Tidak seperti yang di harapkan

3.5K 144 0
                                    

      Nisa POV

     "Aduh..mana nih kaos kaki yang udah Ana lipat tadi malam yak???"
Sambil membongkar kotak yang berisi kaos kaki lainnya.

    dap..dap..dap...
    "Tasaro' man fill hujroh,,,!!!! (cepat yang masih di dalam kamar)"

    "Mati aku...gimana nih..."Bingung sambil berpikir.
      "oh iya...!!!"

   Aku langsung memakai kaos kaki winnie the pooh kesayangan ku, kaos kaki tersebut biasanya untuk ku pakai ketika tidur malam.Kebiasaan.
Aku langsung membaringkan tubuh ku di lantai dan menggenggam minyak kayu putih.
        Akting andalan ku di mulai.

     "Loh,,,Nisa kenapa???" Tanya ukhti bagian keamanan yang memang bertugas mengontrol setiap kamar.

    "Perut Nisa sakit thi...hiks..hiks...
tadi pagi Nisa gak makan...hiks..." Rengek ku padanya.Semoga aja kasian.

    "Ya ampun... kok bisa nggak makan sih... Mau ukhti ambilin nasi di dapur?? tapi Nisa makan yaa..." Ukhti tersebut panik.Sambil mencari-cari piring Ku di atas lemari.

     "Nisa,,,!!! pasti kamu bohong kan...
Ini piring kamu masih ada sisa lauk sarapan pagi tadi" Tunjuk ukhti itu ke piring ku yang masih ada lauk yang memang aku sisakan untuk nanti.

Mampus aku....

     "itu tadi piring Nisa di pake sama Elva khti...soalnya piringnya Elva hilang..."Jawab ku gugup.

      Ukhti Nanda langsung mencari keberadaan Almarinya nya Elva (teman sekamar ku) Dan mencari-cari sesuatu.
DIA MENEMUKAN PIRINGNYA ELVA.

    Mati aku..mati aku..mati aku...

    "Mau bohong dengan alasan apa lagi Nisa???" Tantang ukhti Nanda yang melihat ku dengan tatapan geram.

      "Hiks....ukhti...Maafin Nisa... Nisa lupa naro kaos kaki Nisa dimana... Padahal tadi malem udah Nisa pisahin...Maafin Nisa ya khti...Nisa takut kalo ukhti hukum Nisa...hiks..hiks..."Aku memohon, berharap ukhti Nanda berbelas kasihan pada ku.

      "Nisa...Ukhti disini untuk menegakkan disiplin.Bukan untuk mendengar kamu menceritakan masalah kamu yang sangat absurd itu.Kamu sudah menghabiskan waktu ukhti dengan kamu yang berpura-pura sakit seperti ini."Jelas ukhti Nanda kepada ku. Puppy eyes ku pun sangat tidak membantu.

   "Sekarang kamu ikut ukhti ke lapangan!!!!" Bentak ukhti Nanda tanpa aku bantah sedikit pun.

---------------------------

     "whahaahaha....Ya ampun Nisa, nasib anti jelek banget tau nggak" Nada tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya yang sakit.

      "Aduh...huh..huh..Nisa..ngakak ana..."sela ku yang memang sudah tidak sanggup mau berkata apa-apa selain tertawa.

    "Sa..sa...makanya..jangan cuma banyakin kaos kaki buat tidur.. kaos kaki sekolah itu minimal dua kek."
Tanggapan Anna yang Memang berisi saran terbaik di antara kami, karna kami bukan memberikan saran, malah menertawainya sampai terpingkal-pingkal seperti ini.

PELAJARAN HARI INI PUN DI MULAI.
    
Adena POV.

     "Adena,Nanti sore temenin ana ke Rumah ustad ikhsan ya.Mau fotocopy soalan yang di kasih ustazah uswatun kemaren."Sarah yang berbicara sambil lewat di bangku ku.

    "kok anti betah sih na,sama tuh es kutub...ngomong aja gak mau liat muka anti,judes lagi.ih..."Sungut Nisa dengan suara berbisik karna takut di dengar sama orang nya.

     "Haha,Ya biar lah sa...emang gitu kok orangnya..lagian kan setiap orang beda-beda.Kita harus bisa menempatkan diri donk"jelas ku pada Nisa yang hanya mengedikkan bahu. Acuh.Aku hanya terkekeh geli melihat bibirnya yang terus berkomat kamit menyunguti aku yang terus saja membela Sarah.

----------------------------
     Sore ini aku berjalan dengan Sarah menuju Rumah Ustad Ikhsan yang memang memiliki akses fotocopy pribadi.Selama perjalanan kami hanya berdiam diri karna Sarah sendiri menjawab percakapan ku sepatah, padahal aku sudah banyak menanyainya tentang hal apa pun. Aku hanya tidak terbiasa dengan hanya berdiam diri begini padahal ada teman yang seharusnya bisa di ajak berbicara.Tapi ya sudah lah...

       Menuju Rumah ustad Ikhsan memang tidak jauh, tapi aku sangat enggan, karna harus melewati kawasan santri putra yang terbilang sangat ramai ketika sore hari.

      Tidak ada yang spesial, hanya saja aku memiliki kenangan buruk terhadap salah satu santri putra.Dan itu sukses membuat ku menutup diri ku terhadap apapun yang bersangkutan dengan mereka.

     Sesampainya di Rumah Ustad Ikhsan,Kami harus menunggu karna ada ikhwan yang sedang membeli alat tulis.Ya,aku sangat-sangat menjaga jarak.

      "Syukron Ustad (Terimakasih ustad)" ucapnya dengan suara khas,yang mungkin,tidak akan pernah aku lupakan sama sekali.sambil tersenyum seraya pergi dari tempat tersebut.

     Aku menatapnya dan sangat terkejut. Untungnya dia tidak menatap ku balik karna mungkin tidak sadar akan kehadiran kami.

        Ya,dia adalah seorang santri putra yang memiliki kenangan buruk terhadap ku....

Muhammad Arrangga tama putra.

Senja pesantren (COMPLETED)  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang