Dengan perasaan bangga dan gembira, Dazen memegang erat selembar kertas hasil ulangan Matematika-nya yang baru saja mendapatkan nilai 90. Dia merasa puas dengan hasil nilai yang didapatkan. Ternyata benar, efek dari Geril yang kembali ke kehidupannya dapat mengembalikan semangat belajarnya.
"Neo!" panggil Dazen saat Reneo memasuki kelas sepulang mengantar buku paket ke perpustakaan.
Reneo menoleh dengan wajah datar seperti biasa, menaikan kedua alisnya seolah bertanya.
Dazen berlari kecil menghampirinya, "Lihat deh," ucapnya sembari menyodorkan selembar kertas berisi hasil ulangannya.
Reneo meraihnya, "90?"
Dazen mengangguk antusias, "Hebat kan gue?"
"Biasa aja," ucap Reneo dengan senyum miringnya.
"Iii lo gimana sih, ini tuh udah luar biasa tau! Gue mau buktiin sama lo kalau gue tuh gak bodoh-bodoh banget!" protes Dazen kesal.
"Terus?" tanya Reneo mengerutkan keningnya.
Dazen menggeram. Semakin kesal dengan robot bernafas di depannya ini. "Lo kan pernah bilang kalau target nilai gue itu 85, nah sekarang nilai gue dapat 90. Itu bagus kan? Luar biasa banget buat otak gue yang di bawah standar ini!"
Reneo mengangguk-anggukkan kepalanya sepanjang mendengar ocehan Dazen. "Bagus," puji Reneo singkat.
Jemari tangan Dazen bertautan dan dia simpan di depan dada, "Lo mau gak kalau tetap jadi tutor belajar gue?"
Dalam hati Reneo berteriak senang. Dengan dia menjadi tutornya Dazen, dia bisa kembali dekat dengan orang yang dicintainya itu.
"Boleh," jawab Reneo setelah sebelumnya terdiam.
Mata Dazen berbinar senang, "Beneran?" tanyanya meyakinkan.
Reneo kembali mengangguk, "Pulang sekolah."
"Apanya?"
"Belajar."
"Dimana?"
"Rumah."
"Rumah siapa?"
"Gue."
"Lo sariawan lagi ya?"
"Gak."
***
Dengan langkah santai, Geril berjalan menuju kelas XI IPS.2 untuk mengajak kekasihnya pulang bersama. Rencananya hari ini dia akan berbelanja ke mall bersama Dazen. Dia ingin membeli sesuatu untuk Dazen. Mengingat saat di pantai Bali waktu itu Dazen menginginkan boneka mermaid yang tak sempat dia beli. Barangkali, di mall juga menyediakan boneka mermaid seperti yang dilihat Dazen waktu itu.
Jika saja Dazen berbicara jika dia menginginkan boneka mermaid, Geril pasti akan membelikannya saat itu juga. Namun terlambat, Dazen mengatakannya saat akan menaiki bus dan hendak ingin berpulang. Alhasil Geril tidak sempat memenuhi keinginan kekasihnya itu. Kalaupun boneka mermaid itu tidak ada di mall, dia bisa menggantikannya dengan boneka yang lebih lucu lainnya. Seperti boneka beruang yang tak pernah miskin, ataupun boneka sapi seperti boneka favorit Acha, tokoh favorit Dazen dalam novel berjudul Mariposa.
Geril mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Tidak ada Dazen disana, yang ada hanya satu murid yang sedang memakan biskuit.
"Lo lihat Dazen gak?" tanya Geril.
Perempuan bername tag Memmy itu tersenyum genit, "Enggak. Emangnya kenapa, ganteng?"
Geril bergidik ngeri, "Mau pulang bareng."
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Kehancuran ✓ [SUDAH TERBIT]
Teen FictionWaktu memang mampu memperbaiki kehancuran. Tapi tetap saja, goresan dari kehancuran tersebut akan membekas di setiap ingatan. Hanya dengan sedetik saja, secercah kebahagiaan pun dapat berubah menjadi suatu kehancuran yang melebur bersama kesakitan t...