Episode 9.2

110 19 1
                                    

Setelah memasuki kawasan Hutan Lindung, Ketua Zhao yang kelelahan menyetir meminta Lin Jing menggantikannya menyetir mobil sewaan Shen Wei. Sehingga mereka pun bertukar formasi lagi.

Lao Chu menggantikan posisi Lin Jing menyetir mobil Ketua Zhao sedangkan murid Shen Wei yang tadi sudah beristirahat menggantikan posisi Lao Chu menyetir mobil sewaan SID bersama Da Qing.

Begitu memasuki mobil Ketua Zhao, Lao Chu langsung melirik ke belakang dan menatap Xiao Guo dengan tajam, “Jangan berani-beraninya kau muntah lagi di sini!”

“Aku sudah memberinya obat tadi. Lagipula, jalan hutan tidak bisa kau pakai untuk mengebut seperti tadi.” kata Zhu Hong singkat kemudian menyandarkan tubuh dan memejamkan mata, bersiap untuk tidur kembali.

“Tujuan kita Desa Qing Zi masih agak jauh, kita berangkat sekarang!”

3 mobil itu pun kembali berjalan beriringan, kali ini mobil mereka ada di barisan paling belakang, karena menjaga jika mobil sewaan SID yang dikendarai murid Shen Wei mengalami masalah. Beberapa saat kemudian, kabut tebal mulai turun, jarak pandang mereka sangat terbatas.

Xiao Guo mengamati perubahan wajah Wang Zheng yang mengkhawatirkan sejak mereka bertemu dengan kabut ini. Dengan perlahan dia mengguncang tubuh buatan Wang Zheng, membuat gadis itu menoleh padanya dan memberinya perhatian.

“Nona Wang… Apa kau baik-baik saja? Apa kau juga mabuk darat?” tanyanya dengan lembut,

“Aku tidak apa-apa Xiao Guo…” jawab Wang Zheng lesu,

“Tapi, kau terlihat seperti sedang menahan sakit…”

“Aku hanya merasakan kerinduan pada tempat ini… Saat aku di kota, aku tak bisa merasakan daya tarik dari tempat ini karena terlalu jauh. Namun ketika kita sampai disini dan aku semakin dekat dengan tujuanku, hatiku semakin terasa sesak. Seolah dadaku terhimpit kesedihan mendalam.” hantu tidak bisa menangis,  namun sekilas Xiao Guo seolah bisa melihat setitik air mata jatuh di pipi Wang Zheng,

“Bukankah kau hilang ingatan Nona Wang?” tanyanya,

“Aku memang tak bisa mengingatnya dengan pasti, tapi aku mengenali tempat ini. Di alam bawah sadarku, aku mengenali tempat ini…” katanya dengan pandangan menerawang keluar jendela.

“Sial… Jarak pandangku tak sampai 3 meter… Aku tak bisa melihat mobil di depan. Keadaan ini sungguh bahaya!”
Lao Chu menghentikan mobilnya di bahu jalan, tiba-tiba suhu di dalam mobil terasa semakin dingin.

Padahal sejak memasuki area dingin tadi, Lao Chu sudah menyalakan penghangat mobil, namun udara dingin seolah bisa merasuk masuk dan membelai bulu kuduk semua orang yang ada di dalam mobil termasuk Xiao Guo.

Zhu Hong dan Lao Chu langsung duduk dalam posisi siaga, Chu mencoba memusatkan tenaga untuk mendeteksi hal-hal yang tak beres di sekitar mereka. Saat itu, suara teriakan Xiao Guo terasa menulikan telinga semua orang di dalam mobil.

Xiao Guo berteriak ketakutan dan menunjuk ke kaca spion tengah yang ada di depan mobil.

“HANTUUUUUUUU…. TIDAAAKKK… ADA HANTU DISITUUUU!!!”  teriaknya sambil memeluk Wang Zheng yang duduk disebelahnya,

“Roh yang tersesat!” seru Lao Chu yang langsung mengeluarkan benang rohnya, bersiap-siap jika roh-roh itu memutuskan untuk menyerang mereka, “DIAM XIAO GUO!”

“Xiao Guo tenanglah! Jika kau berisik, mereka justru akan menyerang kita… Tahan seranganmu Chu… Mereka banyak sekali!” sahut Zhu Hong yang sudah terbangun karena hawa dingin itu.

Xiao Guo langsung membungkam mulutnya dengan kepalan tangan, berusaha keras untuk tidak berteriak. Dia terkejut sekali saat melihat pantulan di kaca spion tengah mobil. Karena disana, dia melihat sosok mengerikan hantu dengan baju compang camping.

Bukan hanya satu, tapi beberapa hantu nampak dari kaca kecil itu. Namun kini saat dia melihat ke sekeliling mobil, dia tak melihat satu pun.

Walau begitu, Lao Chu dan Zhu Hong terlihat begitu tegang, menatap ke luar mobil melalui kaca yang mulai mengembun. Suhu mobil benar-benar turun drastis, kini Xiao Guo bisa melihat uap mengepul saat dia bernapas.

Sekali lagi dia mencoba melirik ke spion tengah dan saat dia melihat kembali hantu itu. Dia terlonjak terkejut namun tak berteriak karena kepalan tangannya masih di dalam mulut.

Beberapa saat kemudian, Lao Chu dan Zhu Hong kembali duduk dan menghadap ke depan mobil.

Ketegangan mulai mencair dan Lao Chu langsung bersuara, “Mereka sudah pergi!”

“Aneh sekali… Mereka melihat kita di dalam sini, tapi mereka hanya memperhatikan sebentar kemudian pergi, tanpa ada tanda-tanda akan menyerang…” sahut Zhu Hong bingung,

“Apapun yang terjadi kita harus bersyukur karena mereka tidak menyerang kita!” putus Lao Chu akhirnya,

“Tapi mereka banyak sekali… Mereka mengacuhkan ketika seolah ada hal yang lebih penting yang harus mereka lakukan sekarang!” Zhu Hong masih menaruh curiga pada keanehan yang mereka temui.

Xiao Guo dengan gemetar, menepuk pundak Lao Chu dan menunjuk-nunjuk ke luar mobil di sebelah kanan mereka.

“Mereka sudah pergi!” sahut Lao Chu mulai kesal karena Xiao Guo yang penakut,

“Bukan… itu… aku melihat… penunjuk arah!” katanya sambil menarik-narik baju Lao Chu dan menunjuk tiang kayu dengan papan bertuliskan penunjuk arah desa Qing Zi,

“Kesana?” Zhu Hong melihat papan penunjuk itu juga dan kemudian menghadap Lao Chu dan menatapnya dengan pandangan yang tak bisa diartikan oleh Xiao Guo.

Dia merasa telah melihat sedikit rasa takut dan terror di mata Zhu Hong yang selalu terlihat tak kenal takut, “Pasukan hantu itu tadi menuju ke arah yang sama, Chu!”

“Bagaimana lagi, kita cuma punya petunjuk itu saja…” sahut Lao Chu singkat,

“Aku punya firasat buruk tentang semua ini!” kata Zhu Hong lagi.

Lao Chu menyalakan kembali mesin mobil yang sempat dimatikannya tadi, kemudian membelokkan mobil ke arah yang ditunjukkan oleh petunjuk itu. Mereka berjalan dengan pelan, karena kabut itu masih belum juga terangkat.

Paling tidak, kini suhu di dalam mobil kembali menghangat.

Xiao Guo masih menata napas karena tiba-tiba dia melihat hantu. Sebelum ini, dia tak pernah bisa melihat hal-hal seperti itu. Ini membuat dirinya ketakutan. Lao Chu terus melirik ke kursi belakang melalui spion tengah untuk memperhatikan gelagat aneh Xiao Guo.

Untungnya setelah hampir satu jam berkendara seperti siput, kabut mulai menipis dan menampakkan cahaya lentera dari jendela rumah penduduk. Tak lama kemudian mereka bisa melihat seorang lelaki tua berdiri di pinggir jalan sambil melambaikan tangan ke arah mereka.

“Syukurlah kalian sudah sampai… Aku kira kalian tersesat. Kabut tiba-tiba turun sore ini. Aku takut kalian mengalami kejadian tak mengenakkan!” sapa orang itu saat Lao Chu membuka jendelanya,

“Terima kasih sudah menunggu kami… Tapi kami terpisah dengan 2 mobil lainnya…” sahut Zhu Hong padanya,

“Tidak apa-apa, parkirkan saja dulu mobilnya. Aku bisa menjemput mereka jika diperlukan, tapi kita harus tahu posisi mereka dimana saat ini!” sahut pria itu.

Lao Chu memarkir mobil di depan pagar sebuah rumah tua yang nampak seperti penginapan jaman dahulu. Setelah keluar dari mobil, dia mencoba menghubungi Ketua Zhao dengan ponselnya. Untung saja di tempat itu masih ada sinyal.

Setelah mencoba beberapa kali tapi tak tersambung, akhirnya dia mendengarkan nada panggil.

“Oi Ketua Zhao… Kalian ada dimana? Mobil kami sudah sampai di desa… Apa kalian tersesat?” tanyanya,

“Iya kami sudah bertemu dengan orang yang menyambut kami. Dia menawarkan untuk menjemput kalian, tapi dia harus tahu dimana kalian berada saat ini.” kata Lao Chu lagi pada Ketua Zhao di seberang sambungan,

“Dia bilang, mereka ada di sebuah lapangan terbuka di tengah hutan, ada batu besar di tepi jalan!” kata Lao Chu pada pria tua itu.

Pria tua itu terlihat melakukan panggilan ke sebuah nomor dan kemudian, “Tenang saja! Aku sudah menghubungi kepala desa, kebetulan dia ada di daerah itu. Dia akan menjemput mereka!”

THE UNSOLVED CASE of Xiao Guo and Chu GeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang