Episode 6.1

277 30 1
                                    

Episode 6

Mirror Twin Case

Bisa dibilang pada saat inilah Chu mulai bisa benar-benar melihat sisi baik dalam diri Guo selain kebodohan dan kecerobohannya.

Chu bisa melihat mengapa Zhao mempertahankan Guo ada di SID kekuatan Guo adalah di sikap nya yang tulus dan mudah berempati. Jika saja dia bisa menyembuhkan sociopath nya mungkin Guo akan menjadi pribadi yang menyenangkan dan dicintai banyak orang.

Guo dan Chu ditugaskan untuk menjaga dan menghibur Xiao Bai yang kehilangan kekasihnya oleh Ketua Zhao.

Awalnya mereka hanya duduk dalam diam di ruang tamu Xiao Bai karena mereka tak tahu bagaimana menghibur pria itu yang terlihat begitu merana. Pernikahan mereka tinggal sebentar lagi, namun calon mempelai wanita nya menghilang begitu saja tanpa jejak.

Ketua Zhao yakin ada detail penting yang dilupakan oleh Xiao Bai tentang apa yang terjadi pada kekasihnya akhir-akhir ini dan dia berharap duo aneh ini bisa memancing ingatan Xiao Bai.

Tiba-tiba Guo berdiri dan mengusulkan sesuatu dengan suara terbata, “Bagaimana jika… kita berjalan-jalan? Udara segar… mungkin… akan menyegarkan ingatanmu… Tuan Ji!”

“Kau mau kemana?”

“Ada satu tempat… yang aku tahu… di dekat sini!” katanya gugup,

Lao Chu menoleh pada Xiao Bai yang masih tertunduk lesu, “Bagaimana menurutmu Tuan Ji? Kau ingin berjalan-jalan?” tanyanya pada Xiao Bai,

“Aku rasa tak ada salahnya kita mencoba, duduk disini takkan bisa menghasilkan apa-apa!”

Guo memimpin jalan, menuju ke sebuah taman di pinggiran kota. Sebuah taman yang asri dan ditengah-tengah pepohonan lebat itu ada sebuah bangunan tua nan mungil dengan gaya klasik.

Mereka bertiga pun akhirnya duduk di kursi taman. Xiao Bai yang heran bertanya pada Xiao Guo, “mengapa kau mengajakku kemari?”

“Aku selalu merasa tempat seperti ini sangat menyenangkan… Masa kecilku sungguh sepi, paman dan bibiku walau memperlakukanku dengan baik dan memenuhi segala kebutuhanku, tapi mereka tak memiliki banyak waktu untukku!”

“Dan karena aku kesulitan bergaul dengan anak-anak seumuranku, aku pun tak memiliki teman untuk bermain!” lanjutnya,

“Kau diasuh oleh paman dan bibimu? Orang tuamu dimana?” tanya Xiao Bai padanya, namun kemudian dengan cepat dia meminta maaf karena menyadari pertanyaannya yang mungkin agak kasar dan membangkitkan kenangan buruk,

“Tidak perlu meminta maaf... Orang tuaku meninggal dalam kecelakaan saat aku masih berumur 6 tahun... Walau begitu... aku tidak sedih, aku sungguh baik-baik saja... Keluargaku telah mengambil dan mengadopsiku... Mereka juga... memeliharaku dengan baik!”

Selama Guo berbicara, Chu menatapnya dalam diam dengan tatapan menyelidik. Awalnya dia mengira pria ini hanyalah pria idiot yang punya kelainan jiwa, namun setelah melihat sinar matanya saat menceritakan keluarganya.

Chu sadar ada sesuatu yang lebih dari apa yang terlihat olehnya dari sosok Guo Chang Cheng. Mau tak mau dia telah dibuat penasaran oleh pria kecil ini.

“Tuan Ji… Minumlah!” kata Lao Chu sambil mengeluarkan beberapa kaleng bir dari kantong plastik yang dibawanya,

“Aku tak minum (bir)!”

“Kau butuh sesuatu untuk membuatmu lebih rileks. Sekaleng takkan membuatmu mabuk!”

Setelah ragu beberapa saat akhirnya pria itu meraih satu kaleng dan membukanya. Meminumnya dari kaleng dengan satu tegukan singkat.

“Argh… Sudah lama sekali sejak aku minum bir! Xiao Wei tidak suka jika aku minum-minum…”

Tiba-tiba keheningan taman itu dipecahkan oleh suara burung Magpie yang hinggap di salah satu dahan pohon di dekat mereka. Guo langsung melompat bangkit dari kursinya dan menengok ke segala arah mencari sumber suara itu dan saat dia melihat burung itu, wajahnya langsung berbinar.

“Ah.. Lihat! Itu burung Magpie! Taukah kalian, jika meneriakkan keinginanmu saat burung Magpie berbunyi maka harapanmu akan terwujud!”

Chu tertawa karena kata-kata Guo yang kekanak-kanakan.

Guo yang melihat dia tertawa langsung berkacak pinggang dan berkata kesal “Aku tidak berbohong… Itu benar terjadi!”

“Oh ya? Siapa memangnya yang mengatakan itu padamu?”

“Seorang pastur di gereja dekat rumahku… Saat itu aku masih kecil dan dia menceritakan hal ini padaku. Aku sudah membuktikannya dan harapanku benar-benar terwujud!” tiba-tiba saja bicaranya tidak terbata-bata, mungkin karena dorongan emosi.

Xiao Guo merasa sedikit tersinggung dengan tawa Lao Chu yang seolah meremehkan ceritanya,

“Memangnya apa harapanmu saat itu?” Tanya Lao Chu masih menahan tawa gelinya,

“Aku memohon agar Paman dan Bibi bisa libur bekerja dan mengajakku ke Pasar malam…” katanya dengan sungguh-sungguh,

Lao Chu tertawa dalam hati tapi tak berani menunjukkannya, dia berusaha keras menampilkan wajah serius di depan Guo agar pria kecil itu tidak merasa diremehkan.

“Ayolah Tuan Ji… Kau harus meneriakkan harapanmu sebelum burung Magpie itu terbang lagi…”

Lao Chu bisa melihat saat api harapan di mata Xiao Bai kembali menyala, dia heran bagaimana bisa orang lain mempercayai cerita Xiao Guo yang bodoh itu.

Namun dia melihat dengan pasti cerita Guo telah mengembalikan sedikit rona kehidupan di wajah Xiao Bai yang tadinya seperti orang putus harapan.

Dia menyaksikan bagaimana Xiao Bai meneriakkan harapannya agar sang kekasih dapat segera kembali dan bersama dengannya lagi. Saat dia meneriakkan rasa cinta dan rindu mendalamnya pada Xiao Wei gadis pujaan hatinya, pria itu menemukan kembali semangatnya.

Mau tak mau Chu mengakui, bahwa pria kecil itu telah menemukan metode yang tepat untuk menghibur hati Xiao Bai.

Namun Chu kembali terkejut saat Xiao Guo juga ikut berteriak lantang setelah Xiao Bai, mengulang permohonan pria patah hati itu, memanggil nama Xiao Wei dan memintanya untuk segera kembali ke pelukan kekasihnya.

“Tidakkah kau ingin meneriakkan harapanmu sendiri? Kenapa kau malah meneriakkan ulang harapan Tuan Ji?”

“Itu tadi juga harapanku… Aku akan bahagia jika semua orang di sekitarku bahagia!” katanya lagi dengan senyum di wajahnya.

Sekilas… Lao Chu termenung dengan kata-kata Xiao Guo, kata-kata itu mengingatkannya pada mendiang adiknya yang telah meninggal. Dia ingat adiknya yang naif juga pernah mengatakan hal yang sama.

Bahwa dia akan bahagia jika orang di sekitarnya bahagia.

Saat itu mereka hidup sebatang kara di dunia Di Xing, tinggal di sebuah bangunan tua yang terbengkalai dan bekerja sebagai pesuruh demi sesuap nasi dan menyambung hidup. Kekuatan mereka saat itu belum terbangkitkan, jadi hanya pekerjaan kecil dengan gaji kecil yang bisa mereka lakukan untuk mendapatkan uang.

Namun kini… adiknya telah tiada dan Lao Chu kembali ke kenyataan pahit dimana dia hidup sebatang kara di dunia ini.

“Chu Ge… Chu Ge…” panggil Xiao Guo mematahkan lamunannya, “Kau baik-baik saja?”

Belum sempat menjawab pertanyaan Guo, tiba-tiba hape Xiao Bai berbunyi dan ternyata Xiao Wei lah yang menelpon. Mereka bertiga pun terburu-buru kembali ke rumah Tuan Ji untuk menemui Xiao Wei, gadis yang menghilang.

THE UNSOLVED CASE of Xiao Guo and Chu GeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang