Kehidupan Baru

2.1K 143 0
                                    

Saat ini,aku tengah di perjalanan pulang menuju almamater ku.Bang Dino lah yang mengantar ku.

Aku terlalu lelah untuk berlama-lama di rumah.Aku harus berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis,agar orang disekitar ku,mampu menyandar di bahuku.

Tapi kenyataannya,aku juga butuh sandaran.Aku juga butuh kekuatan.

Aku memilih pergi.Aku harus mencari suasana baru.Aku tidak boleh terus-terusan begini.

Papah mengharapkan ku untuk menjadi kebanggan keluarga.Dan aku, harus mewujudkannya.Harus.

"Ade nggak papa kan???" Tanya bang Dino memastikan,ketika aku turun dari mobil.

"Gak papa bang...Ade kuat kok.." Kata ku sambil tersenyum.

"Assalamualaikum..."Ucapku yang langsung aku tinggalkan dia.

"Waalaikumsalam...."

Aku berjalan gontai menuju kamar ku.Saat ini,santri sedang melakukan shalat Isya berjamaah,aku agak leluasa berjalan tanpa harus mendapat tatapan iba dari orang-orang.

Sesampainya di kamar,aku melihat Syafira,yang mungkin sedang halangan,sama dengan ku.Duduk dan membaca Novelnya.

"Dena...udah pulang.."Katanya sambil terkejut,dan menutup novelnya.

Aku hanya tersenyum menanggapi. Tidak tau harus berkata apa.

"Sini,ana bantuin beresin bajunya.." Katanya sambil mengambil alih tas ku.

Aku tidak niat untuk membereskan bajuku.Aku hanya membiarkan Syafira mengemasinya.

Aku mengambil bantal,dan langsung memposisikan badan ku untuk beristirahat.

Bukan istirahat,air mata ku malah tumpah begitu saja.

Syafira yang mengetahui itu,langsung memelukku dan membiarkan ku menangis di bahunya.

"Dena nangis aja dulu ya,biar tenang"
Katanya sambil mengusap kepalaku.

Entah sejak kapan aku sudah terlelap dalam tidur ku.

----------------------

Aku bangun,ketika yang lainnya sedang melakukan shalat subuh berjamaah.

Aku langsung bergegas mandi,agar tidak terlalu banyak yang melihatku.

Sampai di kamar,aku melihat syafira yang sedang menghafal pelajaran.

"Fira,ana malu mau sekolah hari ini" Kataku padanya.

"Kok malu sih Na...??" Tanyanya bingung,sambil menutup buku.

"Gak tau,ana gak kuat untuk berhadapan dengan siapapun saat ini Fir..."Kataku sambil menatap langit melalui jendela.

"Dena,semua orang disini menunggu kedatangan anti.Kita pengen kasih semangat buat anti.Apapun yang anti butuhkan,kita selalu ada, kita adalah keluarga,gak ada yang perlu di tutupin..."

Aku hanya tersenyum dan mengangguk.

"Assalamualaikuuuuummmmmn....."
Ucap teman-teman ku yang baru pulang dari musholla.

"Dena udah bangun??? udah mandi?? Kok tumben cepet?? hahaahah" Gelak tawa langsung saja meramaikan hati ku.

Aku hanya bisa tersenyum menanggapi.

------------------------

"Dena...kantin yok???"Ajak Nisa dan Nada pada ku.

"Nggak deh,ana di dalem kelas aja ya.."Kataku menolak.

"Ngapain sih Den di kelas aja??? mau jadi Sarah 2?????"Kata Anna yang tidak seperti biasnya.Mereka tertawa menanggapinya.

Nada dan Nisa langsung menarikku agar ikut dengan mereka.Aku yang sudah pasrah,membiarkan mereka melakukan apapun.

Nada yang memesan makanan,dan kami bertiga menunggu sambil mendengarkan Nisa cerita tentang pengalamannya menghukum anggota, entah lah,aku tidak begitu mendengarkannya.

"Nisa,bantuin napa?????Banyak tauk" Kata Nada yang sedang kesusahan.

Aku yang melihatnya,terkejut.

4 Porsi lontong, dengan gorengan 2 pelastik penuh,dan es teh 4 gelas.

"Kok banyak banget sih..???" Tanya ku akhirnya.

Biasanya kami hanya memesan Lontong tanpa es teh,palingan beli air mineral yang seharga 500.

Atau kalau sedang malas makan lontong,kami hanya akan membeli gorengan,sedikit.Tidak sebanyak ini.

"Makan besar kitaaaa"Ucap mereka bersamaan.

Kami memakannya sangat lahap. Entah karna semangat,atau lapar,atau enak.Kami tidak pernah seperti ini.

"Den,PORSENI seminggu lagi tauk.." Kata Nada setelah makanan habis.

Oh iya...
Aku hampir saja melupakan tugas ku yang satu itu.Terakhir,aku hanya memberikan maskot yang ku buat pada Ustad Rifki.

"Ya ampun..gimana persiapannya Da??Tugas aku kan banyak banget yang di kasih..."Kata ku khawatir.

"Ustad Rifki yang ambil alih.Dia yang ngurusin tenda,sound system, panggung,dia juga yang mengontrol pembuatan maskot besar dll.."Kata Nada menjelaskan.

"Iya,kemaren Ustad Rifki juga minta bantuan dari anggota yang bisa melukis,untuk buat Maskot sebanyak banyaknya.PORSENI besok bakalan rame sama gambar yang menuhin lapangan" Anna juga menimpali.

"Siapa lah aku,,,yang tidak mengetahui hal-hal seperti itu.." Nisa yang merasa terasingkan dengan pembicaraan kami.

Kami hanya tertawa menimpalinya. Nisa memang tidak akan tau hal seperti itu.Yang dia tau hanya menindak anggota,dan mengurusi segala hal yang berbau bahasa dengan Ustad Yahya,selaku pembimbing Bagian bahasa pusat.

Hati ku sudah mulai terobati.Tidak ada satupun dari mereka yang menanyakan perihal kejadian Papah. Karna aku juga sangat tidak mampu untuk menjawabnya.

------------------

"Dena,tadi Rangga nanyain anti"Kata Indah yang datang menghampiri ku.

"Tanya apa?"

"Adena udah pulang belum??? ya ana jawab udah.Terus katanya,sampaikan salamku buat Adena"Katanya menjelaskan.

Aku mengernyit,Kok bisa???

"Tadi ana ketemuan sama Bagian Ta'mir Putra,untuk menanyakan tentang acara tausiah sore ini. Makanya dia bisa ngomong gitu.." Jelasnya,mungkin dia tau apa yang sedang aku pikirkan.

"Makasih Indah udah nyampein.."

Indah mengangguk dan pergi.

Rangga???

Segitu pedulinya dia???

Sampai menanyakan aku pada santriwati lainnya....

*****************

Budayakan menekan bintang ya readers....😊😊😊

Senja pesantren (COMPLETED)  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang