Episode 21.1

188 16 2
                                    


Alih-alih mengantarnya pulang ke rumah keluarganya, Lao Chu membawa Xiao Guo pulang ke rumahnya sendiri. Dia merasa terlalu khawatir untuk meninggalkannya di rumah bersama keluarganya.

Dalam waktu kurang dari seminggu, pria kurus itu mengalami banyak hal. Disekap, koma karena hypothermia dan kini lagi-lagi dia diserang oleh Zhu Jiu.

Lao Chu membaringkannya di tempat tidur dan dia duduk di tepi ranjang sambil memperhatikannya. Chu berpikir, mungkin jika dia tidak masuk dalam SID, pria ini akan hidup normal seperti manusia Ha Xing pada umumnya.

Bekerja di kantor pemerintahan dengan bantuan pamannya, berangkat pukul 9 pulang kerumah jam 5 sore. Berkutat dengan surat-surat dan mungkin membuat beberapa cangkir kopi untuk atasannya.

Surat-surat dan coffee maker tidak akan mencoba membunuhmu!, pikirnya.

Namun membayangkan tidak mengenal Xiao Guo juga bukanlah hal menyenangkan untuknya.

Xiao Guo masuk dalam hidupnya sebagai anak magang yang mengesalkan, dia selalu berbuat salah dan ceroboh, selalu membuatnya khawatir. Kemudian dia menjadi junior yang merepotkan, selalu bisa mencari masalah untuk dirinya sendiri. Tak lama, Guo berhasil masuk dalam hatinya dan membuatnya merindukan sosok adik yang dulu pernah menghilang dari hidupnya.

Dan kini... Lao Chu harus menghadapi perasaannya. Dia harus mengakui bahwa apa yang dia rasakan pada Xiao Guo bukanlah perasaan yang dimiliki seorang kakak kepada adiknya.

Duduk dalam kegelapan kamar tidurnya dengan Xiao Guo di hadapannya, tidur dengan damai, mau tak mau ingatannya melayang ke kejadian beberapa hari yang lalu. Saat Xiao Guo ada di ambang maut, dia sempat mengatakan padanya dengan sisa kekuatan dan kesadaran yang dimilikinya, bahwa Xiao Guo meyukainya.

Dua hari ini membuatnya banyak berpikir, Lao Chu bekerja di SID sebagai ganti tahun-tahun terakhirnya sebagai seorang tahanan. Dia diharuskan untuk mengganti masa tahanannya dengan mengabdi di bawah Ketua Zhao atas perintah dari Utusan Hitam.

Apakah dia, seseorang yang bahkan tak memiliki kebebasan dalam hidupnya, berhak untuk mencintai seseorang seperti Xiao Guo? Dia telah menghilangkan nyawa banyak orang, menjadi penyebab kematian saudaranya, apakah dia masih memiliki hak untuk memiliki sesuatu?

"Chu Ge..." panggilnya,

"Xiao Guo kau sudah bangun?" Lao Chu menatapnya dalam keremangan kamar, mencoba sekuat tenaga untuk menahan diri agar tak meraih pria itu dalam pelukannya,

"Kenapa kau duduk dalam gelap?" tanyanya,

"Aku menunggumu bangun..."

"Kita di rumah?" tanyanya pelan.

Lao Chu merasa senang saat Xiao Guo menyebut rumah ini rumahnya juga. Disini dia sedang bingung tentang berhak kah dirinya untuk memiliki Xiao Guo, namun Guo sudah mengklaim semua miliki Chu sebagai miliknya. Tanpa terasa Chu menitikkan air mata, merasa bahagia dengan satu kata itu.

"Iya... Aku membawamu pulang. Kau tak sadar lama sekali..." katanya,

"Aku bermimpi indah... Kita semua makan malam bersama..." sahutnya, ada rasa bahagia dalam nada bicaranya.

"Kita?"

"Aku, Chu Ge, Paman Guo dan Bibiku..." jelasnya sambil bergeser memberikan ruang untuk Lao Chu, "Kenapa kau duduk disana Ge? Kau tak mau tidur? Sepertinya ini sudah malam..."

"Belum terlalu malam, kau belum makan malam! Mau kubuatkan sesuatu?" Lao Chu mencoba bangkit dari kursinya, namun dia merasakan tangan Guo menyentuh lengannya,

"Tidak... Aku tidak lapar... Aku hanya mau kau ada disini Ge! Aku tidak nyenyak tidur 2 hari ini..." sahutnya sambil menarik Chu turun,

"Kenapa? Ada yang kau pikirkan?" tanya Chu sambil duduk di tepi ranjang, merasa khawatir dengan laporan Guo.

THE UNSOLVED CASE of Xiao Guo and Chu GeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang