41. Divorce

27 7 0
                                    

Seharian ini Dazen benar-benar tidak melihat Geril menampakan batang hidung di hadapannya. Dia semakin bersalah saja mengingat kejadian kemarin. Jujur, dia tidak bermaksud untuk mempermainkan Geril. Apalagi membalas dendam perlakuan Geril waktu itu. Dia mencintai Geril, dan amat menyayanginya. Hanya Geril, bukan Reneo. Jika kepada Reneo, dia hanya merasa tertarik, bukan cinta.

Dia merogoh ponsel di dalam saku roknya, berniat mengirimkan chat kepada kekasihnya itu.

Sementara itu di lain tempat, Geril tengah berbaring sembari memainkan ponsel dengan layar dipenuhi game Mobile Legend-nya. Tiba-tiba saja ponsel yang berada di genggamannya bergetar. Kemudian dia bergegas untuk membaca chat yang masuk hingga mengganggu aktivitas bermain gamenya.

DazenZovanka: Ril?

Geril berdecak sebal. Jarinya hendak ingin memblokir kontak Dazen, namun entah kenapa hati kecilnya menolak.

GerilioGauta: ?

DazenZovanka: Knp gak sekolah?

GerilioGauta: Gpp

DazenZovanka: Aku pengen ketemu

GerilioGauta: Ngpain

DazenZovanka: Maafin aku. Pulang sekolah, aku ke rumah kmu ya

GerilioGauta: Silakan, kalo lo masih punya nyali buat muncul di depan gue

BLOCK

Geril tersenyum miring setelah memblokir kontak Dazen. Setelahnya, jemarinya menyentuh group chat yang juga sedang ramai dibanjiri chat dari Bimbim dan Maul.

😎 Cogan 😎

MaulioKasep: Knp gk sekolah bos?


GerilioGauta: Dedek lagi sakit

MaulioKasep: Sakit apa? Kanker? Sariawan? Atau bibir pecah-pecah?


GerilioGauta: Demam. Sakit kepala. Sakit hatiequuu

Bimbimbim: Wahh gilee! Kamarin tetangga gue sakit gejalanya kayak gini, besoknya langsung meninggal


GerilioGauta left

Geril mematikan ponselnya sesudah berkirim chat dengan kedua sahabatnya yang bisa dibilang kurang waras itu. Huft. Hanya berbaring di kasur empuk saja ternyata membuatnya bosan. Dia menutup rapat kelopak matanya, lebih memilih untuk tertidur menghilangkan rasa bosannya.

***

Saat ini, Dazen menahan air mata yang lagi-lagi ingin kembali meluncur bebas. Dia memejamkan mata, tangannya menggenggam ponsel dengan erat. Dia membutuhkan Geril. Dia ingin mendekap Geril. Dia tidak ingin kehilangan Geril, lagi. Kontaknya baru saja diblokir oleh kekasihnya itu. Padahal mengapa? Dia hanya ingin bertemu Geril, itu saja. Tapi sepertinya Geril sudah tidak ingin melihatnya lagi. Haruskah dia pergi dari dunia ini? Haruskah dia lenyap hanya untuk membuat Geril bahagia?

Detik Kehancuran ✓ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang