Hal yang sama seperti saat ia masih berusia terlalu dini kini terjadi lagi. Suasana yang saat ini Kyuri jelas paham tidak seperti sebelumnya, dimana orang-orang berkumpul dengan mengenakan setelan hitam dan payung bernuansa senada karena memang cuaca pun seakan mendukung hari sendu itu. Hujan masih rintik-rintik mengguyur pemakaman tuan Cho yang meninggal beberapa hari lalu. Kyuri berdiri dengan tubuhnya yang di tompang dari samping oleh Hoseok, tidak ingin wanita kesayangannya itu roboh, membantu agar Kyuri setidaknya berdiri tegak memberi hormat terakhir pada ayahnya yang telah berada di dalam peti perlahan-lahan menghilang dari pandangan. Tangis Kyuri sudah tak lagi pecah seperti beberapa hari lalu. Ia hanya diam, menatap lurus dan nanar. Hoseok tahu, Kyuri hanya mencoba tegar, namun dirinya tengah hancur lebur menangis dan menjerit dalam batin saat ini.
Dari seberang dimana Kyuri yang didekap Hoseok, Namjoon menatap pilu pada gadis itu. Semenjak bertemu Kyuri dari pertama kali, yang ia lihat hanya gadis ceria yang menyenangkan, namun saat ini ada satu sisi yang membuat siapapun teriris batinnya. Tatapan kosong itu membuat Namjoon rasanya ingin sekali mendekap, menenangkan dan menghibur, tapi tentu tak mungkin mengingat Kyuri punya Hoseok yang sedang disampingya. Sedikit menggerutu kesal didalam hati karena Hoseok terlihat benar-benar sudah seperti sosok suami ideal disamping Kyuri. Siapapun yang melihat pasti tidak menyangka bahkan pernikahan mereka tidak sesempurna kelihatannya, begitulah yang dipikirkan oleh Namjoon.
Satu persatu pelayat meninggalkan pemakaman basah bertabur bunga yang menyerbakkan harum menusuk hidung itu, meninggalkan Kyuri dan Hoseok yang masih ada di pemakaman.
“Kyu, ayo pulang.”
“Paman … aku tidak mau pulang. Tidak ingin meninggalkan ayah sendirian.”
“Ayah tidak sendiri. Ayah ada disini, dihatimu. Tidak kemana-mana. Hanya jasadnya saja dibawah sana. Tapi dia masih disini.” Hoseok menunjuk dada Kyuri. Menunjukkan seolah ayah Kyuri ada di hati putri kesayangannya itu.
“Paman, setelah ini aku harus bagaimana?”
Hoseok membawa Kyuri dalam pelukannya. “Bagaimana apanya yang kau maksud? Kau harus tetap melanjutkan hidup. Kau harus kuliah lusa. Dengar Kyu, di dunia ini kau tidak sendirian. Ayahku menyayangimu lebih dari menyayangiku. Ada aku juga yang akan menjagamu. Jangan cemas. Jangan anggap kau tidak punya siapa-siapa lagi, mengertikan Kyu?”
Kyuri menangis. Akhirnya kembali menangis. Tangisannya pecah didalam pelukan Hoseok. Hoseok menepuk-nepuk punggung Kyuri dengan sebelah tangannya, sementara sebelah tangannya lagi masih memegang payung. Tak ingin sampai Kyuri sakit lantaran terkena hujan.
******
“Kalian tidak harus repot-repot begini kak,” ucap Hoseok saat melihat Yoongi yang sedang sibuk di balik meja dapur.
“Aku tahu kau payah dalam urusan memasak. Sama seperti Kyuri. Sudah, tak apa.” Yoongi berbicara sambil tangannya sibuk menaburkan garam di daging yang akan ia olah menjadi steak. Kyuri waktu itu memuji sekali steak buatan Yoongi. Jadi ia memang sengaja ingin Kyuri makan dengan baik hari ini sama seperti waktu itu.
“Kyuri masih di kamar?” tanya Namjoon mendapat tatapan malas dari Hoseok.
“Sebenarnya aku tidak ingin membahas ini, tapi sepertinya ini wajib agar aku tenang. Namjoon, kau menyukai Kyuri atau tidak?”
Namjoon terkekeh, sementara Yoongi menghela napasnya. Yoongi berdoa dalam hati semoga Namjoon tidak nekat mengatakan bahwa ia menyukai istri Hoseok.
“Jadi sejak tadi kau menatapku aneh karena terganggu dengan pertanyaan itu?”
“Tentu saja.”
“Jangan berpikiran tidak-tidak, Hoseok.” Yoongi mencoba menengahi. “Benarkan Namjoon?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Weird Couple || JUNG HOSEOK [ON GOING]
FanfictionApa jadinya dijodohkan dengan gadis polos? (Rate-M!)