Jantung Dazen tak henti-hentinya berdegup kencang. Tangannya pun terasa dingin. Dia gugup. Sebentar lagi, dia akan menjadi istri sah dari seorang Gerilio Gauta. Orang yang dicintainya walau seringkali menyakiti hatinya. Dari mulai menjadi sepasang mantan beberapa kali, sampai akhirnya mereka dipersatukan dalam ikatan halal.
Gaun pengantin berwarna putih sudah membalut tubuh mungilnya. Perut yang masih rata tak sedikit pun menampakan jika dia sedang mengandung janin di perutnya. Wajahnya sudah terpoles make up hingga membuatnya terlihat lebih cantik. Dia saja pangling saat melihat dirinya di pantulan cermin. Bibir tipisnya tersenyum bahagia, sebelum akhirnya dia berjalan menuju tempat akad dilaksanakan.
Tidak terlalu banyak orang yang datang ke undangan pernikahannya. Bukankah Hendrik Zalvanos adalah pengusaha kaya? Benar, tetapi Dazen yang meminta. Dazen yang meminta untuk tidak terlalu banyak mengundang orang. Hanya beberapa kerabat dekat dan sanak saudara saja yang menghadiri acara pernikahannya pun sudah cukup.
Dalam segi hiasan juga sangat sederhana. Namun tetap saja terdapat makanan yang dihidangkan untuk tamu undangan. Kini Dazen sudah terduduk di sebelah Geril, calon suaminya. Dia melihat jelas Geril menjabat tangan penghulu dan mengucapkan ijab qobul hingga semua saksi mengatakan kata 'sah' dengan serentak.
Air mata Dazen luruh dengan Geril yang mencium keningnya setelah selesai berdo'a. Dazen bahagia. Dia sangat bahagia. Begitu pun dengan Geril. Setelah acara akad selesai, Dazen dan Geril menuju pelaminan untuk menjadi raja dan ratu sehari. Menyalami beberapa tamu undangan yang mengucapkan turut bahagia atas pernikahannya. Tanpa mereka ketahui, dibalik pernikahan yang manis ini terdapat sebuah kejadian yang pahit.
"Wihhh hepi weding ya bro!" seru Maul yang bersalam high five dengan Geril diikuti Bimbim setelahnya.
"Selamat menempuh hidup baru, bro!"
Geril tersenyum bahagia, "Thanks bro."
"Aaaaaaaa happy weding kembaran. Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah yaa!" girang Echa dengan ceria. Tentunya ikut senang melihat saudara kembarnya sudah disandingkan dengan orang yang Tuhan pilih untuk duduk di pelaminan bersamanya.
"Thanks, kembaran. Aamiin. Lo juga cepat nyusul oke?"
Echa terkekeh sembari memeluk lengan Reneo di sampingnya, "Oke. Tenang aja, sekarang gue gak jomblo. Gue udah punya gandengan nih."
Reneo tersenyum kaku, "Happy wedding," ucapnya singkat.
"Eh, robot panuan. Ingat, lo jangan lupa buat jagain adik gue. Kalau sampai dia kenapa-kenapa, gue colok tuh mata tajam lo yang setajam pisau itu!" Geril tertawa pelan mengakhiri kalimat candaannya.
Ohh. Jangan lupakan Elga! Perempuan itu kembali datang ke Indonesia saat mendengar kabar dari Siska yang merupakan ibu kandung Geril bahwa Geril akan menikah dengan Dazen. Dengan antusiasnya Elga terbang ke Indonesia. Wajahnya terlihat semakin cantik dengan pipi yang masih tirus dan terkesan manis.
Saat ini tangannya saja tengah berada di genggaman Maul. Benar, dia memang menjalin hubungan jarak jauh dengan lelaki berdarah Sunda itu. Hanya saja para sahabatnya selalu tak mempercayainya. Padahal itulah kebenarannya, setelah Elga pindah ke Bangkok, Maul menyatakan cinta kepadanya.
Elga tersenyum ikut bahagia, "Happy wedding Zen, Ril. Gue turut bahagia melihat sahabat sama mantan gue dipersatukan."
Dazen memeluk Elga erat, "Ya ampun, El. Gue kangen banget sama lo. Kenapa sih lo pindah gak bilang-bilang?"
"Gue- gue udah nemuin mama kandung gue, Zen. Gue pindah ke Bangkok. Lagian waktu itu kan kita lagi marahan gara-gara lo yang khianatin gue."
"Maaf banget ya, gue bukannya punya maksud gitu. G-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Kehancuran ✓ [SUDAH TERBIT]
Teen FictionWaktu memang mampu memperbaiki kehancuran. Tapi tetap saja, goresan dari kehancuran tersebut akan membekas di setiap ingatan. Hanya dengan sedetik saja, secercah kebahagiaan pun dapat berubah menjadi suatu kehancuran yang melebur bersama kesakitan t...