Teriknya matahari tepat berada di atas kepala. Bersiap untuk membakar kulit-kulit mulus orang yang sudah bersusah payah untuk merawatnya dengan memakai macam-macam skincare. Seperti pulang sekolah ini, Bimbim dan Maul tengah terduduk di atas motor mereka yang berada di parkiran. Mereka di perintahkan Geril untuk mencari perempuan bahan mainannya nanti. Rencananya, besok Geril akan memutuskan hubungannya dengan Dazen. Dan ini merupakan sudah hari ke tujuh usia hubungan Geril dengan Dazen. Bisa di katakan cukup lama, karena biasanya Geril menjalin hubungan hanya dalam waktu tiga hari.
"Nah itu tuh! Si Memmy aja buat si Geril! Pasti cocok!" ucap Bimbim sembari menunjuk perempuan berbadan gemuk dengan rambut di kuncir dua yang tengah melahapkan citul ke mulut yang masih penuh.
"Yeee itu mah cocoknya buat elo! Sama-sama model karung beras!" Maul mengejek sembari tertawa garing.
Bimbim kembali menunjuk perempuan lain, "Atau itu tuh! Si Valerie!"
"Namanya boleh sih, Valerie. Tapi mukanya woy! Korodok banyak jerawat gitu, mana mau Geril sama dia!" seru Maul kembali tertawa membayangkan Geril berpacaran dengan perempuan dengan wajah penuh jerawat bernama Valerie itu.
Bimbim ikut terkekeh, "Nah, atau itu tuh! Cewek yang rambutnya curly! Yang lagi jalan lenggak-lenggok ntu tuh!" ucapnya, lagi-lagi sembari menunjuk seorang perempuan yang menurutnya cukup menarik.
"Itu mah si Evelyn ya? Gak deh enggak! Dia so' cantik!" tolak Maul menggelengkan kepala.
Bimbim mengernyit, "Emang iya cantik kan?"
"Gak! Nih ya, jadi awewe mah tong so' gelis! Nu gelis ge budug na bitis!" Maul terbahak seketika.
Bimbim ikut tertawa, "Emang lo pernah liat cewek budug di betisnya?" tanyanya heran.
"Ya-- ya gak pernah sih. Tapi ya gitulah ibaratnya. Gayanya udah so' cantik gitu, ehh tau-taunya malah banyak borok di betisnya. Kan gak mulus chuy!" jelas Maul.
"Serah lo deh serah! Terus kita harus cari yang gimana lagi buat bahan mainannya si Geril? Ini salah itu salah. Heran gue!" Bimbim memainkan rambutnya frustasi.
Maul mengangkat bahu, "Tau ah! Mending kita pulang aja daripada nurutin kemauan Geril buat cari cewek. Kita aja jomblo, gimana mau cariin buat dia? Iya gak?"
Bimbim mengangguk menyetujui ucapan Maul, "Pintar juga lo! Tapi kita ini beda, bro. Kita jomblo karena gak laku-laku!"
Maul menepuk pundak empuk Bimbim dengan rasa prihatin, "Sabar ya, bro. Eh wait, ada kata yang harus di ralat. Bukannya 'kita' , tapi lo aja kali yang gak laku! Gue mah jomblonya prinsip, kalau lo nasib."
"Ehh enak aja lo! Lo liat ya, tiga tahun ke depan. Tau-tau gue bakalan udah duduk di pelaminan bareng cewek cantik. Tenang aja, walaupun sekarang gue jomblo gak laku, tapi jodoh itu udah ada yang ngatur, bro!" seru Bimbim bijak.
Maul tertawa mengejek, "Ciaaaelah! Mana ada cewek cantik yang mau sama produk gagal kayak lo?!"
"Ada lah! Awas aja ya lo. Gue pastiin jodoh gue lebih cantik daripada emak lo!" bela Bimbim.
Maul mengibaskan tangannya, "Ahh udahlah, kenapa jadi ngelantur gini! Mending kita balik ke apartemen!"
Mereka menyalakan mesin motornya masing-masing dan bergegas melaju hingga membunyikan deru motornya. Asap yang keluar dari knalpot mengepul tertinggal di parkiran setelah motor mereka melaju kencang.
***
Setelah mengantarkan Dazen dengan selamat, Geril memutuskan untuk pulang ke rumah daripada ke apartemennya. Teringat kedua sahabatnya, Geril sempat memerintahkan mereka untuk mencari perempuan cantik yang akan dijadikan bahan mainannya setelah selesai dengan Dazen. Ya, bergonta-ganti perempuan memang keahliannya. Sebenarnya dia sama sekali tidak mempunyai rasa cinta kepada Dazen. Dia hanya tertarik di awal saja. Selebihnya, dia hanya menjadikan Dazen sebagai bahan mainannya saja yang akan dia tinggalkan ketika bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Kehancuran ✓ [SUDAH TERBIT]
Teen FictionWaktu memang mampu memperbaiki kehancuran. Tapi tetap saja, goresan dari kehancuran tersebut akan membekas di setiap ingatan. Hanya dengan sedetik saja, secercah kebahagiaan pun dapat berubah menjadi suatu kehancuran yang melebur bersama kesakitan t...