gentengku tak lagi menunggu terpaan pagi ,
dan embun baru disadarinya pun diterpa saban hari .lantas kehangatan itu dipersembahkan untuk semesta,
akulah lelaki yang mencintai harinya memeluk matahari tanpa akal.bersantai di beranda sayub sayub angin menelisik ,menerpa ,dibawanya aroma kunarpa .
rumahku dikolong jalan ,kasat perhatian ,tidak pernah nyaman .
-dzikarya-
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata Kala Kita Kalai
PuisiKadang kita hanya butuh menuliskan apa yang kita rasakan jika tidak memiliki seseorang untuk mendengarkan .