XIV

9.5K 1K 80
                                    

Mereka tiba di rumah Donghyuck pada pukul 4 sore. Ten menghidangkan teh untuk Donghyuck dan calon menantunya. Ia bahkan meminta Mark untuk menginap di rumahnya malam ini. 

"Kenapa harus pulang? Menginap saja disini. Hujan begitu deras diluar." Itu Ten yang tengah merayu Mark untuk menginap hari ini. Seperti biasa ia memasang jurus andalannya agar Mark luluh untuk mengikuti permintaannya. Ten bahkan memekik girang saat Mark bilang ia akan menginap pada akhirnya. 

"Nanti tidurnya di kamar tamu disebelah kamar Haechan saja. Atau kau mau tidur dengan Haechan?"

"Mommy..." Haechan menggerutu kesal menolak usulan Mommynya. Bagaimana bisa Mommynya itu menawari Mark untuk tidur dengan Haechan? Terkadang ia heran dengan pemikiran 'luar biasa' milik Mommynya itu. 

**

Langit diluar begitu cerah. Hujan akhirnya berhenti turun setelah membasahi bumi selama kurang lebih beberapa jam lamanya. Dari jendela kamarnya, Donghyuck bisa melihat ribuan bintang bertabur menghias langit malam. Indah. Cantik. Dulu Donghyuck sering sekali menggunakan cat lukisnya untuk menggambar entah nama,  inisial, atau mungkin membayangkan calon suami atau pacarnya kelak .

Calon suami ?

Pipi Donghyuck bersemburat merah. Ia tak bisa mengelak, saat kalimat itu muncul satu-satunya wajah yang terbayang adalah wajah milik Mark. Membayangkan senyumannya. Membayangkan kejadian tadi, bagaimana Mark mengajaknya untuk menikah.  Cukup membuat Donghyuck luluh.

Calon Suami ♥ 

Sudah tidur?

Ponsel Donghyuck bergetar dan mendapati dua baris kalimat yang baru saja kontaknya ia dapatkan mengiriminya pesan. Mark Jungnya mengiriminya pesan.

Donghyuck

Belum

Kenapa?

Tok ! Tok ! Tok !

Donghyuck mendapati wajah Mark di balik pintu kamarnya. Wajahnya tampak pucat . Sepertinya ia terkena flu karena sedari tadi ia terus saja bersin-bersin .

"Ya tuhan! kau kenapa?" Tanya Donghyuck khawatir. Mark diam saja dan memeluk tubuh pemuda dihadapannya. Donghyuck merasakan perubahan suhu tubuh Mark yang makin tinggi.  Mark demam.  Donghyuck menariknya masuk ke dalam kamar dan membaringkannya di kasur miliknya. Ia harus mengompres tubuh Mark. 

"Kamu demam." Gumam Donghyuck pelan sembari mengompres kepalanya. "Apa mau kuantar ke rumah sakit?"

Matanya terpejam. Mark menggumamkan jawabannya atas pertanyaan Donghyuck. Ia tidak mau dibawa kerumah sakit. "Disini saja. Aku ingin denganmu."ucapnya manja. 

Donghyuck melihat sosok yang begitu polos di hadapannya. Bukan sosok yang begitu menyebalkan yang sering mengajaknya berdebat. Atau orang yang selalu menghukumnya dengan ekspresi datar menyebalkannya itu. 

Setelah diberi obat penurun suhu tubuh, Mark tidur perlahan. Membiarkan Donghyuck menatap lekat setiap inci wajah yang terpahat sempurna itu. Mungkin tuhan sedang bahagia saat menciptakan Mark. Donghyuck baru menyadar betapa tampannya calon suaminya ini. Pantas saja Jaemin pernah mengisi hatinya untuk Mark dulu, pantas saja semua orang memuji Mark atas ketampanannya, pantas saja ia digilai oleh banyak siswi dan uke di sekolahnya dulu. 

"Mark hyung ." Panggil Donghyuck lirih. Tak ada respon darinya. Hanya helaan napas teratur yang menandakan Mark sudah tertidur pulas yang menjadi jawaban. Donghyuck tersenyum kecil. Setidaknya Mark sudah tidur. Dan Donghyuck cukup lega karena itu.

Married!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang