Dengan malas, Dazen berjalan menyusuri koridor SMA BERLIN ini untuk menuju kelasnya, XI IPS.2 tercinta. Badannya terasa remuk akibat dari kelelahan saat sepulang praktik lapangan dari Bali kemarin. Setelah memasuki kelas, dia mendaratkan bokongnya di kursi kayu dengan segera menyenderkan kepalanya ke tembok yang sejajar dengan pintu masuk.
Bel tanda masuk sudah berbunyi saat dia sedang berjalan di koridor. Semua murid kelas XI IPS.2 itu bergegas untuk duduk di kursi masing-masing. Pasalnya, pak Ririd selaku guru Seni Budaya dengan keahlian bermusik itu sudah memasuki kelas dengan membawa buku absensi.
"Hari ini kita praktik bernyanyi pop. Jadi, mari anak-anak. Sekarang kita akan belajar di lab musik," ucap pak Ririd usai mengabsen dan tentunya setelah sang ketua murid menyiapkan untuk berdo'a.
Dazen beranjak dari duduknya. Berjalan dengan kepala yang menunduk menatap ujung sepatu. Mengikuti rombongan kelasnya menuju lab musik.
Disana, semua murid di perintahkan untuk menyanyikan minimal satu lagu pop untuk praktik. Hingga giliran Dazen, dia maju beberapa langkah untuk mengambil mic dan memilih lagu yang akan dia nyanyikan.
Pilihannya terjatuh pada lagu Mulan Jameela berjudul Bukannya Aku Takut. Suara musik mulai mengalun indah. Membuat Dazen menikmati lagu kesukaannya itu dengan tenang.
Ku tak peduli
Bila ku benar-benar cinta mati
Ku tak peduli
Ku memang begini
Bila ku benar-benar cinta mati
Ku tak peduliApa saja yang kau inginkan
Aku relaBukannya aku takut akan kehilangan dirimu
Tapi aku takut kehilangan cintamu
Mungkin saja saat itu kau mempermainkan aku
Seakan kau bisa membalas cintakuKau tak kan mengerti
Yang selama ini ku rasakan
Pasti kau tak peduli
Bila saja yang ku inginkan
Kamu relaReneo yang mendengarkan suara lembut milik Dazen tak sadar melengkungkan senyuman tipis. Suara Dazen saat bersenandung memang tak enak di dengar, namun bila sedang praktik begini, suaranya benar-benar lembut hingga menggelitik hatinya. Mungkin, itu adalah bakat terpendam dari seorang Dazen Ifeya Nagutra, orang yang dicintainya.
Bukannya aku takut akan kehilangan dirimu
Tapi aku takut kehilangan cintamu
Mungkin saja saat itu kau mempermainkan aku
Seakan kau bisa membalas cintakuSementara itu, di luar ruang lab musik ini Geril mendengarkan suara Dazen dengan menempelkan telinganya ke tembok rapat-rapat. Dia tidak menyangka jika suara kekasihnya bisa semerdu itu.
Memperhatikan liriknya, lagu itu seperti menyindir dirinya sendiri. Mungkin lewat lirik lagu itu dapat mewakili perasaan Dazen untuknya.
Tak ingin ketahuan, Geril kembali melangkahkan kakinya menuju kantin untuk sarapan pagi setelah mendengar musik berganti dengan suara gemuruh tepukan tangan.
***
"Bu Syetta."
Dazen yang sedang membaca cerita fiksi remaja dari aplikasi wattpad di ponselnya menengadah manatap Reneo yang tiba-tiba berada di depannya.
"Apaan?"
"Ruang guru."
"Gak jelas." Dazen kembali menatap layar ponselnya.
Reneo terlihat menghela nafas panjang. "Lo di panggil sama Bu Syetta untuk ke ruang guru," ucap Reneo dengan satu tarikan nafas.
"Nah gitu dong kalau ngomong! Jangan kayak orang yang lagi menderita penyakit sariawan dan bibir pecah-pecah! Saran gue, harusnya lo tuh sering-sering deh minum adem sari!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Kehancuran ✓ [SUDAH TERBIT]
Teen FictionWaktu memang mampu memperbaiki kehancuran. Tapi tetap saja, goresan dari kehancuran tersebut akan membekas di setiap ingatan. Hanya dengan sedetik saja, secercah kebahagiaan pun dapat berubah menjadi suatu kehancuran yang melebur bersama kesakitan t...