Episode 8.2 bagian 1

131 22 2
                                    

Episode 8

Sehari setelah pengangkatan Xiao Guo menjadi pegawai tetap di kantor SID, Lao Chu membawanya untuk berlatih di lapangan.

Lin Jing memberinya sebuah senjata ciptaannya untuk membantu Xiao Guo mempertahankan diri. Lin Jing juga lah yang meminta tolong Lao Chu untuk melatih Xiao Guo cara menggunakan alat itu.

Xiao Guo terlihat mengayun-ayunkan tongkatnya membabi buta untuk menahan serangan benang roh yang dikeluarkan oleh Lao Chu. Dia terlihat kalang kabut, berlarian kesana kemari sambil mengayun-ayunkan tongkatnya tak tentu arah.

Sedangkan Lao Chu terlihat bosan duduk di bawah bayangan sambil menjentikkan tangannya kesana kemari mengikuti gerakan Xiao Guo.

Sudah hampir sejam mereka ada di lapangan ini dan Xiao Guo sudah berkali-kali jatuh bergulingan di tanah karena terjerat benang roh. Bahkan tubuhnya terlihat sudah rata dengan debu dan tanah.

Wajahnya tampak merana menahan lelah dan peluhnya sudah membanjir membasahi kaos yang dia kenakan.

Tiba-tiba benang roh Lao Chu sekali lagi menjerat kedua kakinya dan membuatnya terjerembab ke tanah berpasir. Xiao Guo terlihat merana saat dia mencoba untuk duduk dan melepaskan benang roh yang menjerat kakinya.

“Astaga… Tahukah kau, aku bahkan tak menggunakan setengah kekuatanku untuk melawanmu dan kau tetap tak bisa menahan seranganku...”

“Maafkan aku, Chu Ge…”

“Maaf… maaf… kau kira ada gunanya kau meminta maaf seperti ini?” dengan kesal Lao Chu menarik benang roh yang membelit kedua kaki Xiao Guo, “Kau lihat?? Benang ini begitu tipis bahkan lebih tipis daripada benang jahit nenekmu! Seharusnya kau bisa dengan mudah memutuskan ini dengan tenagamu sendiri. Bagaimana bisa kau terjerembab dan terjungkal karenanya???”

Lao Chu nampak kesal saat melihat wajah Xiao Guo yang sudah tak karuan karena campuran debu dan keringat.

“Dan lagi ini…” katanya melempar tongkat mainannya ke samping dengan kesal, “Aku sudah bilang padamu untuk memakai tongkat listrikmu, kenapa kau malah menggunakan tongkat mainan ini?! Sungguh mengesalkan!!”

“Aku… takut tersetrum…”

“Aku yang akan menyetrummu sampai mati jika kau tidak mengeluarkan tongkatmu. Lin Jing memintaku melatihmu agar terbiasa dengan tongkat listrik itu, jadi keluarkan tongkat itu sekarang juga sebelum aku kehilangan kesabaran!”

Xiao Guo yang sudah terbebas dari benang roh langsung berlari menuju tenda di tepi lapangan untuk mengambil tongkat yang dimaksud dengan ketakutan.

Sesi latihan mereka pun dimulai kembali dengan Xiao Guo yang sudah menggenggam tongkat listriknya di depan tubuh, bersiap untuk menerima serangan dari Lao Chu.

Setelah beberapa saat membiasakan diri dengan serangan-serangan kecil, Lao Chu mulai meningkatkan serangannya secara bertahap.

Tongkat itu berhasil membantu pertahanan Xiao Guo walau dia masih terlihat aneh saat mengayunkan tongkatnya membabi buta dengan mata terpejam seperti saat ini. Lao Chu hanya bisa menghembuskan napas frustasi melihat semua itu.

Paling tidak, saat ini Xiao Guo sudah bisa menahan rasa takutnya agar kekuatan listrik yang dikeluarkan oleh tongkat itu tidak terlalu besar dan hanya mengeluarkan percikan-percikan listrik saat tongkat itu bersentuhan langsung dengan benang-benangnya.

Lao Chu menghentikan serangannya karena dia melihat langit sudah mulai mendung. Dia berjalan mendekati Xiao Guo yang masih terduduk kelelahan di tengah lapangan saat tiba-tiba suara Guntur bersahutan di langit sore itu.

Xiao Guo yang terkejut dan masih dalam keadaan memegang tongkat listrik berteriak ketakutan dan mengacungkan tongkatnya ke arah Lao Chu yang hanya berjarak beberapa meter darinya.

Ujung tongkat itu menyentuh tubuh Lao Chu dan spontan dia terkena aliran listrik dengan kekuatan yang cukup hebat akibat keterkejutan Xiao Guo.

Suara teriakan mereka berdua nyaring terdengar, walau sebenarnya hanya Lao Chu yang tersengat listrik, tapi Xiao Guo yang terkejut, juga ikut berteriak tak kalah kencang.

“GUO SIALAN!! KAU MAU MEMBUNUHKU HAH?” makinya sambil menampik tangannya yang memegang tongkat listrik itu,

“Chu Ge… maafkan aku… maafkan aku… Aku tak sengaja! Aku terkejut karena Guntur itu tadi!”

“Urgh…” Lao Chu menyentuh tempat tubuhnya bersentuhan dengan tongkat listrik itu dan kini terasa nyeri, kakinya terasa seperti jeli dan gemetar hebat, terkejut akan besarnya kekuatan listrik yang tadi menyerang dirinya,

“Chu Ge… mana yang sakit?”

“Bantu aku berdiri, kita harus segera ke tepi sebelum kita tersambar petir karena berada di tengah lapangan saat hujan turun!”

Xiao Guo pun membantu memapah tubuh Lao Chu yang kekar dan lebih besar 2 kali lipat dari dirinya dengan langkah terserok-seok. Mereka berjalan bersisian dengan satu lengan Chu ada di bahu kurusnya.

Xiao Guo tak percaya bahwa kekuatan tongkat itu bisa menjatuhkan Lao Chu yang begitu kuat.

Lengan Chu yang tersengat listrik masih sedikit mati rasa, jadi Xiao Guo menawarkan diri untuk mengantar Lao Chu pulang ke rumahnya karena saat itu hujan deras mulai turun mengguyur kota. Bahkan mereka yang berjalan ke mobil pun basah kuyup karenanya.

Jaket basah Chu tersingkap saat Xiao Guo hendak membantunya memakai sabuk pengaman, saat itu dia bisa melihat luka terbakar di kulit lengan atas Lao Chu.

“Chu Ge, sepertinya lukanya cukup parah, aku akan mengoleskan salep luka bakar untuk lukamu. Seharusnya aku punya salep itu di kotak P3K ku!” katanya sambil menarik kotak p3k di kursi belakang mobilnya,

“Tidak usah! Aku bisa mengobatinya di rumah!”

“Tidak bisa… lukanya nampak cukup parah, jika tidak segera diberi obat, dia akan infeksi dan melepuh parah.”
Xiao Guo akhirnya menemukan salep obat itu dan mencoba mengoleskannya di luka Lao Chu.

Karena bahan jaketnya menutupi posisi lukanya, Xiao Guo menarik lengan jaket yang sudah melekat dengan kulit karena basah itu agar dia lebih leluasa melihat lukanya.

Lao Chu medesis kesakitan karena bahan jaketnya menggesek kulitnya yang melepuh membuat Xiao Guo mendongak menatap wajahnya dari jarak yang sangat dekat.

“Maaf!”

“Cepat oleskan saja!”

Xiao Guo mengoleskan sejumlah pasta putih itu ke permukaan luka, seringan mungkin, mencoba tidak menambah rasa sakit Lao Chu. Setelah itu dia memakaikan sabuk pengamannya berusaha tidak menyentuh lukanya dalam proses.

“Antarkan saja aku pulang ke rumah…”

“Baik…”

Mereka pun berkendara perlahan menyusuri jalanan kota Dragon untuk menuju tempat tinggal Lao Chu. Dia tinggal di sebuah area pinggiran dengan rumah-rumah kecil di lorong jalan batu. Sebuah area perumahan yang cukup tua.

Mereka harus berjalan agak jauh dari tempat Xiao Guo bisa memarkir mobil kecilnya untuk mencapai rumah batu itu.

Xiao Guo berkeras mengantar Lao Chu berjalan ke rumahnya di tengah hujan karena takut jika Lao Chu yang masih merasa sedikit lemas di kakinya akan terjatuh dan terpeleset di jalan batu itu. Dengan susah payah mereka akhirnya sampai di depan rumah Lao Chu.

Saat Xiao Guo hendak membuka pintu rumah untuk mereka, dia menyandarkan tubuh Lao Chu ke tembok. Xiao Guo baru saja berhasil membuka pintu rumah, saat Lao Chu tiba-tiba merosot ke lantai, membuat pria kurus itu terkejut.

“Ah… Chu Ge, jangan pingsan disini… Aku tak kuat mengangkatmu…”

“Aku tidak pingsan. Dasar bodoh… Kakiku lemas!” katanya dengan lelah.

Setelah beberapa kali usaha, akhirnya Xiao Guo berhasil membawa mereka berdua masuk ke dalam rumah, terlindung dari badai yang nampaknya semakin kencang diluar sana.

THE UNSOLVED CASE of Xiao Guo and Chu GeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang