"Sekeras apapun perjuanganmu, jika hanya sendiri, hanya akan tersisa dua pilihan. Hidup sengsara penuh tekanan atau hidup indah dalam hayalan"
🍋
"Makasih ya, Wa" Lusi langsung keluar dari mobil setelah mengucapkannya.
Dengan kaki jenjangnya, dia berlari ke arah sebuah rumah kecil yang merupakan rumah David, kekasihnya.
Lala tersenyum getir menatapnya. Betapa beruntungnya David, memiliki kekasih seperhatian Lusi. Andai saja kekasihnya juga seperti itu.
"Mau kemana?" Lala bertanya saat Dewa dengan tergesa membuka pintu mobilnya.
"Ke kosan David, Lusi pasti lagi khawatir banget sekarang. Aku harus nenangin dia" ucap Dewa lalu dia langsung keluar dan menyusul Lusi masuk ke kosan David.
Meninggal Lala yang bahkan masih mengigil karena kesakitan. Tangannya yang bahkan mulai bergetar bergerak mematikan ac dalam mobil.
Jarak rumahnya dari Cafe saja sudah cukup jauh. Di tambah sekarang dia berada di depan rumah David yang berlawanan arah dengan rumahnya. Dan sialnya, rumah David juga cukup jauhnya dari Cafe tempat kerja Lala.
Berjalan kaki untuk kembali ke rumah bukanlah ide yang baik. Apalagi rasanya tubuh Lala semakin sakit saat ini. Mungkin, karena dia bahkan belum meminum obat apapun di tambah dinginnya ac mobil selama perjalanan yang membuat tubuh Lala yang sudah kedinginan makin dingin saja rasanya.
Lala memang merasakan dingin, tapi suhu tubuhnya sangat panas sekarang. Kepalanya juga terasa berat sekali. Belum lagi, perutnya rasanya di putar dan membuat mulutnya mual seketika.
Ah, Lala bahkan baru ingat dia belum memakan apapun sedari tadi pagi karena dia memang bangun kesiangan. Pantas saja Lala merasa lemas sekali.
Semoga saja Dewa menyelesaikan urusannya dengan cepat di dalam. Jadi setidaknya Lala bisa lebih cepat juga sampai ke rumahnya.
Dia tak mengharapkan Dewa mengantarnya ke rumah sakit. Percuma, rasanya melihat Lusi yang sedang kesusahan seperti ini, tentu membuat Dewa akan sulit untuk memperhatikannya. Lusi berarti, dan Lala sudah sadar diri.
Sudah hampir setengah jam menunggu, tapi Dewa tak kunjung keluar. Sedangkan Lala, sudah merasa semakin kesakitan sekarang. Badannya rasanya benar-benar lemas tak bertenaga.
Yang Lala inginkan saat ini hanyalah, meminum obat pereda sakit dari warung lalu tidur di kasurnya yang empuk. Mengistirahatkan tubuh yang lelah dan hati yang patah.
Dengan amat perlahan Lala membuka pintu mobil Dewa lalu berjalan pelan ke arah rumah David. Lala sudah tidak tahan lagi. Kalau memang Dewa mau menemani Lusi di sini, setidaknya tolong antarkan Lala pulang dahulu. Selebihnya terserah.
Saat Lala membuka pintu rumah David, yang Lala lihat adalah Lusi yang duduk di ujung sofa dengan David yang berbaring di sana, dengan paha Lusi yang menjadi bantalnya. Manis sekali.
Lalu ada Dewa yang tiba-tiba muncul dari dapur, membawa sebuah baskom dan juga handuk kecil. Lala memperhatikan keadaan rumah David sejenak.
Apa boleh dia iri? Kenapa rumah sebagus ini di sebut kosan? Bahkan besarnya kosan David hampir sama dengan rumah orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope
RomanceAndai kamu mencintaiku, aku tak perlu berandai-andai jika aku adalah dia. Wanita yang kau cintai sampai kau melupakanku, kekasihmu yang tersakiti. High rank: 25 in #kekasih . 12 jul 2019 718 in #indonesiamembaca . 12 jul 2019 314 in #fiksiumum. 12 j...