What wrong with Ustad Rifki?

2K 140 2
                                    

Aku memulai segalanya dengan baik. Bangun subuh lebih cepat,mandi,lalu bergegas ke musholla,shalat sunnah, membaca Al-Quran,dan mencoba menghafalnya,dan berjalan sangat baik,sampai saat ini.

"Den..?? kok diem aja sih hari ini??" Tanya Nisa,karna mungkin aku tidak seperti biasanya.

"Nggak kok..."Kataku memastikan.

Aku memang sudah bertekad untuk irit berbicara.Rasanya agak aneh,tapi, semoga saja kedepannya berjalan lancar.

"Berita panggilan,kepada bagian Olahraga dan kesenian,di harap kehadirannya di ruang pena,pada jam Istirahat." Pengumuman melalui speaker pesantren.

Pasti membicarakan PORSENI.Aku sudah lama tidak memikirkan Acara itu,rasanya sudah tidak sesemangat pertama.

Teng teng....Teng teng......

Bel istirahat sudah berbunyi.

"Adena,ayok..."Ajak Nada.

Aku berdiri dari tempatku,dan langsung mengikutinya.Sabila dan Sulam pun juga sudah pergi.

"Dena,kok anti diem aja sih seharian?"Tanya Nada.

Sudah 2 orang.Siapa lagi selanjutnya?

Sesampainya di Ruang Pena,sudah ada Ustad dan Ustadzah pembimbing, juga Bagian Olahraga dan kesenian Putra.

Kami datang dan langsung duduk.

Ustad Rifki menatap ku.Aku langsung mengalihkan pandangan ku. Meskipun dia ustad ku,tetap saja dia laki-laki,dan bukan mahram ku.

Menjaga pandangan.

Aku harus menjaganya mulai saat ini.
Tidak boleh terus menerus aku lakukan.

Pembicaraan selama perkumpulan, seputar acara pembukaan PORSENI, Ustad Rifki sesekali menanyaiku,aku hanya mengangguk dan menggeleng, dan terkadang menjawab dengan kalimat sesingkat mungkin,tanpa aku melihat ke arahnya.

Menjelang Pembukaan PORSENI, Menyisakan waktu 2 hari lagi.Aku dan teman-teman akan sangat sibuk.

Pagi,siang,sore,malam.Kami menyiapkan segalanya.Aku sebenarnya,di tugaskan untuk menyebar undangan,tapi aku menolaknya.Aku mengatakannya dengan Ustadzah Resti,bahwa aku masih tidak bisa bertemu banyak orang lagi,dan akan mendapat tatapan iba lagi.Untungnya, Ustadzah Resti sangat mengerti.

Jadi lah,aku sedang di lapangan, mengatur bunga yang akan di hias. Aku bersama Sulam.Sedangkan Nada dan Bila mengantar undangan.

Bagus dan Aan,menyiapkan poster yang belum sempat terbuat,karna baru mendapatkan idenya tadi malam.

Zakki dan Ilham,bersama ku di lapangan,

Saat ini,jam pelajaran tengah di mulai,kami memang diizinkan untuk tidak bersekolah,dan mengerjakan apa saja yang di butuhkan.

"Adena,kau kenapa diam saja hah??" Tanya Ilham pada ku.

Aku hanya memandangnya sekilas, dan melanjutkan,membenarkan bunga yang masih berantakan.

"Perasaan ente aja tu.."Kata ku.

"Mana lah pulak.Aku,Zakki,dan yang lainnya bertanya-tanya,kenapa kau diam saja,ketika berbicara pun,kau tidak mau melihat ke arah Ustad Rifki,ada apa dengan kau?? apa ada salah kami ini???" Tanyanya panjang lebar.

Aku mencoba untuk tersenyum,dan menatapnya dengan raut kesal.

"ANA NGGAK PAPA ILHAM WINARDI, NGGAK ADA YANG SALAH DARI KALIAN,JADI ANA HARAP, ANTA BISA TENANG SEDIKIT,KARNA ANA SIBUK"
Kata ku dengan nada penegasan.

Ilham langsung berbalik badan,dan menggaruk kepalanya.

"Kenapa pulak dia memarahiku??? Salah kah aku yang menanyainya???" Ilham bertanya,entah dengan siapa.

"Kau diam aja lah Batako,BERISIK!!!! Jangan tanyain Adena,masalahnya ada sama ente.."Kata Zakki menjawab keluhan Ilham.

"Loh??? kok jadi aku yang kalian salah kan disini?? aku bekerja.." Katanya tidak terima.

Tapi,tidak ada satupun dari kami yang menjawabnya.

"Hay hay..." Kata Nada,yang baru saja pulang dari tugasnya.

"BERISIK!!!!!!"Kata Ilham,Zakki,dan Sulam serentak.

Aku saja terkejut,kok bisa mereka bersamaan..???

"Kenapa sih,,??? Kalian garing ya kerjanya???Pasti karna gak ada aku" Kata Nada dengan berbesar hati.

Mereka bertiga tidak menanggapinya, ada apa dengan mereka?? Apa karna aku diam,mereka juga mengikutinya??

"Den,sini dulu deh,ana mau ngomong"Kata Nada,sambil menarik tangan ku,agar menjauh dari sekumpulan manusia disana.

"Apaan sih..??"

"Tadi ana ketemu Rangga"

"Terus?"Jawabku Malas.

"Kok gitu sih reaksinya??? Ana serius loh..."

"Ana juga Da..."

"Tadi,Rangga nanyain,Adena kenapa?? Tapi ana bingung jawabnya gimana..jadi ana bilang aja.Tanya aja sendiri kalo mau..." Kata Nada dengan Sangat antusias.

Ngapain Rangga nanyain aku??? Emang dia tau dari mana??

ILHAM WINARDI
Siapa lagi kalo bukan dia.

Aku yang malas menanggapi ceritanya Nada,langsung pergi meninggalkan dia yang terbengong karna ekspresiku yang tidak biasanya.

Apapun yang mengenai Rangga,akan membuat Mood ku yang buruk, menjadi baik seketika.TAPI DULU.
Sekarang udah beda..

Aku harus berusaha keras, membentengi hati ku sendiri.

Aku melihat Nada dan Ilham bercakap-cakap.

Aku biasa saja,biarlah mereka.

SANGAT LELAH

Kami beristirahat,hanya ketika waktu shalat,dan makan.

Keesokan harinya masih sama.

Bahkan,hari ini lebih melelahkan.
Kami harus menghias panggung yang akan di pakai Besok pagi.
Meja dan kursi untuk para Ustad Ustadzah.

Sampai sore hari pun masih sama, bedanya,sore ini,kami dibantu oleh anggota OPPM,

"Den,kata Ustad Rifki,nanti malem dia suruh anti ke Ruang Olahraga" Kata Nada.

Sambil mengerutkan kening.

"Ngapainn?????"Tanya ku heran

"Nggak tau,palingan ngomongin bola dan alat untuk pertadingan nggak... soalnya kan di ruangan olahraga"

Aku berpikir,tidak biasanya Ustad Rifki memanggil ku kesana.Tapi,benar juga apa yang di katakan Nada, palingan ngomongin Alat olahraga, dan sekalian mengeceknya.

Ruangan Olahraga,seperti Aula.
Besar.Dan disana,menyimpan berbagai alat olahraga,baik yang punya Putra,maupun Putri.

Tapi tunggu...

Bukannya,Malam ini perkumpulan seluruh majelis guru.

Trus,Ustad Rifki ngapain??

***********
Penasaran????

Lanjutin baca ya.

Oh iya,terimakasih Author ucapkan,khusus untuk,
hikmatulkhusniah218
Sudah selalu mendukung,
selaku teman yang paling bawel, sok2an..tapi ada baiknya juga sih😌

Tinggalkan jejak sebelum meninggalkan Part ya temen2...

Senja pesantren (COMPLETED)  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang