Episode 8.2 bagian 2

115 19 1
                                    

“Chu Ge, kita harus melepaskan bajumu yang basah agar kau tidak sakit!”

“Aku bisa melepaskannya sendiri!” sahut Lao Chu keras kepala, namun setelah beberapa saat dia hanya menggeliat geliat di tempatnya duduk tanpa bisa melepas satupun helai pakaiannya.

Xiao Guo akhirnya berkeras untuk membantunya melepaskan lapisan baju basah itu. Setelah melepaskan jaket basah dan singlet hitam kebangsaan Chu Ge nya, Xiao Guo seolah terpaku.

Pria itu terkejut dengan badan Lao Chu yang besar berotot dan memiliki banyak luka parut di sana sini. Pria Di Xing itu terlihat seperti boneka dengan banyak tambalan. Tubuhnya yang berkulit gelap kini mengkilat karena air hujan, matanya terpejam seolah menahan sakit.

Saat Xiao Guo menyentuh gesper ikat pinggangnya, tiba-tiba tangan Lao Chu menahannya “Apa yang kau lakukan?”

“Melepas celanamu?!”

“Aku bisa melepas celanaku sendiri!!”

“Kau yakin?!” kata Xiao Guo dengan nada kurang ajar, karena dia yakin saat ini Lao Chu masih belum pulih dari mati rasanya, “Aku akan melepaskannya untukmu…”

“Hanya pelacur yang kuijinkan melepaskan celanaku untukku…”

“Aku tidak perlu menjadi pelacur untuk membantumu melepaskan celanamu, jangan keras kepala Chu Ge!”

Lao Chu merasa gusar saat Xiao Guo melepas sabuk dari celananya dan kemudian menurunkan resleting celananya dengan gerakan gegabah. Meski keberatan,  dia tak dapat berbuat banyak.  Karena benar kata Guo, dia takkan bisa melakukannya sendiri.

Ketika Xiao Guo berhasil menurunkan celananya barulah dia sadar kenapa Lao Chu enggan saat dia mau membantu melepas celananya. Pria itu tidak memakai apapun dibalik celana jeansnya.

Xiao Guo bisa merasakan wajahnya memerah karena malu, namun sudah kepalang tanggung. Dia sudah menurunkan celana itu sampai ke lutut saat celana itu tersangkut disana dengan keras kepala, persis seperti orang yang memakainya.

Dengan terpaksa, Xiao Guo berlutut di depan Lao Chu untuk mencoba melepaskan celana jeans itu dari kakinya dan dia melihat dengan jelas barang yang ada di antara kedua kakinya itu.

Lao Chu meraih bantal di dekatnya untuk menutupi area pribadinya dari pandangan Xiao Guo. Dengan napas tertahan Guo menarik lepas celana jeans itu dan jatuh ke belakang karenanya.

Tergesa-gesa dia bangkit dan meraih selimut yang ada diatas tempat tidur dan menyelimutkannya pada tubuh Lao Chu.

“Aku akan langsung pulang!”

“Tinggal saja dulu… Diluar hujan lebat, kau takkan bisa menyetir di tengah cuaca seperti ini!”

“Tapi… tapi…”

“Kau bisa melepaskan pakaian basahmu dan mandi air panas. Aku akan meminjamkanmu celana dan kaos untuk ganti!”

Sorot mata Lao Chu sama sekali tak bisa dibantah saat itu membuat Xiao Guo akhirnya mengangguk lemah dan berjalan ke kamar mandi untuk mendapatkan mandi air panas.

Beberapa saat kemudian, dia keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk di pinggangnya dan tubuh mengepulkan uap panas.

Lao Chu sejenak tersentak melihat tubuh kurus di depannya. Tubuh Xiao Guo putih hampir pucat, bahkan mungkin lebih putih daripada wanita manapun yang pernah dikenal Lao Chu.

Sebelum ini dia merasa tubuh pria itu terlalu kurus untuk lelaki seumurannya, tapi saat melihatnya begini, tubuh Xiao Guo tidak sepenuhnya kurus kering.
Dia memang cukup tinggi, namun ukuran bahunya cukup normal. Yang membuatnya terlihat kecil adalah pinggang ramping yang membuat wanita manapun rela tidak makan berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk mendapatkannya.

“Kaos dan celana training ada di dalam lemari, kau ambil sendiri! Sekalian ambilkan aku baju untuk ganti!”

Saat Xiao Guo berjalan ke arah lemari dan membelakangi Lao Chu, mau tak mau dia bisa melihat profil Guo dari belakang, bahunya terlihat putih mulus, tak terlihat perbedaan warna kulit sama sekali, seolah Xiao Guo tak pernah beraktifitas di bawah sinar matahari sama sekali selama hidupnya.

Pinggang dan pinggulnya kecil, seolah mengancam handuk yang menggantung disana bisa jatuh sewaktu-waktu. Lao Chu memaksa dirinya untuk memejamkan mata karena tak kuasa menghadapkan tubuhnya ke arah lain, saat Xiao Guo memakai celana dan kaosnya yang terlalu besar.

Setelah beberapa saat, Lao Chu merasakan Xiao Guo yang datang mendekatinya, “Chu Ge, aku bawakan handuk panas untukmu… Sebelum ganti baju sebaiknya kau hangatkan dulu tubuhmu…”

Xiao Guo meraih selimut yang menutupi tubuh kekarnya dan melingkarkannya di seputar pinggang, menutupi area pribadinya. Lao Chu bersyukur dalam hati, Xiao Guo tidak menyadari penis yang setengah terangsang karena memperhatikan tubuhnya. Jika tidak, dia merasa bisa mati karena malu saat itu juga.

Saat handuk panas itu menyentuh tubuhnya, desahan nikmat lolos dari bibirnya dan Xiao Guo yang polos mengira dia mengerang karena rasa sakit. Puji Tuhan karena ketololan pria idiot ini.

Xiao Guo membantunya memakai kaos dan menyuruhnya rebahan sebelum dia berjalan menuju sofa dan menjatuhkan dirinya disana kemudian menelpon Lin Jing, melaporkan kejadian itu.

“Lin Jing Ge… Aku tidak bisa kembali kantor… badainya kencang sekali diluar!”

“Ah tak apa, aku tadi sempat bertanya-tanya kenapa kalian belum kembali…”

“Tapi…”

“Tapi apa?”

“Chu Ge tersengat tongkat listrik dan tubuhnya sekarang mati rasa… Bagaimana ini?”

“Lao Chu tersengat tongkatmu?? Seberapa kerasnya aliran listrikmu sampai dia seperti itu?”

“Aku terkejut karena suara Guntur di lapangan tadi dan tak sengaja aku menusukkan tongkatku ke lengannya…”

Suara tawa menggelegar dari sebrang saluran itu, membuat Lao Chu yang mendengarnya menggertakkan gigi dengan kesal dan bersumpah akan menghajar Lin Jing ketika besok dia bertemu di kantor.

“Maaf… maaf… aku tak kuasa membayangkan adegan itu. Sayang sekali aku tak ada disana menyaksikannya sendiri.” Lin Jing masih tertawa-tawa sebentar sebelum dia melanjutkan, “Tak apa-apa Guo, itu reaksi normal jika dia terkena aliran listrik maksimal dari tongkat itu. Untungnya dia cukup kuat dan bukan manusia biasa. Aliran listrik dari tongkatmu memang seharusnya bisa melumpuhkan seorang DiXing atau roh halus. Kelumpuhan itu bersifat sementara, cukup waktu untukmu memakaikan borgol atau kabur dari tempat itu…”

“Aku jadi semakin takut memakai tongkatnya, kak…”

“Tenang saja, saat kamu terbiasa akan lebih mudah untuk mengontrol kekuatan tongkat itu. Bagaimana keadaan Lao Chu?”

“Kaki dan tangannya masih terasa lemas, walau sudah agak baikan daripada saat pertama kali tersengat tadi…”

“Ya… itu akan mempengaruhi kerja system motoriknya dan sedikit mempengaruhi gelombang otaknya, membuat Di Xing pemakai sihir akan kesulitan berkonsentrasi memusatkan kekuatan. Dia akan sembuh dalam beberapa jam. Kuserahkan dia di tanganmu Guo. Jaga dia baik-baik ya! Ketemu besok!”

Lin Jing mematikan sambungan telpon sepihak. Xiao Guo menatap Lao Chu yang masih berbaring di tempat tidur dan menatapnya balik dengan pandangan mata menusuk.

“Dasar idioooot!” gerutunya sambil menghempaskan kembali tubuhnya ke tempat tidur.

‘Listrik itu mempengaruhi otakku, sehingga aku bisa terangsang karena pria jelek, tolol dan idiot ini!’ gerutunya dalam hati, memaki dirinya sendiri.

THE UNSOLVED CASE of Xiao Guo and Chu GeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang