"Kau tak apa ?" tanya Laki-laki tersebut. Ada sedikit raut cemas dari wajahnya. Donghyuck mengangguk pelan sembari melihat kesekeliling. Berharap Jeno tak mengejar mereka. " Kau tampak pucat, biar kuantar kau pulang." kata laki-laki itu cepat.
"Iam okay. Aku bisa pulang sendiri. Terimakasih." Donghyuck berusaha menolak sehalus mungkin. Laki-laki itu menggelengkan kepalanya. Bersikeras untuk mengantarnya pulang.
"Bagaimana jika dia menyusulmu ?"
Donghyuck mengalah kali ini. Ia membiarkan laki laki asing ini mengarahkannya ke tempat dimana ia memarkirkan mobilnya. Tak ada pembicaraan apapun didalam mobil. Hanya helaan nafas masing-masing yang terdengar.
" Impas." Katanya saat mobil laki laki tersebut mulai memasuki pekarangan rumah Donghyuck . Donghyuck yang bingung memiringkan kepalanya meminta jawaban. "Maksudnya?"
"Iya impas. Meskipun kau menuduhku merusak ponselmu, aku juga yang menyelamatkanmu dari orang mabuk itu. "
Donghyuck memutar bola matanya kesal. Ia benar-benar tak paham dengan jalan pikiran manusia yang tengah mengantarnya pulang ini. Ia ingin membalasnya, tapi tidak dalam mood untuk berdebat. Ia memilih untuk diam saja.
"Apa aku boleh meminta satu bantuanmu lagi?" tanya Donghyuck pelan. "Tolong jangan ceritakan kejadian barusan jika keluargaku menanyakan apa yang terjadi padaku."
"Kenapa ?"
" Bisakah kau hanya menjawab 'ya' tanpa banyak bertanya seperti itu? " pinta Donghyuck sebal. Ia memijit pangkal hidungnya karena laki-laki dihadapannya ini benar-benar menguras emosinya.
"Hhhh..... yayayaya. Baiklah-baiklah. Kau puas ?" katanya sembari merangkulkan tangannya ke pundak Donghyuck. Donghyuck mengerutkan keningnya heran. Apa-apaan laki laki ini? Apa ia sedang curi-curi kesempatan untuk memeluknya? Seperti itu?
"Apa kau sedang mencoba untuk memelukku?" Desis donghyuck kesal sembari melirik pada tangan yang tengah merangkulnya erat.
"Huh?" Laki-laki tersebut menaikkah sebelah alisnya mendengar perkataan Donghyuck. Apa tadi katanya? mencuri kesempatan untuk memeluknya? "Apa ini? Rasa percaya diri yang terlalu tinggi? Siapa yang mau memelukmu?" Gelak laki-laki itu.
Donghyuck berdecak kesal. Sialan! Ia benar-benar merasa malu karena pemikiran seperti itu hinggap dikepalanya.
"Lihat saja tubuh berisimu itu? Pasti berat." sambung laki laki itu lagi. "Aku hanya tak ingin kau jatuh dan menimpa tubuhku dengan tubuh berisimu itu." Donghyuck menggembungkan pipinya untuk menahan malu. Laki-laki ini benar-benar memiliki berbagai macam cara untuk membuatnya merasa malu sepertinya.
"Mommy, Haechan pulang."
"Ya tuhan, Haechan! Apa yang terjadi padamu?" Ten datang tergopoh gopoh dari tangga saat melihat putranya dibopong oleh seorang laki laki asing. "Loh kok? Ah, terimakasih ya nak sudah membantu Haechan. Maaf jika anak aunty malah merepotkanmu." Ten agak terkejut saat melihat laki-laki itu. Astaga, bagaimana bisa putranya ini pulang dengan laki-laki tersebut ?
"Itu bukan masalah, Aunty. Ya sudah saya pamit dulu. Permisi aunty." kata laki laki itu. Ia pamit dengan sangat sopan pada Mommy. Wah, Donghyuck kira ia tak bisa sopan .
"Haechan, kamu gapapa? Kamu sakit ? Eh..." Johnny turun dari tangga dengan hebohnya setelah mendengar pekikan khawatir dari Ten. Namun, langkahnya berhenti saat pandangan matanya bertabrakan dengan pemuda yang tengah membopong putranya itu. Laki-laki itu hanya tersenyum lalu membungkuk hormat pada Johnny untuk undur diri. Donghyuck bahkan sempat menangkap wajah Mommy dan Daddy yang tengah memberi isyarat satu sama lain. 'Ada apa sih ini ?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Married!
Fanfiction"DONGHYUCK ITU CALON ISTRIKU ." Donghyuck bergidik ngeri mendengar kalimat yang baru saja meluncur dari mulut Mark . Ia melingkarkan lengannya di pinggang Donghyuck dan menariknya mendekat . Ya tuhan , Sejak kapan ia menjadi calon istri seorang Mar...