Hal terbesar

1.9K 127 62
                                    

Menemani mu
Bukan lah selalu
Di samping mu...
Tetapi di samping mu
Adalah harapan kecil ku
Hingga nanti, menikmati hari tua
bersama mu
-Rangga-

Saat ini, aku sedang melihat pantulan diri ku di cermin.

Dalam sekali lihat pun, orang akan tau, bahwa aku tak bahagia.

Bagaimana mungkin, seorang pengantin, bersedih di hari pernikahannya?

Mama, semenjak kejadian kemarin,ia tak lagi mengunjungi kamar ku, untuk sekedar bertanya, apakah aku sudah makan?

Ya, kami belum berbicara sama sekali.

Dan yang menemaniku saat ini, mbak ku. Ia lah yang selalu memberiku semangat, dan mengatakan, semua akan baik-baik saja.

Aahh.. Baik-baik saja???
Entah lah, aku tak tau harus bersikap bagaimana...
Baik Hafidz, maupun Aan...
Aan?  Ahhh entah lelaki mana yang mereka tarik untuk menjadi pendamping ku, aku tak lagi mempedulikannya. Aku percaya, mereka pasti memberikan yang terbaik...

"De, ayo keluar, tamu undangan udah pada nunggu.. " Ajak mbak ku, yang sedang berdiri di ambang pintu kamar ku.

Aku yang mendengar itu, hanya tersenyum, dan mengangguk.

Berjalan, menuju pintu kamar ku,dan bersiap, untuk melanjutkan perjalanan yang lebih menantang.

Di ruang tamu, terdapat meja, yang sudah di kelilingi oleh orang yang aku tidak tau siapa mereka, sebab, aku hanya menundukkan kepala, dan memilih bungkam dengan semua keadaan.

Tamu yang hadir, bergumam dengan suara dan nada haru bahagia, sekali lagi, aku tak tau siapa mereka.

Aku di bimbing untuk duduk di tempat yang sudah di siapkan, dengan alas yang sangat empuk, dan di kelilingi oleh para tamu wanita.

Alas yang empuk, lebih tepatnya bantal, ya, aku menyebutnya bantal, tapi mungkin saja, ada sebutan lain untuk bantal yang di duduki oleh seorang pengantin.

Aku tak tau menau soal ini.

"Baiklah, di karenakan, mempelai wanita, sudah siap di tempatnya, kita akan melangsungkan saja akad nikah pada hari ini"ucap seseorang menggunakan microfon.

Sunyi...

Begitulah suasana ruangan saat ini. Sebagian tamu, mengecilkan volume suara mereka, dan sebagian yang lain, memilih mempersiapkan kamera untuk mengabadikan moment indah ini, bagi mereka.

"Baik lah, kita langsung saja... "Kata seseorang yang aku bisa tebak, ia pasti kepala KUA.

"Bismillahirrohmanirrohim... Apakah, saudara Muhammad Arangga Tama putra siap??? " Tanya suara tersebut.

Deg...

Mata ku yang sedari tadi menunduk pun langsung terperanjat, dan melihat sosok yang sedang duduk di hadapan meja akad tersebut.

Rangga...

Benar, itu memang Rangga!!!

Senja pesantren (COMPLETED)  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang