknya 'kan?"
"Kau tahu?"
"Hei, black card itu tidak di miliki sembarang orang. Dia pasti pria kaya raya yang gila bekerja. Membiarkanmu pergi sendirian dan memberikanmu black cardnya 'kan?"
"Wah, kau peramal?"
Namjoon terkekeh. "Ayolah, mudah sekali tertebak."
Kyuri dan Namjoon saling melempar senyum satu sama lain. Menghabiskan waktu dan kopinya dengan saling mengobrol. Tertawa. Sungguh bagi Kyuri, Namjoon mendekati tipe idealnya sekali. Membuatnya bisa bicara dengan nyaman, tampak begitu perhatian dan hangat. Harusnya Hoseok juga memiliki minimal setengah sifat Namjoon, pikirnya.
--------******--------
Hoseok mendengus beberapa kali. Menatap ponselnya yang sama sekali tak berdering. Padahal ia sudah mengirim pesan ke Kyuri, beri kabar padanya setidaknya untuk tahu apakah ayahnya ada menanyakan perihal mereka disana. Bukan tanpa alasan. Pasalnya sang ayah tadi menelponnya. Ingin bicara pada Kyuri. Untung akal Hoseok bergerak cepat memberi alibi bahwa Kyuri sedang mandi. Kalau tidak, bisa gawat. Ayahnya maupun ayah Kyuri pasti murka padanya.
"Hei, Hoseok. Ayo bersenang-senang." Kepala Yoongi muncul dari balik pintu.
Hoseok menatap malas. Teramat.
"Aku malam ini disini saja."
"Hei, ayolah. Jangan khawatirkan lagu Jihye. Namjoon akan pulang besok. Dia bilang akan bergabung kali ini. Terdengar meyakinkan. Mungkin dia baru saja melewati waktu yang baik disana."
"Benarkah?"
Yoongi mengangguk. "Ayo."
"Oke."
Hoseok menyambar jaketnya yang tersampir di dekat pintu. Lalu mengikuti langkah Yoongi yang membawanya ke sebuah private room sebuah klab malam. Tempat biasa mereka menghabiskan waktu dikala jenuh bekerja. Tak masalah. Tak ada paparazi. Karena meskipun hanya seorang dibalik layar, nama baik agency ada dipundak mereka juga sebagai komposer andalan. Bahkan semua staf dan karyawan. Klab ini cukup aman. Bahkan para selebriti juga datang untuk bersenang-senang disana. Tak terkecuali Jihye yang memang datang atas panggilan Yoongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Weird Couple || JUNG HOSEOK [ON GOING]
FanfictionApa jadinya dijodohkan dengan gadis polos? (Rate-M!)